|42|

949 44 1
                                    

Sore itu dibawah langit senja yang indah, Bunda dan abang memilih untuk mengajak Kasa berjalan santai di taman belakang rumah sakit. Anak yang masih mengenakan kursi roda itu tentu tidak menolak, justru mengangguki ajakan bunda dan abang dengan semangat.

Langit yang melihat respon Kasa tentu terkekeh kecil, si sulung lantas segera mengenakan Kasa jaket tebal miliknya, mengingat angin di sore hari lumayan kencang.

"Anginnya kencang, jadi Kasa harus pake jaket, oke?" Ucapan Langit dibalas anggukan oleh Kasa.

Bunda tersenyum dan lalu segera mendorong kursi roda Kasa menuju taman rumah sakit, Langit yang awalnya hendak mengambil alih segera dibalas gelengan pelan oleh Bunda.

"Bunda saja, nggak apa-apa." Jelasnya.

Sesampainya di taman belakang, ternyata sudah ada papah disana, tengah duduk santai ditemani oleh Juan dan satu orang lagi yang entah siapa, mereka bertiga tidak mengenalinya.

"Oh..anak gantengnya papah sudah sampai rupanya, sini Bunda biar papah ambil alih." Dimas dengan cepat segera bangkit dari duduknya, berlari kecil menghampiri si bungsu yang menatapnya sembali terkekeh kecil.

Pemandangan yang terjadi di depan membuat Juan tersenyum tipis, hatinya kembali menghangat kala mendapati Kasa yang sudah kembali seperti semula. Juan sedikit melupakan fakta yang terjadi sebenarnya untuk sesaat, karena bagaimanapun Kasa membutuhkannya, membutuhkan orang itu, orang yang disebutnya sebagai papah.

Yudha menyadari ekspresi dari sepupunya yang tiba-tiba saja berubah segera mengelus pelan bahu lebar Juan, memberikan seulas senyum tipis.

"It's okey Ju... gimanapun Kasa masih dalam proses pemulihan, dia juga nggak menolak kehadiran si brengsek itu kan? Untuk sesaat, kita tahan dulu ya? Seenggaknya sampai selang infus yang ada di tangan Kasa udah lepas, seenggaknya sampai kondisi anak itu benar-benar pulih." Jelas Yudha.

Sebab Yudha tahu, anak disampingnya ingin seluruh keluarga Aldinata untuk memberi tahu Kasa perihal yang terjadi sebenarnya.

Lalu anggukan pelan Yudha terima, sebenernya Yudha juga sedikit tidak rela soal Angkasa yang dengan mudah memaafkan Dimas, seolah hal tersebut bukanlah hal besar, seolah luka yang diberikan oleh pria yang disebutnya sebagai papah bukan apa-apa, tapi bagaimanapun semua keputusan ada di tangan Kasa, entah apa yang sebenarnya anak itu pikirkan.

"Udah lama?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh Bunda Embuni membuat pikiran Yudha buyar seketika, pria itu menggeleng pelan sembari tersenyum kecil.

"Lama tidak bertemu, Bunda Embuni." Sapa Yudha, sebelah tangannya terangkat, memberi salam pada Bunda.

Bunda yang menerima uluran tangan Yudha, sembari menunggu seseorang di hadapannya ini untuk memperkenalkan dirinya.

"Ah, saya Yudha, kakak sepupunya Juan. Masih ingat dengan saya kan? Orang yang dulu, selalu berada di samping pak Sulthan, yang selalu menggandeng tangan Juan. Kita pernah bertemu beberapa kali waktu itu."

Bunda yang mendengarkan penuturan Yudha sedikit terkejut, namun dengan cepat segera mengubah ekspresinya dan menganggukan kepalanya sembari tersenyum tipis.

"Tentu." Bunda sedikit menjeda ucapannya, wajahnya sedikit di dekatkan pada telinga Yudha. Karena Bunda tidak ingin Kasa mendengar ucapan selanjutnya.

"Tolong, beri saya dan keluarga saya waktu untuk menjelaskan perihal Sulthan dan apa yang terjadi pada Kasa."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANGKASA || JJH [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang