|44|

846 58 3
                                    

Bunda, papah, dan Kasa kini telah sampai di depan rumah sakit sejahtera. Setelah satu Minggu lalu Kasa baru saja pergi meninggalkan rumah sakit yang sudah dianggap seperti rumah keduanya itu, karena terlampau sering Kasa datangi, kini anak itu harus kembali lagi kesini karena ada hal penting yang ingin dokter pribadinya alias dokter Dika sampaikan.

Kedua tangan remaja itu digenggam kuat oleh papah dan bunda di masing-masing sisi tangannya, sebuah sentuhan lembut Kasa terima kala tangan halus milik bunda mengusap perlahan punggung tangan miliknya.

"Hari ini hari yang paling dinanti, jangan takut, ada bunda sama papah disamping kasa." Ujar Embuni.

Kasa tersenyum, menganggukan kepalanya perlahan. 'tentu.' Gumam Kasa.

"Kalau gitu, ayo kita masuk." Ucap papah, ayah dua anak itu lantas segera membawa Kasa dan bunda untuk memasuki area rumah sakit.

Sesampainya di depan pintu ruangan dokter Dika, tanpa perlu menunggu lebih lama lagi, papah segera mengetuk pintu dokter muda itu, sampai akhirnya dokter Dika muncul di balik pintu, tersenyum hangat mempersilakan keluarga Aldinata untuk segera masuk ke dalam.

"Apa kabar Kasa?" Tanya dokter Dika, tangan kanannya mengacak Surai kecokelatan milik Kasa.

'baik!' Gumam Kasa.

Seluruh orang yang berada di ruangan itu lantas terkekeh. Dokter Dika tanpa membuang waktu lagi segera mengambil dua dokumen penting yang nantinya, selama beberapa menit ke depan akan dokter muda itu bahas.

"Puji Tuhan, bagus kalau gitu! Dokter Dika juga bawa kabar baik buat Kasa." Ucap dokter Dika.

Kasa menyernyitkan dahinya, isi kepalanya sibuk menebak-nebak kabar baik apa yang akan dokter dihadapannya ini sampaikan.

"Saya mulai sekarang boleh?" Tanya dokter Dika. Pertanyaan itu segera dibalas anggukan oleh bunda dan papah, sedang Kasa hanya diam dengan pandangan fokus menatap map yang berada di kedua tangan dokter Dika.

"Silakan dok." Jawab papah.

Dokter muda itu tersenyum sebelum akhirnya membuat salah satu map yang berada di tangannya, map hasil ronsen milik Angkasa juga beberapa bukti pemeriksaan beberapa waktu lalu.

"Baik. Sebelumnya Angkasa, ini adalah hasil ronsen milik kamu. Biar dokter jelaskan ya, ini kalau Kasa liat kesini, ini itu hati milik Kasa. Hatinya sudah tidak dalam kondisi yang baik, hatinya sakit, karena ada sel kanker yang nempel di hati Kasa. Perkembangan sel kanker di hati Kasa ternyata bisa dibilang cukup cepat. Mungkin pada saat awal-awal efeknya tidak terlalu buruk, namun ditengah-tengah akan mulai terasa, dan menuju stadium akhir karena cepatnya proses perkembangan kankernya, agak sedikit tidak terlalu berefek. Nah, status hati Kasa ini sudah di stadium akhir." Dokter muda itu menghentikan sesaat ucapannya, menatap wajah Kasa yang masih menyernyit bingung.

Lantas setelahnya dokter muda itu mengambil hasil ronsen hati milik Langit. "Nah ini adalah hati milik pendonor kamu, keadaannya bisa dikatakan sangat bagus dan cocok dengan hati milik Kasa." Jelas dokter Dika.

Kasa hanya mengangguk mengerti, ya pada intinya pendonor untuk hatinya sudah ada, lalu kanker hati yang dideritanya sudah stadium akhir sehingga secepatnya Kasa pasti akan segera melakukan operasi. Netranya kemudian menangkap raut wajah bahagia milik bunda dan papah, kedua orang tuanya itu terus tersenyum kala dokter Dika memberitahukan perihal kabar bahagia itu.

"Untuk pendonornya sendiri, Kasa dan keluarga sudah mengetahuinya kan ya?"

Kasa mengerutkan keningnya, kepalanya menggeleng, begitu juga yang dilakukan oleh bunda dan papah. Mereka sama sekali tidak tahu siapa pendonor hati untuk Kasa, untuk apa mereka kesini jika bukan untuk mengetahui perihal siapa pendonor itu kan? Apa maksud pertanyaan yang dilontarkan dokter muda itu, apa mungkin seharusnya mereka sudah mengetahuinya? Tapi siapa.

ANGKASA || JJH [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang