Bab. 2

1 1 0
                                    


🐣Happy reading! Siapkan pena dan kertas untuk menangkap clue-nya ya💫
*
*
*

"Bener dugaan gue," desis Keyra.

"Kakak, ngapain di belakang aku?" teriak gadis itu kesal.

Melihat reaksi adiknya, Devano tertawa puas. Ia semakin gemas ketika Keyra meniup-niup poninya. Lelaki itu mengusak rambut Keyra.

"Jemput kamu di sekolah. Tapi kamu Kakak panggil nggak dengerin, ya udah Kakak ikutin aja," jawab Devano sembari mencubit pipi adik kesayangannya itu.

"Kakak, nyebelin! Jemput kok nggak bilang-bilang dulu." Keyra mendengus. Ia mengatur ritme jantungnya yang sempat berdetak lebih cepat. Sebab ia mengira, orang yang mengikutinya sedari tadi adalah pembunuh berantai itu. Tapi pikiran itu seketika sirna, saat ia melihat Devano tersenyum di belakangnya.

Keyra bersedekap menatap pria yang berprofesi sebagai aparat berwajib yang berdiri di hadapannya cuma tersenyum jahil.

"Kalau bilang, enggak surprise dong namanya." Devano memeluk dan mengecup pucuk kepala Keyra. "Emang kamu mau ke mana sih?"

"Toko buku."

"Ya udah Kakak antar. Tapi kita ambil motor dulu bentar."

"Iya."

"Kamu kenapa? Kok diem, sakit?" cecar Devano.

"Kak, aku mau cerita."

"Cerita apa?"

Keyra mengedarkan pandangannya. Mengamati sekitar mereka, waspada bila ada orang lain mendengar obrolan mereka di sana. Devano hanya mengangkat sebelah alisnya, menunggu Keyra berbicara.

"Aku sama temen-temen tadi nemuin ini di perpustakaan." Keyra memberikan gulungan kertas yang dia dan kawan-kawannya temukan pada Devano.

Tubuh Devano meremang membaca surat ancaman itu. Emosi lelaki itu sedikit naik mengetahui keselamatan adiknya terancam. "Sesuai prediksi, pembunuh itu sudah mengintai sekolah-sekolah yang belum menjadi korbannya."

"Aku nggak tahu sih, Kak, siapa yang jadi target selanjutnya? Tapi kami berlima jadi tambah waspada."

"Kamu fokus sekolah aja, biar Kakak yang bergerak."

"Okay."

***

Berbagai macam judul buku telah terpampang di toko yang cukup besar ini. Mulai dari buku pelajaran, novel, hingga majalah, semua tertata rapi di rak-rak yang berjajar. Sungguh sangat memanjakan mata bagi para pecintanya.

Keyra menelusuri puluhan rak besar. Ia mengambil setiap novel yang blurb dan cover-nya menarik. "Ini udah punya. Ini juga."

Sementara Devano, hanya menjaga Keyra dari jarak yang tak begitu dekat.

Sejauh ini sudah lima novel berada di dekapannya. Gadis itu pun beralih ke jajaran buku arkeologi. Ia memilih buku milik arkeolog ternama, yakni Michel Foucault. Cita-cita Keyra sebagai penulis tersohor, membuatnya harus menguasai jutaan kosakata dan tips tentang kepenulisan agar diminati banyak pembaca.

Brukk!

Tanpa sengaja, Keyra bertabrakan dengan seorang perempuan yang sepantar dirinya. Mereka berdua pun segera memunguti buku-buku yang berjatuhan di lantai.

"M-maaf, aku nggak sengaja," ujar gadis berkuncir dua dan memakai kacamata itu.

"It's okay! Gue juga minta maaf, gue nggak lihat arah tadi," balas Keyra.

"Enggak apa-apa. Ngomong-ngomong, aku Renata Tanaka." Renata membenarkan kacamatanya yang melorot sambil menatap Keyra terus-menerus.

"Cewek itu mencurigakan," pikir Devano.

My Name is GreetWhere stories live. Discover now