Bab. 3

2 1 0
                                    

[💓Happy Reading 💓]
______________________


Bagaskara masih menampakkan sinarnya. Ia belum pulang menuju tempat peristirahatan. Meninggalkan semburat jingga di ufuk barat yang keelokannya teramat memanjakan mata bagi siapa saja yang menatapnya.

Bunga-bunga masih bermekaran di seputaran rumah Fay. Gadis itu tengah bersandar di pilar teras rumahnya. Sambil memainkan ponsel untuk membaca novel di aplikasi wattpad, Fay juga membaca alur cerita tersebut yang hampir sama dengan apa yang sedang terjadi di kotanya.

"Gila sih, bisa sekompleks ini alurnya. Menarik! Tapi ... ." Fay mengetuk dagunya.

". ... Apa polisi yang menangani kasus pembunuhan di kota ini juga melakukan hal yang sama seperti dalam cerita ini?" Fay bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Gadis pecinta warna ungu ini memutuskan untuk pergi membeli cemilan di minimarket dekat alun-alun kota. Niatnya, sekalian menghilangkan bosan. Fay pun mengendarai lamborghini ungu yang dibeli dengan yang tabungannya sendiri. Sesampainya di minimarket, Fay langsung mengambil keranjang belanja untuk memuat beberapa jajanan kesukaannya.

Selesai berbelanja, gadis itu pergi menikmati suasana alun-alun kota saat petang menjelang. Akan tetapi, semua tak sesuai ekspektasi Fay. Gadis manis itu melihat apa yang tak seharusnya ia lihat.

"Siapa mereka?" Fay mengikuti gerak-gerik dua orang misterius yang membawa satu kantong plastik besar itu.

Tubuh Fay gemetar dan matanya terbelalak ketika melihat jasad manusia dikeluarkan dari kantong tersebut. Ada juga empat jasad lain yang sudah lebih dulu teronggok begitu saja di sana. Fay terus bersembunyi di balik pohon besar.

"Selesai," ucap salah satu dari mereka.

Begitu dia orang itu pergi, Fay mulai menelepon polisi dan teman-temannya. Napas Fay berderu kencang. Gadis itu sangat ketakutan. Tapi ia tak bisa berdiam diri menunggu pertolongan datang. Akhirnya Fay memutuskan untuk berlari meminta pertolongan pada orang yang melintas agar mau menemaninya menunggu polisi datang.

Fay mencegat setiap orang yang melewatinya tapi tidak berhasil. Kemudian, ia menarik paksa tangan seorang perempuan berambut pendek yang sedang berjalan kaki di trotoar. "Kak, tolong saya!"

"Ada dua orang buang mayat di sana." Fay menunjuk tempat di mana jasad-jasad itu berada.

"Jadi dia melihat semuanya tadi. Merepotkan!" batin wanita itu kesal. Tapi tidak dengan ekspresi yang wanita itu tunjukkan. Ia tersenyum dan menjawab, "Tenang, Dik. Di sini ramai, kamu jangan takut."

Sirine polisi sudah terdengar. Percakapan Fay dengan wanita itu pun teralihkan oleh rombongan kepolisian yang mendatangi mereka. Beberapa orang yang melintas juga turut memperhatikan mereka.

"Sial!"

"Di mana kamu melihat jasad-jasad itu berada?" tanya Zahwa.

"Di sana, Bu. Mari saya antar!" tawar Fay. Dengan kooperatif, gadis itu mengantarkan anggota kepolisian ke tempat lima mayat itu berada.

"Apa kamu melihat wajah pelaku?" cecar Zahwa.

"Tidak. Mereka memakai masker dan hoodie berwarna hitam, tinggi badan mereka sekitar 150 senti dan 180 senti," jelas Fay.

Zahwa mengernyit. "Mereka?"

"Iya, pelakunya ada dua orang."

Petugas kepolisian pun segera memeriksa kondisi di tempat kejadian perkara. Beberapa petunjuk telah mereka kantongi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Name is GreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang