Sepuluh

13 3 0
                                    

Tak menunggu waktu lama dia meraih kunci motornya yang tergantung,berbicara empat mata akan lebih jelas jika harus berbicara melalui ponsel yang ada energi Riko terkuras habis karena jawaban konyol temannya itu.

Selang beberapa waktu dan tak menunggu waktu lama mereka bertemu disebuah tempat yang biasa mereka kunjungi.

Seperti biasa Feri memang tipe manusia yang tidak on time,membuat Riko sedikit kesal menunggunya,kalau bukan angota sendiri mungkin sudah habis ditangan Riko.

Dengan wajah tanpa bersalah,duduk tiba-tiba dan meminum minuman Riko tanpa rasa takut,kali ini Riko baik hati karena dia memang sedang butuh informasi tentang Zia.

“tumben banget nih bos muda ngajakin ketemu” ucap Feri yang cengengesan

Riko :” bos bos,udah lama gak sopan”

Feri :”yaelah gitu aja marah ni anak,tuh muka lu udah keriput gara-gara marah-marah mulu sama gue”

Riko :”to the point aja,bantuin gue cari tau tentang Zia,sekalian deketin juga” dengan wajah datar dan penuh percaya diri

Feri :”sumpah bener-bener gak nyerah ya lu padahal kemaren kan gue bilang dia pasti tipenya ustadz” 

Riko :”bodo amat gak peduli,yang jelas gimana caranya lu bantuin gue buat deket sama Zia”

Feri :”lu biasanya gak gini dah apalagi kalau masalah cewek”

Riko :”ga,Zia itu beda dari yang lain”

Feri :”hadeh beda aja yang lagi kasmaran mah”

Riko :”mau gue banting lu”

Feri :”astagaaaaa emosian heran,ga gue bantuin tau rasa lu ya”

Riko :”terserah,besok nama lu udah gak ada di daftar Brigez” ucap Riko sambil meraih kunci motornya dan ninggalin Feri

Feri :”Rikooooooooo iya iya gue bantu tapi jangan keluarin gue” lari menuju arah Riko

Riko hanya tertawa melihat perasaan cemas temannya padahal dia hanya becanda perihal nama dia akan dihapus di Brigez.

Dengan gelapnya jalanan akibat kurangnya lampu penerang,dari kejauhan Riko menangkap bayangan seorang cewek seperti tak asing dengannya,Riko menurunkan kecepetan laju motornya memastikan cewek tersebut.

Perkiraan Riko benar yaa perempuan itu adalah Zia nampaknya dia sedang berjalan sendirian sambil menenteng barang bawaannya.

Kecepatan laju motor yang dia kendarai pun ia pelankan memastikan bahwa itu benar-benar Zia,sebisa mungkin ia mempersiapkan dirinya agar baik-baik saja ketika berhadapan nanti dengan Zia,ia tidak mau seperti kejadian kemarin rasanya dia tidak mengontrol diri ketika dirinya dihadapkan dengan cewek pemilik mata indah itu.

Dengan jarak yang begitu dekat ,wajah datar yang ia pasang,walaupun hatinya sudah dipastikan tidak baik-baik saja.

naik,jalanan sini rawan” ucapnya

Suara yang Zia hafal walaupun pemilik motornya tidak membuka helm full face nya,tak ada satu kata pun yang Zia lontarkan dia hanya mematung,ternyata ini bukan dari akhir perasaannya memang lebih dari sekedar mengagumi sosok Riko.

cepet,” Riko memastikan sekali lagi

“eh itu apa,gpp duluan aja kak,lagian udah deket juga”

“naik,sekalian gue anter pulang cepetan”

Sebenarnya Zia memang takut dia sengaja jalan kaki menulusuri jalanan yang berharap ada angkutan umum yang lewat,tapi memang sepertinya di jam segini memang susah.

Seperti biasa mereka sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing,tidak mengeluarkan satu kata pun mau Zia ataupun Riko,hening dengan hembusan angin malam makin membuat mereka canggung.

Sadar akan hal itu akhirnya Riko membuka suara,karena jika dia yang tidak memulai duluan tidak akan ada obrolan yang mereka bicarakan.

mau di anter sampe mana” basa basi yang sangat basi,rasanya dia tidak handal dalam menaklukan perempuan.

“terserah kak,mau depan rumah juga gpp,atau depan gang juga gpp.”

“mau dianter sampe dapur juga gue siap” tawa Riko pun sedikit mencairkan suasana.

Zia pun pun ikut tertawa ternyata memang Riko tidak seperti kulkas 2 pintu aslinya,kadang kita memang gampang sekali menilai orang lain padahal kita saja tidak tau dia seperti apa.

Tak butuh waktu lama akhirnya tibalah mereka didepan rumah Zia,memastikan Zia  agar tidak turun dengan terburu-buru seperti kemarin.

“Makasih kak” Ujarnya sambil melemparkan senyuman manis kepada Riko

Deg,jantung Riko berdebar kencang rasanya ingin menghilang saat itu juga,tidak menyangka ternyata Zia memang benar-benar sehumble itu.

Haha iya santai” Dengan wajah sedatar mungkin,memastikan dirinya agar tidak terlihat salah tingkah.

Sepanjang perjalanan pulang tak hentinya Riko tersenyum seperti mendapatkan hadiah yang yang selama ini dia dambakan.

Hijrah JourneyWhere stories live. Discover now