8. Rival

269 29 1
                                    


.

.

.

.

Tinn!

Tinnnnnnnn!!

"Berisik!" sungut Yibo pada Sean yang terus menerus menekan klakson motornya.

Sean tersenyum, dan mematikan motornya.
"Pagi mas Gunamel." sapanya ramah seperti biasa.

Yibo tak membalas sapaan Sean. Fokusnya kini teralihkan oleh penampilan Sean.

Yibo mengangkat satu alisnya. Menelisik apa yang berbeda dari orang di depannya saat ini. Mengabaikan Sean yang menatapnya bingung dengan senyum tertahan.

Rambut gondrong dan kumisnya hilang?

"Lihatnya biasa saja to, Mas." tegur Sean jenaka. "Jangan terpesona begitu, kan saya malu."

Yibo yang tersadar mendengus.
"Ngawur!" elak Yibo.

"Minggir, saya yang nyetir." perintah Yibo pada Sean yang tetap tersenyum apapun keadaannya.

"Monggo.." ujar Sean mempersilahkan.

"Kemarin, mas Gunamel gak nungguin saya kan? Saya lupa ngasih tau." kata Sean, setelah lama mereka diam.

"Gak!"

Sean terkekeh.
"Singkat banget to mas, apa gak penasaran saya kemana gitu?"

Yibo merotasikan matanya. Ide jahil muncul begitu saja di otaknya dan tanpa aba-aba. Yibo membelokkan motornya ke arah yang tidak seharusnya mereka lewati.

"Wow!" pekik Sean kaget, "Salah arah ini, Mas!" ujar Sean yang masih kaget dengan gerakan tiba-tiba Yibo. Bayangkan saja, Sean saat ini tak bertumpu pada apapun. Sedang di tangannya penuh dengan keperluan mereka di sawah.

Sean hampir kejengkang.

"Masa?" tanya Yibo pura-pura tidak tahu. Lalu dengan santainya Yibo menarik tuas rem secara bersamaan.

"Aduh!" keluh Sean yang wajahnya membentur punggung Yibo dengan keras.

Yibo tersenyum puas. Mampus!

"Kasih aba-aba dong, Mas. Sakit ini wajah saya. Saya juga hampir kejengkang tadi." protes Sean yang tidak di pedulikan oleh Yibo.

"Kok jadi salah saya? Kan kamu yang nabrak punggung saya. Saya tidak terima!" elak Yibo, membuat Sean yang merasa lebih dewasa memilih untuk mengalah. Gak mau memperpanjang.

"Yasudah, biar saya saja yang nyetir. Mas Gunamel bawa ini ya.." Sean turun dari motor.

Yibo mendengus. Sulit sekali membuat orang ini marah.
"Udah cepet naik." perintah Yibo, dia tidak mau jika harus membawa barang-barang itu.

Tinn!

Tinn!

Sean dan Yibo menoleh ke arah mobil pickup yang menuju ke arah mereka, dan Sean tersenyum lebar saat tahu siapa yang mendekat.

"Bang Sean?" tanyanya setelah mematikan mobilnya tepat di samping Sean.

"Halo, Yubin.." sapa Sean ramah.

"Kirain tadi bukan bang Sean, loh." ujarnya yang mengamati penampilan Sean.

"Kenapa? Pangling ya?" tanya Sean, meski ia sudah tahu apa yang di pikirkan orang tentang penampilan barunya. Sean memang selalu percaya diri.

Yubin mengangguk.
"Kelihatan lebih muda, dan makin ganteng, Bang." ujar Yubin semangat.

Sean?

Jangan di tanya, dia lagi menyombongkan diri dalam hatinya.
"Bisa aja," ujar Sean yang malu.

Yibo mendecih, mendengar orang itu terlalu memuji Sean. Berlebihan sekali.

Yubin menoleh, dan baru sadar jika ada orang lain di antara mereka berdua.
"Eh? Siapa Bang?" tanya Yubin pada Sean.

"Yibo, cucunya mbah Wuri."

"Oo.. Kenalin saya Yubin." sapa Yubin yang sudah turun dari mobilnya.
Tangannya terulur ke arah Yibo.

Yibo hanya melirik Yubin sekilas, tanpa berniat menjawab ataupun menjabat tangan Yubin.

Yubin menarik kembali tangannya dan sedikit tersinggung karena sikap Yibo.
Angkuh sekali batin Yubin.

Sean buru-buru menengahi, dan mengalihkan perhatian.
"Yubin mau kemana?" tanya Sean.

Yubin menghela napasnya, meredam gejolak emosi yang baru saja ingin meledak. Lalu melihat Sean.
"Bang Sean mau ke sawah yang mana? Ayo aku antar." tawar Yubin pada Sean yang kelihatan begitu kerepotan dengan barang bawaannya.

Sean iya-iya saja, sebelum suara Yibo menginterupsi.

"Ga perlu." tolak Yibo dengan wajah datar.

Yubin menatap Yibo sengit dan bertolak pinggang.
"Saya nawarin Bang Sean, bukan kamu."

Yibo balik menatap Yubin dengan wajah dingin. Dia tidak suka dengan orang-orang yang ikut campur dalam urusannya. Terutama orang ini.

Sean yang sudah menaruh barang-barangnya di bak pickup Yubin, mendadak urung. Dan segera mengambilnya kembali.

"Kenapa di ambil lagi? Taruh di situ aja, ayo saya antar, Bang." titah Yubin yang melihat Sean tak jadi ikut dengannya.

Yibo menatap Sean mengintimidasi.

Sean bingung, kenapa jadi seperti ini? Di tatapnya Yibo dan Yubin bergantian. Setelahnya menghela napas berat.
"Kalian ini kenapa?" sidak Sean, "Baru saja bertemu, belum berkenalan. Tapi sudah perang dingin saja."

"Yubin.."
Sean memberi pengertian kepada Yubin, dan meminta maaf atas sikap Yibo kepadanya.

Yubin jelas tidak terima, kenapa harus Sean yang meminta maaf? Bukannya si angkuh itu sendiri.

Tapi Yubin mencoba mengerti, dan sebagai bentuk rasa hormatnya pada Sean, Yubin mau mengalah untuk meminta maaf pada Yibo terlebih dulu.

"Nah, gini kan enak." ujar Sean merangkul keduanya.

Sedang Yibo dan Yubin, mereka saling membuang muka.





Raaawrr : 🦖

Rambut baru Sean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rambut baru Sean

Bang Sean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang