❤️Special Chapter💕

495 10 0
                                    

6 tahun kemudian...

Genta mengklakson mobil di depannya dengan tidak sabar, berkali-kali ia memandang jam tangannya, Genta terjebak macet, beberapa kai ia merutuki nasib sialnya. Ponsel Genta berbunyi, ada telepon masuk dari Mahesa.

"Kamu ada dimana?, Kenapa belum sampai juga?"

"Macet," Genta melihat ke luar jendela Mobil, "Aku suda di dekat rumah sakit, tapi sialnya jalanan di sini malah macet."

Tak pikir panjang.

Genta melepas sabuk pengamannya. Ia mematikan mobilnya sebelum beranjak turun dan meninggalkan mobilnya begitu saja, persetan jika dia terkena tilang nanti, Genta tak mau melewatkan momen terpenting dalam hidupnya.

"Cepatlah, Mentari akan segera di pindahkan ke ruang bersalin."

Genta tak begitu mendengarkan apa yang dikatakan Mahesa, ia berlari sekuat tenaga, menerobos begitu saja dan masuk ke dalam rumah sakit. Ini adalah hari spesialnya, anak-anaknya akan lahir hari ini, ya, Mentari akan melahirkan anak kembar, usai mengelilingi beberapa koridor akhirnya Genta melihat Mahesa yang tengah berada di depan ruangan bersalin.

"Kenapa lama sekali?!"

Genta masih mengatur napasnya. Mahesa juga tak berniat untuk mencecar adik iparnya itu, "cepatlah masuk, dia sudah menunggumu."

Genta melangkah masuk. Perlahan, ia melihat mentari yang tengah berjuang untuk melahirkan anak-anaknya. Genta mendekat, menggenggam lembut jemari Mentari.

Mentari menoleh. Senyum bahagia terukir di wajahnya, sedetik kemudian...

"AAAaaaaaa!!"

Mentari menjambak rambut Genta sekuat tenaganya, "Kenapa lama sekali!!"

Dokter kandungan yang bertugas mencoba untuk menenangkan Mentari, tapi mentari tak menggubrisnya.

"Ini sakit sekali!!, Sudah sepuluh menit tapi mereka tidak mau keluar juga!!!"

"Lepaskan rambutku aku bisa botak!" Genta meringis kesakitan, bukanya kendor, Mentari malah semakin kencang menarik rambutnya.

"Rasanya tubuhku seperti terbelah!!, Genta sialan!!, ini semua salahmu!, Argh!, Sakit!!!"

Genta dan Mentari sama-sama berteriak, kepala bayi mulai terlihat, dokter yang tadinya menenangkan Mentari memilih untuk membiarkan keduanya dan berfokus pada kelahiran bayi-bayi itu.

"Bu Mentari, ayo atur ulang kembali nafasnya, kepala bayinya sudah terlihat," Masih dengan menjambak rambut Genta, Mentari mengikuti aba-aba dari sang dokter, "tarik napas, hembuskan, tarik nafas, ayo, mulai mengejang lagi, dorong..."

"Argh!!!!"

Genta ikut berteriak bersamaan dengan anak pertamanya yang lahir, selang lima menit bayi kedua pun menyusul, persalinan itu berlangsung dengan lancar, kedua anaknya berjenis kelamin laki-laki, sehat dengan berat lahir 2,5 Kg.

Saat Mentari sedang di bersihkan, Genta keluar ruangan usai mengazani kedua bayinya. Dua orang yang berdiri di samping Mahesa menatap horor pada Genta, Mereka tak lain adalah Irawan dan Citra.

"Apa kamu mau menunggu anakmu berusia satu tahun dulu baru mau mengabari mami kalau Mentari melahirkan!" Sarkas Citra, padahal selama masa kehamilan Citra sudah berperan sebagai ibu mertua yang baik, ia juga selalu berpartisipasi setiap Mentari check up kesehatan, Citra tak mau melewatkan setiap momen indah itu. jika ada kontes ibu mertua terbaik sejagad raya, pastilah Citra pemenangnya.

"Mentari yang memintaku untuk menghubungi kalian jika Genta sudah sampai," niatnya Mahesa untuk membantu Genta ternyata malah membuat Citra semakin marah.

"Kamu terlambat datang ke rumah sakit!!?"

Genta meringkuk mundur ke belakang saat maminya akan melayangkan pukulan.

💠💠💠


Dua bulan setelah Mentari melahirkan mereka memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, rumah yang dibeli dengan uang dari hasil taruhan antara Genta dan Mahesa, Mahesa menebak kalau bayi yang di kandung Mentari adalah kembar perempuan namun nyatanya kembar laki-laki, Mahesa kalah telak.

Mentari yang sempat mempercayai kakaknya itu sampai membeli perabotan bayi serba pink, sampai hasil USG bayi mereka keluar barulah Mentari menyadari kesalahannya, alhasil jadilah perabotan kamar super pink untuk Juna dan Juan.

Genta sudah beberapa kali memprotes karena tak terima anak-anaknya jadi Pink Boys namun Mentari tak menggubrisnya sama sekali, dengan alasan kalau bayi itu cepat besar.

Menjadi orang tua tidaklah semudah yang Genta bayangkan. Mungkin hukum karma mulai berjalan bagi Genta, dulu dia selalu saja menyusahkan papinya dengan kenakalannya, tapi bukankah ini sedikit tidak adil?. Papi hanya mengurus satu anak nakal sedangkan Genta dia harus mengurus dua anak sekaligus.

Perangnya dan Mentari berlanjut. Tepat pada tengah malam Juna terbangun, menangis dengan kencang membuat saudara kembarnya Juan juga iku terbangun. Mentari dan Genta yang masih setengah sadar langsung beranjak dari tempat tidur.

"Kamu tenangkan mereka dulu, aku akan panaskan asinya," pinta Mentari tanpa menunggu persetujuan Genta, yang disuruh pun hanya menurut saja. Genta mengecek pampers kedua anaknya, rupanya benda itu penuh, selagi menunggu Mentari, ia dengan telaten menganti pampers kedua anaknya.

Juna dan Juan sudah lebih tenang. Mentari tiba tepat waktu, ia segera memberikan dot bayi berisikan Asi untuk bayi-bayinya, Mentari tidak membiasakan menggendong anaknya saat menyusu karena tak mau itu nanti menjadi kebiasaan, "tidurlah," ujar Mentari saat melihat Genta yang menguap.

"Aku tidak apa-apa."

"Kamu besok masih harus berkerja," Mentari tak tega melihat Genta yang terlihat kecapekan.

Bukanya pergi Genta malah bergelayut manja memeluk mentari dari belakang, "aku merindukanmu."

"Genta!"

Genta masih belum menyerah. ia mengecup manja leher Mentari, " tidak bolehkan aku menjadi bayi ketiga mu?"

Mentari selesai dengan kedua bayinya yang sudah kembali tertidur. Ia menoleh ke belakang memperhatikan wajah Genta yang sekarang terlihat semakin dewasa, "kamu terlalu besar untuk menjadi bayi," Mentari tertawa  melihat Genta yang jadi murung, "bagaimana jika menjadi suamiku?" Bisiknya menggoda Genta.

Rasa kantuk Genta sirna, ia langsung menggendong Mentari ala Bridal Style, "bolehkah??"

Mentari mengangguk.

"Kita tidak boleh membiarkan baby dress yang lucu-lucu itu menganggur bukan?" Ujar Genta menyindir tentang pakaian khusus bayi perempuan yang tak terpakai. Mentari yang tahu kemana arah pemikiran Genta jadi sedikit merasa kesal. Ia mencubit hidung Genta sekuat tenaga.

"Dua anak lebih baik!" Dengan bangga  Mentari menyuarakan moto keluarga berencana yang sering di dengarnya dari iklan di TV.

Mereka saling tertawa pelan, tak mau membangunkan anak-anak mereka yang baru tertidur.

Baru selangkah mereka akan keluar dari kamar bayi, kedua bayi itu kembali terbangun. Lagi!

Bahu Genta terkulai, Mentari hanya bisa mengusap kepala Genta dengan sayang, mereka saling menatap sedetik kemudian saling melempar tawa, ya...ini adalah kehidupan baru mereka.

Ini bukanlah akhir dari kisah Genta dan Mentari, Melainkan awal dari kisah kehidupan baru mereka, kisah yang akan terus berlanjut, dengan hadirnya buah hati mereka. Membangun sebuah keluarga yang bahagia adalah tujuan baru Genta dan Mentari.







Thank you 😘

Backstreet Marriage [REVISI]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant