O4

175 40 2
                                    

[Jakarta, 2023]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Jakarta, 2023]

HEMA ingat cerita ini. Saat itu Hema habis mengantar adiknya—si Gita—membeli jajan di warung depan gang perumahan saat ia melihat Aresa sedang bermain bola bersama si bungsu Dananjaya. Tapi seingatnya juga ada Mana saat itu karena Hema ingat adiknya hampir terkena bola hasil tendangan Mana.

"Iya waktu itu Kak Mana nggak sibuk kok. Cuma baru selesai mandi aja. Jadi waktu Ganesh keluar, Kak Mana ikut di belakangnya," jelas Aresa.

Hema terkikik mendengarnya. "Lucu banget sumpah kalian tuh kenapa sih?" celetuk Hema. "Terus juga kayaknya Kak Mana pakai kaos gambar Patrick kan kalau nggak salah? Setema sama kaos lo?"

"Eh iya ya? Lo kok ingat aja sih, Hem?"

"Nggak tahu nih. Ingatan gue kalau buat hal nggak penting tuh tajam banget," jelas Hema. "Tapi emang ya lo sama Kak Mana tuh udah sehati dari dulu. Jodoh tuh!"

Aresa ikut tertawa. "Njir!"

Dua sahabat itu semakin tergelak sembari bernostalgia akan masa kecil mereka. Lumayan membunuh waktu sambil menunggu bocah-bocah TK selesai belajar.

"Jadi inget nggak sih waktu Kak Mana lulus SD? Lo nangis karena udah nggak satu sekolah lagi sama Kak Mana?"

Aresa menganggukkan kepalanya. "Inget. Di pikiran gue tuh, siapa lagi yang bakal beliin gue jajan kalau Kak Mana nggak satu sekolah?"

"Padahal kan masih ada gue sama yang lain," potong Hema.

Dengusan pelan pun dilontarkan Aresa. "Lo pelit kali! Yang baik sama gue cuma Ganesh sama Kak Mana."

"Nah, berarti kan masih ada Ganesh."

Aresa meringis pelan. "Gimana ya... gue tuh kalau sama Ganesh dulu suka malu gitu. Maksudnya kalau mau minta tolong sesuatu. Mungkin karena Ganesh juga pendiam ya. Sedangkan kalau Kak Mana tuh tipe yang akan menawarkan duluan jadi gue juga nggak begitu malu gitu mintanya. Duh paham nggak sih?"

Kepala Hema mengangguk tanda paham akan cerita Aresa. "Iya, paham kok gue," kata Hema. "Namanya juga lagi jatuh cinta, ya nggak?" lanjutnya sambil menggoda Aresa, membuat pria mungil di sampingnya itu memukulnya pelan.

Dua karib itu terus bercengkrama untuk membunuh waktu. Sesekali tawa mereka menggelegar hingga menarik perhatian ibu-ibu yang juga tengah menunggu anak mereka.

"Hem, anjir ketawanya jangan keras-keras! Dilihatin ibu-ibu tuh!" tegur Aresa sambil mencoba menahan tawanya. Sedangkan Hema di sampingnya masih terkikik pelan.

"Eh, lo ingat si mantan nggak sih?" tanya Hema tiba-tiba saat mereka sudah mulai kehabisan topik.

Kening Aresa mengernyit. "Mantan siapa?"

"Mantannya suami lo lah! Ya kali mantan lo? Eh, lupa, lo kan nggak ada mantan."

Tawa Hema kembali menggema meskipun tidak sekeras tadi karena takut mengundang tatapan tidak enak dari ibu-ibu yang duduk tidak jauh dari mereka.

FIRST AND LAST | NORENWhere stories live. Discover now