Bab 19

43 14 10
                                    

Aku dan Liam sampai ke kampusnya hampir jam tujuh malam. Liam bilang jadwal rapat mereka jam 7 malam, untunglah jarak dari rumah ke kampus Liam gak begitu jauh. Liam memarkirkan mobil di depan salah satu gedung kampus. Selasar gedung itu ramai oleh para mahasiswa yang sibuk berlalu-lalang. Aku dan Liam pun keluar.

Tidak jauh dari tempat kami berdiri, di sisi barat gedung ada lapangan luas kampus. Di sana banyak para tukang yang sedang membangun panggung dan beberapa stand yang sudah didirikan. Seperti kata Liam, di sini benar-benar ramai. Beberapa orang bahkan aku lihat berlari bolak-balik sambil membawa handy talkie.

"Liam!" seseorang pemuda mendekati kami dari kejauhan. Membawa satu kardus berwarna coklat di tangannya.

"Oh, Hai, Kak. Rapatnya gak jadi?" Liam bertanya. Sepertinya pemuda itu kakak tingkat Liam.

"Jadi lah, ini aku lagi bantu anak perlengkapan. Siapa?" Tanya pemuda itu, melirik ke arahku.

"Adikku. Kania, kenalin dia Hendery, kakak tingkat ku anak teknik sipil." Ucap Liam, memperkenalkanku pada pemuda yang bernama Hendery tersebut.

"Halo, Kak." Liam bilang dia kakak tingkatnya, tapi mereka beda jurusan. Liam kan jurusan arsitektur.

"Oh, Liam's little princess."

Littile princess? Liam, kamu cerita apa aja ke teman-temanmu sampai aku disebut little princess, huh?

Liam membuang muka, menghindari tatapan tajam ku. Dia pun merangkul bahu ku untuk mengikutinya, kami bertiga berjalan menuju selasar gedung bersama.

"Kamu gak kedinginan?" Tanya Liam. Dia pasti sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Enggak, kok." Aku menggeleng pelan.

Sesampai di selasar gedung, beberapa kelompok grup serentak menoleh padaku yang menempel dengan Liam. Sebagian dari mereka berkerumun dan mulai menyerang Liam dengan berbagai pertanyaan.

"Siapa dia? Pacarmu?"

"Wah, imutnya. Anak kampus kita? Jurusan apa?"

"Oh, aku pikir Liam gak tertarik dengan yang namanya pacaran."

Liam dengan cepat menarik ku ke belakang badannya. Menutup badanku dari teman-temannya yang mendekat seperti karnivora kelaparan. Yah, ini bukan pertama kalinya aku disalahpahami saat berpergian berdua dengan salah satu kakakku. Hal yang sama terjadi beberapa hari lalu di kafe.

"Jauhkan muka-muka mesum kalian, dia adikku." Balas Liam. Menarik ku masuk ke dalam aula gedung.

Di belakang kami, aku dengan samar dapat mendengar respon teman-teman Liam.

"Ah, jadi dia si little princess yang buat Liam jarang ikut kumpul bareng."

"Wah, adiknya seimut itu. Pantes aja Liam protektif."

"Dia mungil, masih SMP kah?"

"Dia gak mungil, lu aja yang raksasa badannya."

Aku menatap punggung lebar Liam, dia pasti juga mendengar percakapan teman-temannya. Liam gak bermain dengan teman-temannya demi menemaniku di rumah, padahal ini semester pertamanya. Saat-saat yang krusial untuk mencari relasi. Aku merasa bersalah. Bagaimana jika karena aku, Liam gak bisa menikmati hidupnya?

"Duduk di sini. Kamu mau aku carikan novel biar gak bosan?" Liam menarik kan satu kursi di pojok belakang Aula.

"Liam, berhenti babysitting ku dan kerjain aja urusanmu. Aku akan minta Kak Theo untuk jemput."

"Hah? Ah, kamu pasti gak nyaman di sini. Oke, chat kalau butuh sesuatu." Ucap Liam. Mengayunkan ponselnya di udara.

Aku mengangguk pelan. Mendorong Liam untuk segera pergi dan bergabung di bagian depan aula. Ada banyak mahasiswa di dalam aula dan aku duduk sendiri di pojok ruangan. Mereka ada para panitia acara festival ulang tahun kampus. Katanya, tinggal tiga hari sebelum acara diselenggarakan. Oleh sebab itu, akan banyak yang dibahas dalam rapat. Karena itu pula, Liam menduga akan pulang lebih malam dari biasanya.

KANIGARA [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang