𝑇𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟

6 1 0
                                    


"Malu dan penyesalan datang di akhir, bukan sebagai hukuman. Namun sebagai pelajaran, pelajaran agar tak lagi ada cerita yang terulang"







Sore ini udara klaten sedang sangat nyaman,zeya pun di ajak oleh angga untuk berkeliling bersama mariska. Mereka bertiga berencana untuk menikmati pemandangan sore hari bersama,serta ingin berburu makanan-makanan malam yang ada di alun-alun Pedan. Mereka bertiga kembali ke Pedan atas permintaan zeya,zeya masih sangat kepo dengan kota pedan.

"Zey neng lapangan Pedan wae yo,ko awak dewe linggo neng pinggir lapangan dek sisan tuku jajan neng kono" ucap angga pada zeya yang sedang asik di bangku belakang dengan mariska.

"Woy dijak ngomong krungu ora" ucap angga sedikit berteriak.

"Iyo,aku bi ais manut koe" ucap zeya yang membuat angga memutar bola matanya malas.

Angga melajukan mobilnya,terlintas di pikiran angga untuk tidak melewati jalan yang biasanya dirinya lewati. Angga melajukan mobilnya melewati jalan raya yang kanan kirinya adalah persawahan yang hijau, sedikit lebih memutar.

"Iki kok dalan e bedo to ngga,koe lewat ngendi?" Tanya mariska yang melihat jalan yang asing baginya.

"Iyo meh nyandi to Jane?" Tanya Zeta melihat jalanan yang asing baginya

"Wes jare mau maut aku" jawab angga membuat Zeya dan mariska saling bertatapan mata.

"Mboh manut ae, dek ruwet " ucap zeya yang membuat mariska mengangguk.

Angga menghentikan mobilnya di depan pemakaman umum,zeya dan mariska pun bingung dan hanya mengikuti angga keluar dari mobil.

"Nyapo mandek neng makam ngga?" Tanya mariska kepada angga.

"Meh nyekar mamaku,koe wong loro nek ora gelem mlebu neng mobil ae rapopo" jawab angga merapikan jaketnya.

"Aku melu,ayo ais" ucap zeya yang di angguki oleh angga.
Mariska dan zeya saat ini sedang memakai rok dan kemeja,jadi cukup sopan untuk ziarah.

Mereka bertiga pun masuk kedalam  pemakaman,zeya dan mariska mengikuti langkah kaki angga. Hingga angga berhenti di depan sebuah makam dengan batu nisan terukir nama  "Diah ayu" ,angga duduk di pinggir makan begitupun zeya dan mariska yang ada di pinggir makan di depan angga.

Mereka bertiga pun memanjatkan doa kepada almarhumah, angga paling khusuk dalam memanjatkan doanya. Sebagai anak laki-laki yang katanya cinta pertamanya adalah ibu,angga sangat merindukan pelukan hangat dari mamanya.

"Aamiin" ucap mereka bertiga bersamaan,angga mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air mata.

"Ikhlas ngga,mamamu wes seneng yo neng kono. Opo meneh due anak koyo koe , bangga mesti " ucap mariska kepada angga yang hanya di balas senyuman sekilas.

"Yowes ayo bali" ucap angga yang di angguki oleh zeya dan mariska yang sedang menaburkan bunga.

"Mah dewangga mantuk ngih,benjeng dewangga mriki malih. Nyuwun doa Pangestu ngih mah,mugi dewangga kuat" ucap angga lalu melangkah pergi dari makam mamanya

Dewangga bisa merasakan kehadiran sang mama saat tadi dirinya berdoa, begitu rindunya angga Kepada sang mama. Dewangga masih seorang anak yang membutuhkan pelukan hangat dari seorang mama, namun tuhan lebih tau apa yang terbaik untuk dirinya dan sang mama.

"Golek maem sek yo,aku luweh banget yo" ucap mariska memegang perutnya.

"Meh maem opo?" Tanya zeya kepada mariska

𝑩𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏 𝑫𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑳𝒖𝒌𝒂Where stories live. Discover now