Polos

1K 53 2
                                    

Book sialan, mimpi sialan.

Hanya kalimat itu yang terus diputar diingatannya setelah masuk kedalam book kemarin yang berjudul ‘Help’

Tapi endingnya jauh lebih baik daripada yang kemarin, sebuah plot twist diending terkadang membuat Jihoon tak bisa berkata-kata.

Pemuda itu kembali mengambil bukunya dan membaca apa bab selanjutnya, apakah akan harem lagi atau tidak?

Bab selanjutnya dengan judul “Polos"

Jihoon seorang remaja polos yang ditinggal bersama kakaknya dalam waktu 1 minggu dan kepolosan itulah yang dimanfaatkan oleh sang kakak pada saat masa pubertas adiknya.

“Ini bukan polos tapi bego nyerempet beloon!”











Seorang remaja tampak menggeliat kecil diatas tempat tidur, tubuhnya berguling kesana-kemari memimpikan hal-hal yang aneh, hingga pintu terbuka memperlihatkan seseorang yang memiliki usia sekitar 18 tahun.

Sang kakak masuk kedalam kamar adiknya, melihat sang adik yang terus bergerak gelisah kesana-kemari, ia menyingkap selimut yang menutupi tubuh adiknya, matanya terbelalak kaget, buru-buru ia mengambil ponsel dan memotretnya.

Tangan kekar itu menepuk pelan pipi sang adik.

“Dek bangun, kamu mimpi basah ini” ucapnya membuat mata cantik itu mengerjap pelan langsung mendongkak melihat kearah sang kakak dengan mata terbelalak kaget, bukan karena ucapan sang kakak melainkan karena adanya rasa aneh pada bagian bawah, ia melihat celananya sudah basah dengan hal lengket

“Kakak jangan bilang siapa-siapa!” Buru-buru ia menyela, melihat wajah kakaknya yang sudah sangat mencurigakan, wajah sang kakak sudah tersenyum konyol bersiap memberitahu semua ini pada orangtua mereka jika adiknya sudah dewasa dan memimpikan hal-hal tak senonoh.

“Emangnya kamu mimpi apa?”

Memanfaatkan kepolosan sang adik, sang kakak duduk disamping adiknya untuk merekam suara milik sang adik, merekam pembicaraan mereka.

“Adek mimpi, mimpi gitu-gitu..” kepalanya menunduk dengan tangan saling bertautan terlihat gelisah, wajahnyaa terlihat menahan tangis, ia sungguh malu.

“Gitu-gitu sama siapa?"

Jihoon semakin menunduk mendengar pertanyaan kakaknya, anak itu lantas mendongkak dengan raut wajah terlihat takut

“Sama kak Jeongwoo..”

“APA?!”









Suasana meja makan tampak hening, tak seperti biasanya yang dibarengi dengan celotehan si bungsu, Jihoon terus menunduk dengan raut wajah terlihat gelisah apalagi dengan sang kakak yang terus melihat kearahnya.

“Junkyu, Jeongwoo kalian sudah tau akan masuk ke universitas mana?”

Pertanyaan dari ayahnya membuat kedua anak kembar itu serempak menoleh, mereka sama-sama menghela nafas.

“Please yah, kita baru masuk kelas 3 SMA jangan nanya dulu universitas” ucap Jeongwoo sambil berdecak sebal,

“Memangnya salah jika ayah bertanya kalian mau masuk universitas yang mana? Lagian juga kalian tinggal satu tahun lagi di sekolah, wajar ayah sudah bertanya dan kalian mau masuk jurusan apa?”

“Adek juga, adek memang sudah fix mau masuk SMA yang sama seperti kakakmu?”

Bujuk ayah namun nihil Jihoon malah menangis, hal itu membuat Bunda langsung melotot tajam.

“Jihoon adek, Bunda dan ayah perginya juga sebentar, adek tinggal bertiga dulu ya sama kakak Junkyu dan kak Jeongwoo nanti pulang Bunda bawain oleh-oleh”

Tapi nihil tangis Jihoon malah semakin bertambah kencang.

“Iya, nanti ayah bawain oleh-oleh, kalian mau kan punya adik perempuan?"

“APA?”

“HUWAAAAA!”

Kedua anak kembar terlihat terkejut namun tangisan Jihoon jauh lebih keras, menangis sesegukan dan membanting sendok dan garpu.

Ia tak ingin posisinya sebagai anak bungsu tergeser.








“Puas? Puas melecehkan kakakmu sendiri?”

Deg!

Jihoon menoleh, ternyata disana sudah ada Junkyu dan Jeongwoo yang memegang ponsel mengarahkan padanya.

“K-kakak…”
































Sudah dibilang jika Jihoon itu polos polos bangsat, seperti saat ini, baru saja selesai mandi dan belum memakai pakaian namun teriakan Junkyu menggelegar memanggil adiknya membuat si empu dengan terburu-buru melangkah keluar dari kamar mereka dan menemui Junkyu yang sedang ada di dapur.

“Kakak ji takutt hiks..”

Tubuh Jihoon langsung digendong masuk kedalam pelukan Jeongwoo, tangan Jeongwoo mengusap lembut punggung adiknya yang bergetar ketakutan.

“Kau benar-benar menyebalkan Junkyu!” Ucap Jeongwoo tepat ada disamping sang kakak kembarnya.









Jihoon terbangun, celangak celinguk melihat jika ada Junkyu atau tidak, ternyata kakaknya yang menyebalkan itu tidak ada, Jihoon keluar dari dalam kamar, langkahnya terhenti ketika dikegelapan melihat siluet seseorang yang sangat ia kenali, Jihoon mengikutinya dari belakang, berjalan mengendap agar tak ketahuan, pemuda itu berjalan menuju ruangan belakang.

Ruangan yang memang jarang sekali dilalui bahkan ayah pun melarang mereka untuk mendekati ruangan itu, tapi kenapa kakaknya malah membuka ruangan tersebut, dengan segera ia mengintip dari bolongan kecil yang ada di pintu.

Matanya terbelalak kaget ketika melihat sesuatu didalam sana, mulut Jihoon tak henti terbuka, pemuda itu melihat didepannya sang kakak tengah memberikan seseorang makanan dan minuman.

Jihoon menajamkan telinganya, berusaha mendengar percakapan dari dua orang tersebut.

“Apa kau juga ingin mengatakan jika aku iblis?"

Jeongwoo berjongkok, mencengkram erat rahang adiknya bahkan sampai mengeluarkan darah, netra Jihoon bergetar ketakutan, tangannya yang lemas terulur untuk menyentuh rahang tegas kakaknya.

“Sadarlah kak, aku Jihoon, aku adikmu-- uhuk!”

Pandangan Jeongwoo yang semula diliputi oleh amarah kini melunak, pemuda itu menatap wajah adiknya.

“J-jihoon?”

Seakan baru tersadar jika memang Jihoon yang ada didalam dekapannya, kini raut wajah Jeongwoo terlihat begitu khawatir.

Uhuk!


5,4k word+++

Jihoon yang ditinggal bersama kedua kakaknya, pada saat itu adalah awal dimana kehancuran tiba, Jihoon yang pada saat masa pubertas memimpikan 'hal aneh' dan dimimpi itu di dominasi oleh kakaknya sendiri.

"Adek mimpi, mimpi gitu-gitu..” kepalanya menunduk dengan tangan saling bertautan terlihat gelisah, wajahnyaa terlihat menahan tangis, ia sungguh malu.

“Gitu-gitu sama siapa?"

Jihoon semakin menunduk mendengar pertanyaan kakaknya, anak itu lantas mendongkak dengan raut wajah terlihat takut

“Sama kak Jeongwoo..”

“APA?!”
,

book a trip to the s.gameWhere stories live. Discover now