---
Netraku mengernyit, terasa ngilu, namun kupaksakan untuk mengintip diantara celah kelopak mataku. Terus terang, terasa begitu silau. Lebih silau dibanding biasanya. Sinarnya sangat cerah seakan-akan mengambang dan berkelap-kelip, seperti cahaya di dalam air danau nan jernih.
Apakah aku kesiangan? Tak biasanya aku bangun sesiang ini. Perlahan ku buka mataku dan mengerjap beberapakali, mencoba membiasakan sinar matahari yang masuk.
Namun ketika kusadari sejenak, ada satu bayangan asing di depanku.
Terlihat seperti manusia yang tengah bersimpuh di tepi depan kasurku. Pandanganku masih kabur, membuatku mengedipkannya lagi berkali-kali agar indra penglihatanku semakin jelas.
Setelah semuanya menjadi jernih, kubulatkan mataku sebundar-bundarnya. Jantungku sampai tersentak dan memicu dengan kecepatan tak normal. Napasku terhenti disekian detik, dan menghela tak percaya.
Ia tersenyum. Entah siapa dia, aku bahkan tak tahu dan tak pernah melihatnya sebelumnya di kehidupanku. Dirinya terasa asing, namun hatiku familiar akan sosok itu. Senyumnya tampak sangat amat teduh, ukiran bibir melengkung yang jarang dimiliki oleh orang biasa itu begitu memikatku. Warna kulitnya yang begitu unik, bersih putih dan sedikit kemerah mudaan. Mata kecilnyanya memandang sayu, sangat bersinar dan bergelimang cahaya. Tak pernah kulihat ada manusia seindah ini dalam seumur hidupku.
Ia memakai kemeja putih panjang kebesaran pun celana bahan hitamnya tanpa alas kaki. Geraian rambut sepanjang tengkuknya itu berwarna hitam keemasan. Bila ku jelaskan secara singkat, lelaki ini — pria yang sejak tadi hanya menatapku dengan lengkungan bibirnya itu layaknya seorang peri di dunia fantasi.
Benar! Dibandingkan manusia, dia lebih seperti peri yang keluar dari buku dongeng dengan segala aspek keindahan yang memukau.
Aku yang memopoh tubuhku dengan punggung lengan tanganku bergeming, antara terkejut dan terpukau bergabung menjadi satu, kedatangan pria misterius ini benar-benar membuat perasaanku campur aduk. Aku tidak tahu apakah karena pemuda ini atau memang cahayanya sedang bagus saja sampai membuat sinar-sinarnya berwarna cantik?
YOU ARE READING
Mimpi yang Membawa Awan ke Peron 9¾ [YEONJUN × SAKURA]
Fantasy"Bagaimana rasanya ketika mati lebih baik daripada hidup?" ;Tentang awan yang mencoba meraih sang langit di tengah gegap gempitanya dunia. A fantasy story with illustrations by ©apapparara Pairing; Choi Yeonjun & Miyawaki Sakura