Enigma 33

147 27 27
                                    

Cerita ini murni dari hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.


Merokok di malam hari dengan ditemani sekaleng bir dan duduk di beranda hotel jadi rutinitas Jiyong beberapa hari ini setelah dirinya berpisah dari kekasih hati dan teman hidupnya itu. Kerinduan menjadi bagian darinya lagi setelah selama hampir dua bulan dia mendapatkan mate-nya kembali.

Kedua ibu jarinya dengan gesit menekan huruf-huruf pada keyboard ponselnya. Nampaknya dia sedang fokus berkirim pesan. Bahkan sebatang rokok menyala di mulut pun Jiyong hiraukan. Sampai langkah kaki seseorang yang menghampirinya tidak dia gubris. Yah, Jiyong tahu siapa yang datang.

"Apa kau tak ada niat kembali ke penthousemu?"

Seung Hyun menaruh sekaleng bir dingin yang sudah diminumnya di atas meja kecil di beranda. Si sulung duduk di sebelah Jiyong yang masih kosong. Mereka hanya terpisah meja.

Selesai mengirim pesan, Jiyong meletakan ponselnya di meja. Lalu, dia mencabut rokok dari mulutnya dan dia hembuskan asapnya ke langit malam.

"Aku tidak minat pulang untuk beberapa waktu ke depan. Kau tahu, terlalu sepi di sana," jawab Jiyong.

"Apa bedanya dengan di sini? Tidak ada Seungri juga, 'kan?"

"Setidaknya di sini tidak ada bayang Seungri."

Tak lama ponsel Jiyong kembali bergetar. Dia segera mengambilnya dan membuka pesan yang masuk. Sudut bibirnya tertarik ke atas hingga dia nampak tersenyum. Dua ibu jarinya pun kembali bergerak gesit untuk membalas pesan tersebut.

Seung Hyun tahu siapa yang mengirim pesan pada Jiyong. Hanya ada satu orang yang mampu membuat sang Alpha senyum atau ketawa sendiri saat melihat layar ponsel seperti orang gila.

"Untung saja hanya aku yang tahu kau senyum sendiri. Jika orang lain, mungkin sudah dianggap gila," ledek Seung Hyun dan dia menenggak birnya lagi.

"Yah, biar saja. Aku lebih suka disebut seperti itu karena memang sudah dibuat gila olehnya," kelakar Jiyong.

"Aigoo, bisa-bisanya alpha kuat dan sangat ditakuti ini tunduk pada yang namanya cinta," ejek Seung Hyun lagi, akan tetapi Jiyong sama sekali tidak keberatan atau malu. Memang begitu keadaannya saat ini.

"Yeol-ah, bagaimana dengan Hades?" Jiyong bertanya saat alpha itu datang menghampiri Jiyong dan Seung Hyun. Tanpa menoleh, Jiyong tahu kedatangan Chanyeol. Seung Hyun agak terkejut saat Jiyong bertanya pada pasangan Baekhyun itu.

"Woah, kau benar-benar sensitif ya."

"Berkah dari langit," kelakar Jiyong.

"Hampir seminggu dan pengawasan Hades tidak juga luntur. Orang itu benar-benar seperti robot," jawab Chanyeol.

"Manfaatkan keadaan. Teror mobil Park saat sedang berada di mobilnya. Tapi, pastikan istriku tidak ada di dalamnya," perintah Jiyong. Dia menenggak lagi birnya.

"Memangnya mau apa istrimu ikut serta di dalam mobil mereka?" tanya Seung Hyun.

"Ya, barangkali saja Hae Jin sudah berubah pikiran untuk segera membawa Seungri keluar dari sangkarnya. Seungri tidak akan betah dikurung terlalu lama. Kecuali denganku," tukas Jiyong.

Seung Hyun putar bola matanya. "Itu juga karena dia terpaksa dan kau memaksanya."

Jiyong acuh saja dengan yang dikatakan Seung Hyun. Ada benarnya juga yang dikatakan si sulung. Namun, lama-lama menjadi cinta keduanya.

Enigma [End]Where stories live. Discover now