6. Harapan yang terpendam

53 5 0
                                    

Gimana kabar kalian??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana kabar kalian??

Hari ngapain aja??

Yuk ramein lapak ini! Aku bakal berterimakasih jika kalian mau share dan mengembangkan cerita Goresan Tinta Altara.

Spam love banyak-banyak❤

༶•┈┈⛧┈♛ Happy reading ♛┈⛧┈┈•༶

Kalea menikmati sepiring gado-gado miliknya dengan tenang, cewek itu meluapkan kekesalannya pada Altara dengan makan gado-gado di pinggir jalan yang menggunakan 10 buah cabai. Mulutnya mengembung, matanya berair, dan keringat memenuhi seluruh wajahnya.

"Pedes!" Kalea mengusap ingusnya yang terus keluar. "Lebih pedes dari pada bubur ayam kemaren, padahal cuma pake 10 cabe."

"Kenapa Mbak? Pedes?" tanya sang penjual.

Kalea mengangguk sambil menyeropot es teh manis yang baru saja disajikan penjual gado-gado itu.

"Saya pake cabe rawit merah Mbak, jelas pedesnya bisa bikin orang berubah jadi setan."

Kalea melotot. "Terus maksud Ibu, saya bakal berubah jadi setan?"

Wanita paruh baya berkerudung merah itu mengangguk. "Siap-siap Mbak buat berubah."

Kalea mencebikkan bibirnya, niatnya menghilangkan kesal dengan makan pedas tapi dirinya malah tambah kesal.
"Sumpah! Sial banget gue hari ini, udah ketemu cowok nyebelin terus sekarang ketemu ibu-ibu yang nggak kalah nyebelin."

"Marah-marah mulu."

Kalea melirik, bola matanya kembali melotot. "Sejak kapan lo di sini?" tanyanya bingung.

Jairo menopang dagunya, menatap penuh pada Kalea yang wajahnya sudah memerah karena kepedasan. "Beberapa detik yang lalu."

"Dih!" Kalea memasukkan kerupuk ke mulutnya. "Gimana hari pertama lo kerja jadi kurir?"

Jairo mengedikkan bahunya. "Nggak ada yang menarik," jawabnya.

"Ini hari pertama, lo belum mengalami sesuatu yang menarik dan menguji adrenalin."

Dahi Jairo berkerut merasa tidak paham. "Maksud lo? Adrenalin apa yang bakal terpacu? Gue, kan cuma jadi kurir bukan jadi tukang uji nyali."

"Eh! Jadi kurir juga banyak tantangan. Lo pikir ketemu orang-orang yang punya banyak kelakuan itu mudah? Belum lagi letak rumah mereka yang kadang buat hidup kita jadi tersiksa."

Jairo mengangguk, ia mengambil gelas es teh milik Kalea lalu meminumnya membuat cewek itu memekik tak terima.

"Kampret! Kok lo minum es teh gue! Beli sendiri sana!"

"Pelit," cibirnya.

Kalea memutar bola matanya malas. "Gue masih heran, lo itu kaya kenapa tiba-tiba mau jadi kurir." Kalea bahkan syok saat Jairo bersikukuh untuk menjadi kurir sepertinya.

Goresan Tinta AltaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang