13. AK || Kesalahpahaman (2)

29 7 3
                                    

"Apakah menaruh harapan ke seseorang itu suatu hal yang salah?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apakah menaruh harapan ke seseorang itu suatu hal yang salah?"

•••••

SETELAH ke rumah Bintang, Rembulan bergegas untuk kembali ke tempat tinggalnya. Perempuan itu berbaring di ranjang ruangannya dengan kegelapan yang menyelimuti.

Rembulan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut bergambar doraemon miliknya. Ia tengkurap, wajahnya ditutup oleh bantal. Tangis perempuan itu tak kunjung henti, setelah pulang dari rumah kekasihnya.

"Dasar brengsek! Brengsek!" rutuknya berulang kali.

Tangis perempuan itu semakin menjadi, matanya sembab kemerahan dengan surai yang sudah berantakan.

Suara dering dari ponselnya memecah suasana. Rembulan mengubah posisinya, duduk bersila di kasur, meraih ponselnya di atas nakas.

Rembulan menyalakan ponselnya. "Airi? Kenapa dia telepon aku di jam segini?" Rembulan menggeser layarnya, menjawab sambungan telepon.

"Halo, assalamu'alaikum, Air? Ada apa?" Rembulan berkata sendu.

Isakan tangisnya terdengar dari seberang.

"Kamu nangis, Lan? Ada apa?" tanya Airi saat mendengar suara isakan dari seberang.

Rembulan segera menghapus air matanya, menetralkan napasnya, mengambil napas panjang, mengembuskan perlahan.

"Eh ... siapa yang nangis? Aku nggak nangis, Air."

"Halah! Tadi aku dengar situ nangis. Jujur aja! Nangis, 'kan?" Airi gencar bertanya.

Rembulan menghela napas, membenarkan posisinya, bersandar pada punggung kasar dengan bantal diletakkan di paha.

"Aku beneran nggak nangis, Airi! Tadi cuma ... itu--ah, flu! Iya flu!" bohong Rembulan.

Tawa renyah terdengar dari seberang. "Pinter banget situ bohongnya! Kalau ada kategori juara ngasih alasan yang paling keren, pasti kamu masuk nominasi! Udah, jujur aja, pasti kamu habis nangis, kan, Lan?"

Rembulan diam sebentar. Ia menengadah ke atas sekilas, lalu mengarahkan pandangan ke bawah--kasur.

"Iya, aku habis nangis. Jangan ketawa!" Rembulan menekan kalimat akhir yang ia ucapkan.

"Santai, aku nggak bakal ketawain kamu, kok. Palingan ngakak kenceng aja." Suara tawa Airi kembali di udarakan.

[END] Alur KehidupanWhere stories live. Discover now