19

5.6K 163 2
                                    

Didalam sebuah ruangan yang bernuansa hitam putih terdapat dokter yang sedang mengobati seseorang.

Dokter itu dengan tangan bergetar berusaha mengeluarkan sebuah peluru dari kaki Amoza tanpa peralatan medis lainnya.

Setelah mengeluarkan peluru itu, dokter membalutnya menggunakan beberapa obat untuk menahan rasa sakit.

Lalu dokter menutup luka itu menggunakan perban.

"Kamu harus sering-sering ganti perban nya ya, ini obat buat pereda nyerinya." Ucap dokter itu.

"Baik dok, terimakasih." Ucap Amoza berterimakasih, lalu dokter itu pergi setelah mendapatkan bayaran dari Davin.

Davin mengantar dokter itu keluar dari dalam apartemennya, lalu ia kembali berjalan mendekati Amoza yang kini sedang terduduk sambil terus menatap pada lukanya.

"Gue kasih lo istirahat sebentar, tapi setelah itu lo harus beresin ini rumah, karena temen temen gue mau dateng." Ucap Davin.

"Tapi kaki gue sakit vin." Lirih Amoza.

"Gue ga peduli, atau lo mau sebelah kaki lo gue tembak lagi?" Ucap Davin mengancam.

"Gue beresin." Ucap Amoza menyelamatkan kakinya.

Ia berusaha berjalan kearah kamarnya untuk pergi beristirahat. Jalannya menjadi tidak seimbang akibat rasa sakit pada sebelah kakinya.

Namun Amoza harus tetap kuat, walaupun kini ia sudah mengeluarkan air matanya.

"Sejak kapan dia punya temen, emang ada yang mau temenan sama orang galak kaya singa yang ga pernah dikasih makan." Ucapnya pelan.

#####

Kini Amoza merasa sangat lelah setelah membersihkan apartemen yang begitu luas dan besar ditambah kakinya yang semakin sakit setelah ia melakukan banyak pergerakan.

"Sakit banget." Ucap Amoza

"Bagus, lo udah rapihin semuanya." Ucap Davin yang melihat seluruh apartemennya bersih dan rapi.

Tingg

Suara bel berbunyi, Davin yang mendengar itu langsung menyambut kedatangan teman-temannya.

"Masuk." Ucapnya.

Sementara Amoza, ia dipinta Davin untuk tetap berada didapur sebelum pria itu memanggilnya.

Amoza dibuat terkejut saat melihat segerombolan anak geng motor yang datang.

Amoza kira jika teman-temannya itu adalah orang-orang pembisnis seperti Davin.

Amoza dibuat terkejut lagi saat melihat salah satu dari mereka yang ia kenali. Seorang pria yang terduduk dekat dengan Davin.

"Arkana?"

"Kenapa bisa dia temenan sama si singa galak ini?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Za?" Panggil Davin.

Amoza segera datang dengan jalannya yang semakin tidak seimbang karena lukanya yang kembali terasa sakit.

"Amoza?" Sebut Arkana saat melihat seorang gadis yang berada dihadapannya.

"Hai Arkan." Sapa Amoza.

"Gue udah lama banget ga ketemu sama lo za, kapan kita main lagi baby?" Tanya Arkana yang membuat Davin menatap tajam Amoza.

"Gue sibuk." Jawab Amoza.

"Kenapa lo bisa ada di apartemen si ma.....Davin?" Tanya Arkana yang sempat saja ia salah sebut dan langsung mendapatkan tatapan dingin dari Davin.

"Gue—"

"Asisten gue." Ucap Davin memotong ucapan Amoza.

'Asisten?Seenak jidat lo singa sebut gue asisten lo.' Batinnya.

"Buatin kita makanan sama minuman." Titah Davin dengan tatapan tajamnya yang membuat Amoza langsung harus menurutinya.

"Za?" Panggil Arkana.

Amoza pun menoleh setelah mendengar panggilan itu.

"Kaki lo kenapa pincang?" Tanya Arkana yang melihat Amoza jalannya tak seimbang.

"Dia jatuh tadi." Jawab Davin.

Davin dapat mengucapkan itu karena Amoza yang memakai celana kulot panjang, yang menutupi luka pada kakinya itu.

"Kalau gitu lo ga usah buatin kita minum sama makan, lo istirahat aja za." Ucap Darren.

Sementara Amoza yang mendengar itu senang ada orang yang memperhatikannya, namun tatapan seseorang membuatnya sedikit takut.

"Gapapa kok, gue bisa." Ucap Amoza lalu ia langsung saja pergi menuju dapur.

"Awas lo Davin, ntar gue bales lo. Gue bakalan potong potong daging lo trus gue blender jadiin jus, trus gue buang ke selokan." Gerutu Amoza, sambil memotong motong buah untuk ia jadikan jus.

"Enak aja main nyuruh nyuruh gue, trus bilang gue asisten nya, mana didepan Arkana yang tau kalau gue anak orang kaya yang kece badai ini." Kesalnya.

"Awas aja kalau kaki gue udah sembuh, gue bakalan bales lo, gue bakalan buat lo ngerasain apa yang gue rasain. Gue bakalan bikin lo jatuh hati sama gue, setelah itu gue bakal tinggalin lo. Lo bakal ngerasain rasanya dikhianati sama orang yang dicintai." Ucapnya sambil tersenyum menyeringai.

Amoza memang bukan perempuan lemah yang bisa ditindas begitu saja. Ia akan melawan siapapun yang berani membuat dirinya terluka.

Amoza menunggu waktu sebelum memberikan pembalasan itu.

Setelah selesai membuat jus dan makanan, ia langsung membawanya ke ruang tv.

Ia membawa nampan yang cukup berat akibat minuman itu, membuat kakinya harus menahan berat lebih, yang membuat rasa sakit itu semakin bertambah.

Arkana yang melihat itu dengan cepat membantu Amoza membawa nampan itu.

"Thanks Arkan." Ucap Amoza berterimakasih.

'Lebih baik Arkana, daripada sisinga itu.' Batinnya sambil melihat Davin.

"Lo mau kemana za?" Tanya Arkana yang melihat Amoza melangkahkan kakinya pergi dari sana.

"Gue mau istirahat." Jawab Amoza.

"Lo ga akan gabung sama kita?" Tanya Juna.

"Ga usah, gue mau istirahat aja." Ucapnya lalu pergi dari sana menuju kamarnya.

Amoza menutup pintu kamarnya, lalu menguncinya. Ia berjalan menuju meja yang terdapat sebuah buku tulis disana.

Amoza membuka buku itu yang sudah terdapat foto Davin disana. Ia mengambil sebuah spidol yang berwarna merah.

Ia membuat garis di atas foto Davin, ia mencoret-coret fotonya.

"Gue pastiin lo bakalan jatuh hati sama gue Davin." Ucapnya.

Sudah ia pikirkan semua hal yang akan ia lakukan nanti. Kali ini Amoza akan mulai membalas dendam nya kepada Davin.

"Lo bakalan nyesel Davin, lo salah besar cari lawan." Ucapnya sambil kembali mencoret foto Davin.

Matanya kini berubah menjadi tajam, raut wajahnya juga sekarang sangat menjadi sangat menakutkan.

Sementara Davin, ia sangat bersenang-senang dengan teman-temannya.

Pria itu sama sekali tidak peduli atau khawatir kepada istrinya, dia hanya fokus menikmati kebersamaannya diruang tv itu.

Davin menyalakan musik yang cukup keras, membuat Amoza yang sedang beristirahat pun terganggu.

Amoza mengintip dari balik pintu, melihat Davin yang sedang bersenang-senang dengan banyaknya minuman beralkohol dan juga musik disko yang mengiringinya.

"Gue biarin lo seneng seneng dulu Davin." Ucapnya setelah melihat itu.










°
°
°
°
°

Amoza (Transmigrasi)Where stories live. Discover now