Chapter 89: Saatnya Penampilan

3.8K 813 111
                                    

Ruang mentor tetap semarak seperti biasanya, dengan dua belas kursi tambahan ditempatkan oleh kru produksi.

"Aku melihat penampilanmu kemarin, Jay," Mia, salah satu anggota BLACKBUNS, berkata sambil duduk di sebelahnya. "Melepas baju dan menunjukkan abs mu pada saat penampilan merupakan pilihan yang berani."

Jay Kim menyeringai. "Aku hanya memberikan apa yang diinginkan penggemar ku. Ayo kamu lakukan juga, buka bajumu hm?”

Mia tersipu dan memukul lembut dada Jay.

"Hyerin!" seru anggota THRICE.

"Nana," Ucap Hyerin sambil tersenyum palsu. Hyerin dan Nana berasal dari tahun yang sama dan debut pada tahun yang sama, keduanya dianggap 'rival'.

Keduanya adalah 'faces of the group', dan mereka berdua memberikan kesan polos, jadi mereka sering dibandingkan satu sama lain sejak dulu.

"Senang melihatmu di sini," Ucap Nana dengan nada berlebihan.

Hyerin terkekeh dan memeluk nana meski ingin menjambak rambutnya.

"Tentu saja," Hyerin tersenyum. "Senang bertemu denganmu juga."

Ruangan itu dipenuhi dengan sapaan nostalgia dan percakapan obrolan.

"Tim ini mungkin yang akan menang," kata Jay sambil menunjuk pada 'Shake It' tim.

"Bukankah seharusnya kamu mendukung Bodylicious?" Woo-jin terkekeh.

"Ya, aku ingin mendukung Bodylicious," Jay mengangkat bahu. "Tetapi trainee dari tim Shake It penampilannya lebih bagus. Trainee peringkat tinggi di tim Shake It juga lumayan banyak.”

Malam harinya dilanjutkan dengan penampilan seru. Dan sekarang, waktunya tim terakhir untuk tampil.

"Aku mengkhawatirkan mereka," Mia tiba-tiba berkata. "Aku gemetar saat Hwan mengucapkan kritikannya 3 hari yang lalu. Bahkan sebagai idol veteran, aku merasa takut juga.”

"Benar sekali," kata Jay. "Aku bahkan tidak bisa tidur malam itu."

Saat itu, suasana riuh berubah hening ketika kehadiran misterius memasuki ruangan. Sekelompok juri dan artis lainnya menoleh ke pintu tempat sosok Hwan berdiri.

Mereka semua berdiri dan menundukkan kepala memberi hormat.

"Selamat malam, senior," ucap Jihyun. "Senang sekali kamu bergabung dengan kami malam ini."

Hwan hanya mengangguk sebelum duduk di kursinya. Para artis berbisik-bisik setelah Hwan datang, semuanya khawatir dengan hasil pertunjukan tim terakhir ini.

Namun, para mentor yang menyaksikan evaluasi terakhir sudah mengetahui sedikit rahasia.

"Nantikan saja penampilan Tim June," Jihyun berkata sambil tersenyum bangga.

***

"Hah? Peti mati? Lagu apa yang membutuhkan peti mati?"

"Apakah ini akan menjadi penampilan seram lagi? June sudah pernah menampilkan itu, jadi kuharap dia tidak mengulangi konsep yang sama.”

"Kudengar mereka membawakan lagu genre balada."

"Hah? Lalu kenapa ada peti mati disini?.”

Setelah pengaturan alat peraga, para trainee naik ke atas panggung. Kemudian, pencahayaan panggung bergeser, menyebabkan penonton terbelalak dan membeku.

Para trainee yang menonton di belakang panggung juga berseru kaget.

"Apa-apaan ini? Mereka Sangat tampan!"

"Ini tidak adil! Sorakan penonton begitu nyaring untuk tim ini.”

Tidak ada keraguan bahwa tim ini memiliki penonton terbanyak. Fandom Zeth sendiri sudah bisa menjungkirbalikkan satu grup. Belum lagi mereka semua terlihat sangat tampan di bawah cahaya panggung.

Namun tak bisa dipungkiri tatapan penonton tertuju pada satu orang—June.

Orang-orang di studio melihat June secara langsung untuk pertama kalinya, dan Jia sudah merasa dirinya akan pingsan kapan saja.

'TAMPANN! JUNE TERLALU TAMPAN.'

Bora, yang terus memainkan ponselnya sepanjang acara, akhirnya mengangkat kepalanya. Matanya langsung terbelalak kaget saat melihat June di hadapannya. Bora telah melihat foto dan video June sebelumnya, namun melihat June secara langsung adalah pengalaman yang sama sekali berbeda. June memancarkan karisma yang tidak mungkin untuk diabaikan siapapun, dan hembusan napas dari para penonton menggemakan reaksi yang menakjubkan.

Jia, yang berdiri di samping Bora, tampaknya telah kehilangan ketenangannya. Tangan Jia mencari lengan Bora, lalu menggenggamnya dengan penuh semangat. "Ya ampun, lihat June ituu! June bahkan lebih tampan jika dilihat secara langsung!”

Bora mau tidak mau setuju. Namun, dirinya tidak mau mengakuinya secara terang-terangan. Jadi Bora menepis tangan Jia dan mendecakkan lidahnya. "Jangan ganggu aku."

"Selamat sore semuanya!" Zeth berkata dengan suara ceria.

"Dengan Vocals yang menakjubkan!" seru Leo.

"Dengan Dance yang menghanyutkan," Jisung berkata dengan malu-malu.

"Tim kami, telah unggul dalam segala hal!" Lin Zhi menambahkan.

"Kami, adalah Tim Ace's!!!" kata mereka serempak, dan sorak-sorai pun semakin kencang.

Antisipasi di dalam ruangan bertambah saat lampu mulai meredup. Jia berpegangan pada pagar dan mencengkramnya erat-erat. Jia sangat bersemangat untuk penampilan ini. Jia bahkan lebih bersemangat daripada saat berhasil lulus ujian masuk universitas impiannya!

Bora juga merasa penasaran.

'Hmm sepertinya tidak buruk untuk menyaksikan tahap terakhir ini,' pikir Bora sambil mengantongi kembali ponselnya.

Para trainee di Tim June mulai menyebar di atas panggung, masing-masing menempati satu bagian. Kemudian, alunan lembut piano mulai bergema di udara.

"HAHH? Mereka membawakan lagu ini?"

"Ah, sial. Aku sangat menyukai lagu ini!!"

"Ibuku juga suka lagu ini. Ini lagu klasik.”

Penonton terdiam, perhatian penuh mereka terfokus pada panggung di depan. Saat melodi sedih dari balada memenuhi ruangan, para penonton mendapati diri mereka terpesona, terpikat oleh emosi instrumental yang baru terpancar dari musiknya saja.

Layar belakang LED tiba tiba menyala, memperlihatkan gambar bergerak menakjubkan dari bukit yang diterangi matahari dan diselimuti bunga putih bersih. Adegan itu memberikan kesan kedamaian, namun ada rasa melankolis tersembunyi yang menarik hati sanubari mereka. Para trainee yang berpakaian serba putih tampak berpadu sempurna dengan layar belakang yang sangat indah.

Yuri berdiri di depan panggung sambil memegang sekuntum mawar putih di tangannya.

"Aku melihat sekali lagi, ke langit biru♫,

Sebuah kenangan, yang sudah lama hilang, kini tersimpan di mataku♫.

Di bawah matahari, aku memelukmu erat-erat, tapi rasanya tidak terlalu dekat♫

Takut membiarkan hatiku menjadi perih♫."

Suara Yuri bergetar penuh emosi saat dirinya mulai bernyanyi. Suaranya yang lembut mengandung sentuhan halus yang menyentuh hati semua penonton.

Hwan mengangkat alisnya karena terkejut.

Artis lain yang mengikuti evaluasi sementara juga kaget.

Bagaimana kinerja tim ini bisa meningkat sebanyak ini?

Saat suara Yuri memenuhi ruangan, Yuri mengulurkan tangan ke June, yang berjalan ke arahnya.

Yuri menyerahkan mawar putih ke tangan June seolah menyerahkan harapan terakhir yang emosional.

Kemudian, June membuka bibirnya untuk mulai bernyanyi...

T/N: Jangan lupa tinggalkan jejak Like nya dulu yaaa disinii Starlights! sambil nunggu chapter berikutnya nanti siang akan update!(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

FROM THUG TO IDOL: TRANSMIGRATING TO A SURVIVAL SHOWWhere stories live. Discover now