Chapter 1

73 23 6
                                    

Helloooo frennn!

Mohon maaf bila ada kesalahan dalam perkataan atau pun narasi dan tanda bacanya.

Maklum, Fren. Masih pemula :)

Selamat membaca cerita baru dari author baru  ʕ◕౪◕ʔ

Enjoyyy!

.      .       .      .     .     .     .     .     .     .     .     .

Di sebuah sekolah menengah atas yang sangat terkenal dengan prestasinya terdapat 4 sahabat perempuan,mereka bernama lengkap Alinea Putri Langit,Aluna Azzura Putri,Nayla Queen Azkari, serta Queensa Azkia Fajriani. Mereka menduduki kelas X IPA 2.

3 dari 4 sahabat itu sekarang sedang berada dikantin karena bel istirahat sudah berbunyi,Alinea lah yang tidak ikut,ia hanya menitipkan makanan kepada teman-temannya,tak lama Alinea menunggu,mereka sudah sampai,mereka makan di kelas karena di kantin sangat berdesakan menimbulkan suara keributan,padahal merekalah yang sering berbuat ribut. 𝘣𝘦𝘳𝘤𝘩𝘢𝘯𝘥𝘺𝘢𝘢𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘤𝘩𝘢𝘯𝘥𝘺𝘢𝘢~~

"Nih, Lin" Ucap Aluna kepada Alinea sambil memberi makanan yang dititipkan oleh Alinea. Alinea sering dipanggil Alin oleh teman-temannya.

"Trimakasiii monyet kau--" Belum selesai Alin mengucapkan kata terima kasih, kepalanya sudah dipukul oleh buku  Aluna.

"Ngaca, Lu!" Itulah yang dikatakan oleh Aluna setelah memukul Alin. Entah apa yang merasuki Queensa,tiba-tiba ia tertawa sendiri setelah melihat interaksi antara Aluna dan Alin, bukannya menegur Queensa,mereka malah ikut tertawa.

"Eh,eh kalian tau nggak, sih?" Tanya Nayla yang otewe menyebarkan gosip. Tentu saja tidak ada jawaban dari yang lain, karena mereka tidak tau tentang apa yang Nayla maksud.

"Kok pada diem?!" Tanya Nayla sekali lagi dengan sedikit menaikkan suara nya. Tentu saja pertanyaan itu membuat mereka ber tiga jengkel. "Gimana kita mau jawab kalau kita gak tau yang lu maksud tuh tentang apa!" Jawab Queensa menyetarakan tinggi suaranya dengan Nayla.

Bukannya ia meminta maaf, Nayla malah cengengesan yang membuat ia mendapatkan bombastic side eye dari teman-temannya.

Baru saja Nayla ingin melanjutkan gosip yang sempat tertunda, guru killer sudah berkoar mengatakan bahwa waktu istirahat sudah berakhir ,alhasil membuat seluruh siswa masuk ke kelasnya masing-masing.

Di kelas mereka sekarang adalah pelajaran Matematika. Sangat hening, mereka mengerjakan tugas dari guru dengan sangat serius. Terkecuali Aluna dan Queensa yang terlihatt santai,tentu saja, Aluna duduk dengan Alinea, lalu Queensa duduk dengan Nayla, mereka hanya tinggal melihat dan menyalin.

Tidak ada teguran dari Nayla maupun Alinea,karena itu percuma, jika mereka menegurnya maka Queensa akan menjawab bahwa manusia memiliki batas kemampuannya masing-masing. Ya, hal itu pernah terjadi.

Sedang serius Alinea mengerjakan, tetapi ada gempa yang melandanya, gempa itu berasal dari tangan Queensa yang mendorong-dorong kursi milik Alinea.

Alinea pun sedikit menoleh, lalu Queensa dengan cepat menanyakan " Nomor 2 gimana?" Ucapnya tanpa suara sedikitpun.

Alinea tidak menjawab, ia langsung mengerjakan tugas nya lagi.  Bukan karena apa-apa, gurunya yang saat ini sangatlah ketat, sampai lekuk, Eh, maksudnya sampai tidak ada yang berani mengeluarkan suara.

Bel pulang pun berbunyi. "Woy, cepet jir! Lama banget" Panggil Aluna pada Nayla, Queensa dan alinea, rumah mereka berbeda arah tetapi selalu bersama-sama walaupun hanya sampai gerbang sekolah.

"Dek!!" Panggil dua orang siswa yang membuat mereka ber empat berhenti. 𝘚𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘱𝘥 𝘺𝘢, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘱𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢.

Orang yang baru saja memanggil ternyata adalah abangnya Aluna. Darrel dan Darren,mereka kembar. "Eh lu pada bang, ngapain manggil?"

Pertanyaan itu sontak membuat keduanya melotot. "Heh!, kalau bukan karena kita pulang bareng,gw nggak bakal manggil lo, ye!" Bukan Darren yang menjawab, melainkan Darrel

"Yaudah gw duluan, ya" Ucap Alinea pamit kepada mereka

"TIATIIII GESSS" Teriak Aluna pada ke tiga sahabatnya yang sudah pulang duluan.

•     •     •

Queensa sampai diperkarangan rumahnya, ia heran karena melihat mobil ayah nya yang terparkir di depan rumah, biasanya ayahnya itu tidak pernah ada di rumah pada sore hari, mungkin hampir tidak pernah.

Queensa pun masuk ke dalam rumah. Disana ia mendengar obrolan kedua orang tuanya yang sedang dikamar, awalnya tenang,tapi tiba-tiba memanas.

"AKU MINTA KITA CERAI!" Itu suara ibunya, Queensa sengaja diam untuk mendengarkan obrolan mereka.

"BAGUS!!, EMANG ITU YANG AKU MAU DARI DULU!, KAMU NGGAK BECUS JAGA ANAK SATUPUN, KAMU LIAT QUEEN? KAMU TAU DIA SERING PULANG MALAM? ITU SEMUA GARA-GARA KAMU!!" Itulah jawaban Ayahnya.

"APA KAMU BILANG? KAMU BILANG ITU GARA-GARA AKU? KAMU BUTUH BERAPA KACA BIAR KAMU SADAR?! KAMU BISANYA CUMA NYALAHIN ORANG, KAMU NGGAK PERNAH BISA TANGGUNG JAWAB!"

"TANGGUNG JAWAB BUAT SIAPA? BUAT QUEEN? DIA BUKAN ANAK AKU!,NGAPAIN AKU TANGGUNG JAWAB BUAT DIA?! DIA ITU KAMU YANG AMBIL DARI PINGGIR JALAN! HARUSNYA KAMU YANG TANGGUNG JAWAB!"

Deg! Dada Queensa terasa sesak setelah mendengar ucapan sang ayah. Tak lama, ayahnya keluar dari kamar dan mendapati Queensa yang mematung, alih-alih peduli, ayahnya itu keluar dan memasuki mobil untuk pergi lagi.

Queensa memasuki kamar yang terdapat Ibunya,berniat menenangkan ibunya walaupun ia sendiri sedang hancur karena mendengar perkataan ayahnya tadi. Tetapi saat ia memasuki kamar

"BUAT APA KAMU KESINI?! MAU BIKIN BUNDA DISALAHIN SAMA AYAH KAMU LAGI?! BAHKAN SEKARANG DIA BUKAN AYAH KAMU DAN SAYA JUGA BUKAN BUNDA KAMU! SAYA SANGAT MENYESAL KARENA UDAH NGAMBIL KAMU DI JALAN! KALAU SAJA SAYA TIDAK MENGAMBIL KAMU,MAKA HUBUNGAN RUMAH TANGGA SAYA TIDAK SEPERTI INI!! PADAHAL SAAT ITU LEBIH BAIK SAYA BIARKAN KAMU MATI KEDINGINAN!!!" Queensa sudah berniat baik, tapi malah mendapatkan perkataan seperti itu. Ia menangis, tepat didepan ibunya.

Tetapi tidak ada rasa iba yang muncul didalam benak ataupun perasaan wanita itu setelah menatap Queensa yang menangis. "Pergi" Walaupun yang diucapkan wanita itu pelan tetapi sangat menyakiti Queensa, tidak ada pilihan lain selain ia pergi.

Ia terus berjalan sampai akhirnya berhenti di pinggir danau, ia duduk disana sambil menatap senja yang begitu indah

𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘳𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶, 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢. 𝘒𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘬𝘶.

Itulah yang berada di benak Queensa Azkia Fajriani saat ini.

•     •     •

Alinea tidak pulang ke rumah. Orang tuanya saja tidak di rumah. Mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Keluarga Alinea memang tidak pecah. Tetapi, perhatian mereka terhadap Alinea sangatlah kurang.

Alinea berjalan ke arah taman, Ia memejamkan matanya sebentar, menikmati angin sore yang menerpa kulitnya.

Ia tersenyum tipis, karena dengan angin itu saja, hatinya sudah mulai terasa tenang. Alinea membuka hpnya. Itung-itung untuk memenangkan suasana hati. Alinea tidak keberatan atas perilaku ke dua orang tuanya. Yang terpenting, tidak ada perpecahan dalam keluarganya. Alinea membenci dua hal, yaitu pertengkaran dan perpisahan.

Disaat membuka hpnya, ia langsung memasuki grup chat yang terdiri dari Aluna, Nayla, dan juga Queensa. Lumayan lama ia menunggu balasan dari teman-temannya. Ia menatap sekeliling, sangat sepi, tidak ada orang lain selain dirinya.

Tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk, ternyata itu dari teman-temannya.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
•    •     •     •     •     •     •      •      •      •      • 

Ikuti terus kisah mereka, Fren!

Jangan lupa vote!

Our Story By naa__kf

Thank you!

Our Story [On Going]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora