Chapter 6

34 16 1
                                    

Alooo, frenn! Nanaaa kambekk!

Silahkan baca part terbaru dari Our Story!

Jangan lupa untuk vote, komen, dan share!

Happy reading 😋👇

...........................................................


Zean memilih Saka untuk mengajar kan Alinea, karena umur Saka dengan Alinea tidak beda jauh, dan juga, mereka sama-sama kerja part time di cafe miliknya. Lagipula, Saka adalah saudara kandung dari Zeano Faizell Pranadipa.

Hari ini setelah menemui owner, Alinea berlatih terlebih dahulu dengan Saka, karena ia tau umur Saka tidak beda jauh dengan dirinya, ia pun tidak terlalu merasa canggung untuk diajarkan.

Disaat sedang berlatih, Alinea menyempatkan untuk bertanya pada Saka. "Boleh nanya, nggak?" Pertanyaan dari Alin hanya mendapat anggukan dari Saka.

"Kamu umur berapa?" Jujur saja, ia baru pertama kali memakai panggilan aku-kamu terhadap lawan jenis, itu sangat membuat ia geli. "17, emang kenapa?" Saka menjawabnya dengan memberhentikan aktivitas nya, dan menatap Alinea dengan lekat.

"Ngapain natap nya gitu banget?! " Alinea sangat kaget ketika melihat Saka menatapnya begitu sangat sangat menakutkan, ia merasa seperti sedang ditatap oleh om-om truk.

"Nebak umur lo lah" Jawab Saka dengan santainya. Alinea yang mendengar panggilan dari Saka pun menghela nafas panjang "𝘵𝘢𝘶 𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘨𝘶𝘦 𝘵𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘬𝘦 𝘭𝘰 𝘢𝘫𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘢𝘬𝘦 𝘬𝘢𝘮𝘶!"

"15 ya?" Tebak Saka yang membuat ia mendapatkan tatapan tajam dari Alinea.

"Enak aja lo! Gue umur 16! "

"Yaelah beda satu doang, umur 16 aja bangga"

"𝘗𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯 𝘨𝘶𝘦 𝘵𝘢𝘮𝘱𝘪𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘯𝘪𝘩 𝘮𝘶𝘬𝘢𝘯𝘺𝘢" Batin Alinea dari tadi tidak berhenti menggerutui Saka.

Setelah lama fokus pada latihannya, Saka akhirnya membuka suara "kenapa lo gak jadi waiter aja? Biar gak perlu latihan".

"Emangnya kenapa? Lo nggak mau ngelatih gue, ya? Awas aja lo gue bilangin kak Zean" Alinea mengancam Saka dengan iming-iming akan melaporkannya pada Zean.

"Laporin aja, orang dia abang kandung gue"

"Idih, ngimpi lo!" Alinea sempat tidak percaya akan hal itu. Ia takut tertipu.

"Terserah sih, kalau nggak percaya juga nggak papa" Mendengar jawaban dari Saka, Alinea sempat terdiam, lagi-lagi, materi aljabar kembali mendatangi pikirannya.

"Nih, cobain" Saka memberikan sebuah gelas yang berisi kopi racikan nya. "𝘌𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵!" Tentu saja ia tidak mengatakan itu kepada Saka. "Pait" Yang ia ucapkan berbanding terbalik dengan yang berada di dalam isi hatinya.

"Jawab jujur"

"Iya, pait"

Mendengar itu pun membuat Saka lagi-lagi menatap Alinea. "Beneran?" Tanya Saka.

"Nggak, hehe, enak kok" Akhirnya Alinea jujur juga. Mungkin karena tatapan Saka.

Setelah kejadian itu, mereka berteman dekat, dan juga bertukar nomor telepon. Alinea diantarkan oleh Saka menuju rumahnya.

Our Story [On Going]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu