Chapter 2

64 20 1
                                    


"𝘛𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘱𝘰𝘯𝘴𝘦𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘦𝘵𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘥𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬, 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯-𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. "

𝐏𝐑 : 𝐏𝐞𝐣𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐑𝐞𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧

Alinea
Oy, udah pada sampai rumah belum

Naylaaa
Udah dongss

Aluna
Udah juga, kalian gimana?

Alinea
Boro-boro sampai rumah
tadi gue ke sana, kayak ke kuburan

Semua temannya mengetahui tentang masalah keluarganya, tentu juga dengan masalah keluarga Queensa.

Aluna
Wah seriusan? Yaudah lu kesini aja, Lin

Naylaaa
Gue juga pengen dong

Aluna
Boleh boleh

Alinea
Ok gue otw

Aluna
@Queensa ayo ikut

Tidak ada jawaban dari Queensa, perempuan itu masih senantiasa menatap senja di hadapannya dengan air mata yang mengalir terus menerus.

Sampai matahari pun terbenam, Queensa membuka hpnya untuk melihat jam, pukul 6,sudah hampir 1 jam lebih dia berada di pinggir danau, lalu ia membuka room chat nya yang mana disana ada ke 3 sahabat nya.

Queensa
Eh maaf guys, tawarannya masih berlaku, nggak?

Aluna
Masih kok, lu mau? Biar abang gue yang jemput

Queensa
Nggak usah dijemput lah, gue bisa sendiri

Aluna
Takut ada apa-apa, udah lu nurut aja

Queensa
Yaudah thanks, ya

Aluna
Yoii, dirumah nggak?

Queensa
Bukan, ntar gue shareloc

Share location 📍

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Darren sebagai penjemput nya datang dengan motornya. "Naik" Perintah Darren sambil memberikan Queensa helm. Hening, tidak ada obrolan dintara keduanya saat di perjalanan. Hingga akhirnya sampai dirumah.

"Makasih" Ucap Queensa yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Darren.

"Halo, ratuku" Sapa Darrel kepada Queensa yang membuat tangannya mendapat geplakan dari Aluna. "Apa lu? Mau baperin temen gue?" Tanya Aluna dengan tatapan menyelidik.

"Dih, kan nama dia Queen, artinya ratu, gue nggak mau sok Inggris" Jawab Darrel dengan santainya membuat Darren menggelengkan kepala.

"Kalian istirahat dulu, gue mau siapin makanan buat makan malam" Ucap Darren seraya mengusap puncak kepala Aluna. Sebetulnya dirumah ini ada pembantu, hanya saja Darren ingin memasak makanan spesial untuk peri kesayangannya, yaitu Aluna.

"Iya, ayokk gess" Ajak Aluna kepada para sahabatnya untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai 2, tetapi Darrel malah ikut. Melihat itu Darren langsung menahan Darrel, "Mau kemana lo? Bantuin gue masak" Dengan sangat amat terpaksa, Darrel mengikuti perintah Darren.

Di kamar Aluna, Queensa dan alinea menceritakan yang terjadi disaat mereka pulang ke rumah, dengan tarikan nafas yang dalam, nyali yang besar, ketakutan jika teman-temannya akan menjauhinya ia coba singkirkan sampai akhirnya Queensa menceritakan kepada mereka bahwa ia hanya anak pungut.

Mendengar itu, mereka saling menguatkan diri, saling memberi semangat, dan juga saling membantu. Mungkin ada 1 jam mereka menunggu makanan, sampai akhirnya mereka berswafoto dengan pose menjulurkan lidah dan mengedipkan mata.

"Gilee, ngapain lo pada? Jualan lidah online? " Celetuk Darrel dengan wajah polosnya, tidak, dengan wajah yang ia setting seperti orang polos. "Yaelahh bang, ketuk pintu dulu napa" Tegur Aluna pada Darrel. "Iya tuh" Seru Nayla yang berpihak pada Aluna.

"Iyaa iyaa maaf, tuh makanannya udah jadii para bidadari dari khayalan" Tidak peduli Kata yang Darrel ganti menjadi khayalan, mereka berlari ke bawah untuk menyantap makanan

"Jangan lari-lari!" Tegur Darren melihat para bidadari dari khayalan itu berlarian menuju meja makan.

"Kalian nggak papa? " Tanya Darren, takutnya mereka ada yang terluka. "Hehe, nggak papa kok" Jawab Aluna

"Haaduhh berasa tinggal sama ikan piranha" Ujar Darrel yang habis menuruni tangga. Darren yang mendengar itu pun hanya bisa tersenyum.

Hening. Tidak ada yang berbicara, semua fokus dengan makanannya masing masing, sampai akhirnya, ada suara ketukan pintu yang terdengar, pintu langsung dibukakan oleh pembantu di rumah itu.

Ternyata, mereka adalah kedua orang tua Aluna serta si kembar. Alvina dan Zayyan adalah kedua orang tua mereka.

Mereka sudah lama di luar kota, mereka juga tidak mengabarkan bahwa hari ini akan pulang. Melihat kedua orang tuanya, Aluna dan Darrel sontak beranjak dari kursinya dan memeluk kedua orang tua mereka.

Darren hanya menatap kosong makanannya, membuat ketiga sahabat Aluna itu heran.

"Bang? Kenapa? Kok bengong?" Tanya Nayla yang berhasil mewakili perasaan Aluna dan Queensa. Bukannya menjawab, Darren malah pergi menaiki tangga dan memasuki kamarnya.

Tentu saja perilaku Darren lagi-lagi menimbulkan rasa penasaran dari ketiga sahabat Aluna.

Alvina dan Zayyan yang melihat Darren hanya menghela nafas panjang. Aluna dan Darrel juga penasaran apa yang terjadi terhadap Darren.

Alinea, Nayla serta Queensa beranjak dari kursinya menghampiri kedua orang tua Aluna. "Mama papa" Ucap mereka bertiga kepada Alvina dan Zayyan.

Mereka sudah terbiasa memanggil Alvina dan Zayyan dengan panggilan itu, karena ini juga bukan pertama kali mereka menginap dirumah Aluna. Mereka sudah seperti satu keluarga. Mereka memeluk kedua orang tua itu.

"Eh? Ada kalian? Alinea juga? Padahal tadi ibu kamu telepon, nanyain kamu. Katanya besok sekolah. Kamu di telepon nggak aktif, Lin" Ucap Alvina.

Alinea baru tersadar bahwa ibu nya pasti akan memarahinya karena tidak masuk sekolah. Melihat perubahan ekspresi Alinea. Zayyan menepuk pundak gadis yang sudah Ia anggap sebagai anaknya sendiri.

"Nggak papa, nanti Papa yang bilang sama pihak sekolah nya" Ujar Zayyan menenangkan.

"Tapi, Pa--"

"Nggak ada tapi-tapi, Alinea. Sekarang kamu nginep di sini, kita udah lama nggak main game bareng, kan?" Ucap Zayyan. Alinea dan Zayyan terbilang akrab. Mereka sering bermain video game bersama. Alinea hanya mengangguk. Ia juga merindukan kebersamaannya dengan Zayyan.

Semuanya memasuki kamar mereka, ke empat sahabat itu tidur di kamar yang sama.

Mereka bergegas untuk tidur karena Zayyan sudah menjanjikan akan mengajak mereka jalan-jalan besok.

Lain dengan Darren, Laki-laki itu sekarang berada di balkon kamarnya, menatap rembulan yang bulat sempurna malam ini.

Ia juga menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit malam yang indah. Angin malam yang menjadi temannya saat ini. Entah apa yang berada di benak Darren.

Darren yang sedang menatap langit malam itu dikagetkan dengan suara ketukan pintu kamarnya.

"Siapa?"

"Ini Mama"

Darren langsung berdiri dan membuka pintunya. Lalu ia menawarkan ibunya untuk duduk di kursi yang berada di pojok dekat dengan meja belajar milik Darren.

"Mama kenapa belum tidur? " Tanya Darren yang memulai pembicaraan

"Mama belum ngantuk, Mama mau nanya sama kamu, kamu kenapa kayak nggak suka gitu mama sama papa pulang? " Ucapan Alvina berhasil membuat Darren bungkam. Lalu ia menyanderkan kepalanya di pundak ibunya. "Bukan gitu, Ma" Ucap Darren dengan sedikit menggelengkan kepalanya.

"𝘋𝘢𝘳𝘳𝘦𝘯 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘱𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨".

Our Story [On Going]Where stories live. Discover now