6. Pabrik

251 29 2
                                    

Setelah kemarin bertemu dengan Ford Herman pergi untuk mengecek pabrik Baja yang baru saja dibangun.

Dia melihat bahwa pabrik baja ini sangat besar dan dia bangga dengan hal itu. Herman bertemu dengan manajer pabrik bernama Dani untuk bertanya mengenai perkembangan pabrik.

"Tuan presiden, para pekerja sudah mampu melakukan pekerjaan tanpa dibantu oleh pelatih Amerika, saat ini kami mampu memproduksi 2.000 ton baja sehari dan akan meningkat kedepannya."jawab Dani mengharapkan pujian dari Herman.

Herman mengangguk dan memuji kinerja Dani dalam mengolah pabrik baja "Kerja bagus, kami membutuhkan baja-baja ini untuk menjualnya ke negara lain"

Baru-baru ini Jepang memesan 40.000 ton baja dari Indonesia dengan harga satu ton nya 100 dolar.

Ini sudah menjadi hal baik bagi industri Indonesia terutama di bidang pengolahan baja.

Terutama dia juga sedang menunggu hasil dari tambang emas di Papua yang sangat dia harapkan hasilnya.

Dia ingin emas-emas itu di olah terlebih dahulu kemudian di jual dengan harga tinggi.

Pabrik baja yang baru sedang dalam pembangunan dan Herman bersemangat menanti kinerja pabrik baja kedepannya.

Memikirkan bahwa dia membangun Industri Indonesia membuat hatinya tidak tenang.

Dia berlanjut berkeliling pabrik mengecek kinerja pekerja pabrik. Dia cukup puas tetapi dia ingin lebih, ini sudah jadi sifat manusia yang tidak bisa dihindarkan.

Setelah dari pabrik baja dia pergi menemui Tan Malaka terkait tambang-tambang baru yang dieksplorasi.

"Negara kita itu negara yang kaya akan sumber daya alam, saya perintahkan untuk mencari tambang-tambang lainnya di seluruh Indonesia, kami berharap tambang-tambang ini akan memberikan kami untung yang besar"ucap Herman kepada Tan Malaka.

"Memang benar yang anda katakan, kami sudah mulai melakukan ekspedisi ke daerag-daerah potensial yang kami curigai mengandung mineral-mineral berharga. Kami juga telah menemukan tambang tembaga di Kalimantan dan batubara di Sulawesi"jawab Tan Malaka memberitahukan hasil kerja mereka.

"Selain tambang, kami juga sedang berharap dengan industri pabrik kami. Saya pikir kita juga harus membangun pabrik yang tidak hanya berfokus pada industri berat"Herman.

Tan Malaka mendengar ucapan Herman, dia juga berpikir bahwa Indonesia tidak boleh bertumpu pada industri berat dan tambang saja. Industri-industri lain seperti makanan dan tekstil perlu dikembangkan lebih besar.

Memikirkan masalah ini tiba-tiba Tan Malaka mendapat ide apa yang harus dilakukan Indonesia untuk industri ringan mereka.

"Presiden, saya pikir kenapa kita tidak membangun industri rokok yang besar, kami memiliki perkebunan tembakau yang besar dan saya pikir ini bisa kita perjuangan kan"usul Tan Malaka sontak membuat Herman kaget.

Benar sekali! Kenapa kami tidak membuat industri rokok yang sangat potensial, di masa depan perusahaan rokok di Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan terbaik di dunia. Jika saja pada saat itu Amerika Serikat tidak melarang ekspor rokok kami, mungkin industri rokok Indonesia sudah yang pertama di bidangnya.

"Usulan dari mu sangat brilian, saya akan segera memerintahkan menteri perdagangan dan pembangunan untuk membangun industri rokok kami"jawab Herman bersemangat melihat industri yang potensial didepan matanya.

"Saya sarankan untuk membuka perkebunan tembakau di daerah Sleman, kondisi di sana sangat mendukung untuk menanam tembakau"ujar Tan Malaka kembali memberi saran kepada Herman.

Herman mengangguk dan mereka berdua kembali mengobrol tentang industri-industri strategis lainnya.

Walaupun Tan Malaka bukan menteri perdagangan atau ekonomi dia mampu melihat peluang yang orang di bidangnya tidak bisa lihat.

Indonesia 1932Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang