Chapter 30

2.3K 269 15
                                    

***

Hari sudah mulai memasuki dini hari, keadaan cuaca juga tiba-tiba menjadi buruk memanggil siapapun lebih baik tidur. Namun, tidak dengan mereka yang sekarang berkumpul di rumah Gito.

Setelah insiden di pemakaman tadi, Keirav mengajak semuanya untuk berkumpul termasuk Gito dan Jinan. Awalnya mereka akan kembali ke rumah keluarga Natio. Namun, keadaan Chika ditambah tiba-tiba hujan membuat semua orang kini berada di rumah Gito yang ada di dekat pemakaman.

"Sejak kapan kamu punya rumah disini?" Tanya Jinan mengekori Gito menuju dapur. Gito hendak mengambil air untuk Chika yang keadaannya saat ini kacau.

"Git, jawab!" Kata Jinan sambil menarik lengan Gito membuat gelas yang ada di tangan Gito jatuh dan pecah.

"Apaan sih kak? Ck!" Kesal Gito sambil berjongkok dan mulai membereskan pecahan gelas.

Lalu Jinan juga ikut berjongkok, tapi dia tidak membantu Gito membereskan kekacauan yang terjadi karena dirinya. Jinan masih terus bertanya dan mendesak Gito untuk menjawab semua pertanyaannya.

"Git, jawab dulu!" Ujar Jinan sambil mengikuti Gito berdiri dan berjalan menuju tempat sampah untuk membuat pecahan gelas yang sudah dipungut dan dibalut dengan sebuah kain.

"Baru satu tahun, rumah ini baru gue bangun. Kenapa? Salah gue punya rumah disini?" Timpal Gito, lalu setelah itu dia melewati Jinan dan mengambil gelas baru.

"Kok gak bilang?" Tanya Jinan masih terus mengekori Gito.

"Haruskah? Gue kan udah gede, lagian juga gue bangun ini dengan uang hasil sendiri. Kenapa sih kak? Lu jadi aneh banget dah" Jawab Gito, "Udah ah, gue mau ke ruang tengah lagi" Lanjut Gito dan berlalu pergi meninggalkan Jinan yang tak lama mengekori Gito menuju ruang tengah.

Gito memberikan air minumnya pada Shani yang ada di sebelahnya Chika yang masih saja menangis. Kini semua mata tertuju pada Shani yang sedang membantu Chika minum.

Setelah selesai Shani meletakan gelas itu di atas meja yang ada di depannya. Dia kembali menatap ke arah Chika, tangannya tak pernah berhenti mengusap-usap punggung Chika.

"So, siapa yang mau jelasin ke papah?" Tanya Keirav.

Keirav rasa Chika sudah cukup membaik, lagian dia tidak bisa menunda semua ini karena dia takut tidak ada lagi kesempatan untuknya.

Keirav menatap bingung ke arah anak-anaknya yang saling berpandangan satu sama lain. Mereka seakan sedang melemparkan tugas untuk menceritakan semuanya pada Keirav.

"Om—"

"Yang Zeean tahu, Aran itu brengsek banget. Sama kaya Gracio!!" Ujar Zeean penuh emosi tanpa peduli jika saudara dari dua orang yang dia maki ada di hadapannya.

"Chika, kenapa Aran berbuat seperti itu padamu? Apa yang kamu rencanakan di belakang kami?" Tanya Keirav penuh penekanan.

"Pah, biarin Chika dulu tenang!" Tegur Shani.

"Shan, bawa Chika dulu ke kamar. Sepertinya dia butuh istirahat saat ini" Timpal Gito.

Shani mengangguk, dia setuju dengan saran dari Gito walaupun Keirav tidak setuju. Tapi Keirav  juga tak banyak protes karena bagaimanapun dia merasa khawatir dengan keadaan Chika saat ini.

Shani beranjak dari duduknya, dia menuntun Chika berdiri juga dan mereka berjalan secara perlahan menuju kamar tamu yang ada di rumah Gito.

Setelah kepergian Shani dan Chika, Gito dan Jinan langsung duduk di tempat yang sebelumnya Shani dan Chika tempati.

Mereka berhadapan dengan Zeean yang tampak masih sangat kesal dan Keirav yang menatap mereka dengan tatapan cukup tajam.

"Sebelumnya, saya sebagai kakak tertua dari adik-adik saya ingin meminta maaf lagi karena lagi-lagi sudah membuat sebuah kekacauan." Ujar Jinan membuka obrolan diantara keempatnya.

Gara-Gara Warisan [END]Where stories live. Discover now