Chapter 37

2K 248 25
                                    

***

Sudah tidak ada lagi terangnya matahari, kini mulai tergantikan dengan sinar bulan. Sekarang pukul 8 malam, waktu dimana biasanya orang-orang berada di rumah sudah bersiap untuk istirahat.

Namun, tidak untuk Gita dan Shani. Mereka baru saja pulang dari rumah keluarga Andaresta. Setelah seharian berada disana bermain dengan Isla dan menemaninya, menghadapi rewel dan mood swing Isla yang tidak menentu. Itu membuat mereka lelah, tapi mereka tidak mengeluh. Toh kedepannya setelah menikah nanti mereka akan tinggal dengan Isla.

"Kamu keren deh" Puji Gito sambil mengalihkan pandangannya pada Shani yang fokus dengan ponselnya, dia mendaratkan kepalanya pada setir mobil, ini Gito lakukan saat berhenti di lampu merah. Gito lakukan itu untuk memecahkan keheningan yang terjadi antara mereka.

"Kenapa?" Tanya Shani mengalihkan pandangan pada Gito yang menatap ke arahnya.

"Kamu keren bisa sabar menghadapinya moos Isla tadi, aku saja udah pusing dibuatnya" Kata Gito memuji Shani, dia mengangkat kepalanya dan menyandarkannya pada jok mobilnya.

Shani tersenyum simpul mendengarkan pujian dari Gito, dia sebenarnya lelah juga menghadapi Isla, tapi dia sayang membuatnya harus tetap sabar.

"Kamu juga sabar menghadapi Isla tadi" Puji balik Shani.

Gito menggelengkan kepalanya, dia hendak menjawab, tapi harus kembali fokus menyetir karena lampu hijau kembali menyala.

Tiba-tiba keheningan menghampiri mereka, Gito lupa dengan apa yang hendak dia katakan, sedangkan Shani banyak sekali hal yang dia pikirkan, sampai-sampai tidak tahu harus membahas yang mana dulu dengan Gito. Belum lagi masalah pekerjaan dan persiapan pernikahan yang kadang kala ada saja masalahnya.

"Oh iya, besok fitting baju yang terakhir kalinya" Kata Shani pada Gito.

Gito melirik sekilas lalu menatap kedepan lagi, dia menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Shani.

"Besok aku jemput"

Tiga kata singkat yang terucap dari Gito, sebagai balasan untuk Shani sekaligus penutup dari pembicaraan mereka lagi dan lagi-lagi mereka sama-sama terdiam fokus dengan kegiatannya sendiri.

Entah sejak kapan keduanya jadi tak banyak bicara, tidak terlalu terbuka lagi dan tidak ada lagi gombalan atau kata-kata manis yang membuat gemas hati Shani keluar dari mulut Gito.

Mereka sudah tak ada rasakah? Sepertinya tidak karena itu karena sampai sekarang Gito masih memperjuangkan Shani untuk dinikahi. Lalu Shani, apa yang membuatnya diam juga ketika Gito diam, dan membawanya keheningan lebih mencekam lagi.

Semua itu bermula karena perbedaan pendapat diantara mereka. Mungkin wajar saja bagi keduanya berbeda pendapat tentang bagaimana persiapan pernikahan mereka, tapi tidak wajar karena mereka seperti anak kecil saling ngambek dan diam.

Masalahnya bukan ada pada pernikahan mereka, tapi ini masalah yang sebelum-sebelumnya terus berlanjut hingga sekarang.

"Gito" Panggil Shani.

Lagi-lagi Gito hanya melirik Shani sekilas lalu mengalihkan pandangannya lagi ke depan.

"Kalau aku batalkan semuanya bagaimana?"

Ckitt

Tiba-tiba Gito mengerem mendadak saat mendengarkan ucapan dari Shani. Untung saja Gito tidak sedang melajukan mobilnya dengan kencang dan untung saja Shani dan Gito baik-baik saja.

Namun hati Gito dan pikiran Shani yang sedang tidak baik-baik saja. Mendengarkan perkataan dari Shani itu membuat hati Gito terasa sakit, dia tak menduga saja apa yang Shani katakan padanya setelah semua hal yang dia lakukan.

Gara-Gara Warisan [END]Where stories live. Discover now