Chapter 55

1.1K 136 6
                                    

***

Suasana hening dan canggung menyelimuti mereka yang kini duduk bersama di ruang tengah rumah kecil milik Lia. Untungnya walaupun kecil dan sederhana masih bisa menampung mereka-mereka ini, yaitu Liam dan Marda yang sering bertamu kesini serta satu orang lagi yang bernama Jessi.

Jessi atau Jessica Chandra, wanita yang semalam tiba-tiba dibawa oleh Liam dan Marda. Dari penjelasan keduanya, Lia tau jika mereka berdua juga menemukan Jessi ini secara tidak sengaja.

"Kok diem aja?" Tanya Jessi pada yang lainnya, dia merasa aneh saja dengan Liam dan Marda yang seketika terdiam jika ada dirinya padahal saat tidak ada sangat heboh, bahkan bisa sampai menganggu tidurnya.

Liam dan Marda spontan menelan ludahnya sendiri, sebenarnya penampilan Jessi tak menyeramkan kecuali dengan luka-luka diwajahnya, tapi keduanya takut Jessi karena kejadian semalam.

Semalam saat Jessi tiba-tiba mengambil alih kemudinya, mereka kira akan selesai , tapi ternyata ada dua mobil mengejar mobil mereka dan tentu saja banyak tembakan. Lihat saja mobil Liam sehancur apa sekarang dan kenapa mereka bisa selamat adalah karena Jessi yang mengendarai mobilnya dengan Gila sampai akhirnya mereka berhasil lolos dari pengejaran.

Jadi bayangan-bayangan semalam membuat Liam dan Marda segan pada Jessi. Berbeda dengan Lia yang biasa saja, walaupun dia agak ngeri dengan luka-luka yang Jessi dapatkan.

"Tenang aja, saya sebentar lagi pulang" Ujar Jessi, memang sebelumnya saat dia meminjam ponsel Liam dia menghubungi Florez untuk menjemputnya disini.

Sekarang dia hanya tinggal menunggu, berharap lebih cepat lebih baik. Dia tau orang-orang itu mengincarnya, mereka sangat berbahaya. Lebih bahaya dari yang dia kira, Gracio tak pernah main-main selama ini. Apalagi sekarang ada kehadiran seseorang yang membuat Jessi penasaran.

Seketika Jessi menatap ke arah Liam, sebenernya dia tau siapa Liam. Putra tunggal dari Wicaksono, dia selama ini diam karena baginya tak penting juga untuk tau Liam atau Liam tau dirinya.

"Liam" Panggil Jessi membuat Liam langsung menatap ke arah Jessi, "Ada yang ingin saya tanyakan dan ini agak sensitif" Lanjut Jessi membuat kerutan pada kening Liam timbul.

"Soal?" Tanya Liam.

Liam rasa ini pertama kalinya dia bertemu dengan Jessi, walaupun marga Jessi sendiri terdengar tidak asing baginya. Dia tiba-tiba menaruh curiga pada Jessi, begitu juga dengan Jessi.

"Malam kemarin, kamu ngapain ke daerah itu?" Tanya Jessi.

Menurutnya aneh saja Liam seorang anak kaya raya pergi ke sebuah pedesaan, walaupun tidak terpencil banget tetap saja tidak ada gunanya untuk Liam dan Marda kesana. Kecuali satu hal, ada satu hal membuat Liam bisa saja terseret dalam kasus ini.

"Wait, are you suspecting me?" Tanya Liam langsung on point, pertanyaan tak terduga itu membuat Marda dengan cepat menyenggol sikut Liam meminta sang sahabat untuk diam.

"Tidak, hanya—"

Terdengar suara mobil membuat ucapan Jessi dan atensi semua orang beralih. Dengan terburu-buru Jessi berdiri dan berjalan keluar rumah berharap jika yang datang ada Florez.

Langkah Jessi yang pincang, tapi cepat perlahan menjadi pelan saat dia tahu siapa yang datang. Dia melihat sebuah mobil Van mewah terparkir depan rumah Lia dan dia tau pasti yang datang bukan lah Florez.

Tak lama pintu mobil terbuka lebar, keluar seorang wanita memakai pakaian yang menurut Jessi agak berlebihan. Memakai gaun yang agak terbuka, dipadukan dengan heels mewah.

"Elizabeth Salvador" Gumam Jessi dalam hati menyebutnya nama wanita itu.

Tak lama selain Elizabeth atau Lizzie, muncul Adi Wicaksono dengan kursi rodanya. Dia keluar dari mobil dengan menggunakan kursi roda dan dibantu oleh asistennya. Berbeda dengan Lizzie, Adi memakai yang cukup sederhana. Kemeja lengan panjang yang tangannya dia gulung setengah dan celana bahan saja.

Gara-Gara Warisan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang