Bab 57. Bisik-bisik.

74 18 4
                                    

"Dengan keluarga mereka tidak terlalu akrab." San Taitai berkata. "Tetapi guru yang mereka undang adalah keponakan dari murid ayah, marganya Zhao, pendidikannya sangat bagus, karena itulah baru kesana. Sebenarnya, keluarga Tang itu dominan tukang atur, tidak enak bergaul dengan mereka. Tuan Zhao juga demi menjaga muka temannya barulah pergi. Dia sudah bersiap-siap selesai mengajar tahun ini hendak mengundurkan diri. Saya dengar biaya mengajar dalam satu tahun itu lima belas perak, satu set pakaian di empat musim, ditemani satu pelayan kecil. Kita bermaksud berdiskusi dengan Laoye, biaya seperti ini kita juga mampu menanggungnya, kalau tidak undang saja ke rumah untuk khusus mengajar Kai Ge dan Yu Ge."

Da Taitai sangatlah terkejut: "Biaya mengajar lima belas perak, satu set pakaian di empat musim, ditemani satu pelayan kecil. Ini juga terlalu..." Sambil berkata, sambil bergumam, "Ide adik ketiga ini bagus. Kalau memang begitu, lebih baik undang saja ke rumah. Apapun itu boleh sembrono, tetapi pendidikan anak-anak tidak boleh sembrono. Sebenarnya kita juga tidak pisah rumah, uang ini ambil dari kas umum saja!"

San Taitai tertegun, buru-buru berkata: "Ini mana boleh..."

Da Taitai sudah menggenggam tangan San Taitai: "Satu keluarga tidak bicara perkataan beda rumah." Berkata lagi, "Kalau memang Tuan Zhao hendak mengundurkan diri, itu seharusnya karena tidak puas dengan keluarga Tang. Menurutku, bagaimana kalau biaya sekolah dinaikkan jadi dua puluh perak setiap tahun, dua pasang pakaian di setiap empat musim, ditemani satu pelayan kecil. Saya lihat di ruang depan masih ada satu halaman kecil, bagaimana kalau halaman kecil itu diberikan kepada tuan untuk dipakai."

San Taitai masih hendak menolak, Da Taitai sudah tertawa berkata: "Saya adalah kakak ipar terbesar, kamu harus mendengarkan saya."

Keluarga Liu sekarang sedang jatuh, San Taitai jadi lebih sensitif mengenai hutang budi masalah dunia dibanding biasanya. Pemberian Da Taitai bukannya sangat berharga, San Laoye juga bukannya tidak mampu menanggungnya, tetapi perkataan Da Taitai ini sangat membuat San Taitai merasa berterima kasih.

Dia menggenggam tangan Da Taitai, ujung matanya sedikit lembab, dia menganggukkan kepalanya kuat-kuat.

Da Taitai memandang Wu Niang, Shi Niang dan Shiyi Niang yang duduk melingkar di depannya tanpa bersuara, tertawa berkata: "Kita orang tua sedang mengobrol, kalian juga bosan mendengarnya. Di belakang ruangan bibi ketiga kalian ada dua pohon pir, saat ini seharusnya sudah berbunga. Biar para bibi membawa kalian berjalan-jalan di halaman, biar tidak merasa sengsara."

San Taitai mendengar nada suaranya, tahu Da Taitai hendak menyingkirkan putri-putrinya dan berbicara secara pribadi dengannya. Jadi tertawa ikut membeo: "Pergi duduk minum teh di bawah pohon pir yang berbunga lebih menarik!" Kemudian memanggil bibi yang mengikutinya membawa beberapa orang ini berjalan-jalan di belakang halaman.

Ketiga orang ini juga mengerti, setelah menekuk lutut memberi hormat kepada Da Taitai dan San Taitai, kemudian mengikuti bibi pergi ke halaman.

Da Taitai menghela nafas sangat panjang, tertawa pahit memandang San Taitai: "Ketiganya sama ada kelebihan dan kekurangannya. Benar-benar membuat hati tidak berhenti kuatir."

San Taitai memberi sinyal ke pelayan yang berada di sampingnya, para pelayan mengundurkan diri tanpa bersuara.

Dia tertawa berkata: "Tunggu mereka sudah menjadi seorang ibu, pasti akan mengerti jerih payahmu."

"Saya berharap ada hari tersebut." Da Taitai menyetujuinya dengan suara menggerutu. Setelah itu duduk menegakkan badannya, bertanya kepada San Taitai: "Oh ya, apakah kamu mengetahui tuan muda keluarga mana yang sudah cukup umur? Boleh dibilang, umur Wu Niang dan Shi Niang sudah tidak muda lagi. Kamu juga tahu, mereka adalah anak selir. Kita menyukai keluarga orang, keluarga orang belum tentu menyukai kita. Benar-benar membuat saya kuatir sekali."

The Sword and The Brocade / A Concubine Daughter and Her TacticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang