Chapter 2

205 18 0
                                    

Radjar tersadar karena teriknya matahari yang menyinarinya kemudian ia bangun dengan perasaan bingung sebab heran mengapa terbangun di tengah hamparan rumput hijau yang membentang luas, apakah dirinya di surga? Kemudian Radjar menengok ke belakang melihat punggung sosok laki-laki berbaju putih sama dengan dirinya, Radjar tidak bisa melihat wajahnya karena pria tersebut membelakanginya. Kemudian bangunlah lagi Radjar dengan keringat membasahi seluruh kepala Radjar, sejenak mengheningkan diri berpikir bahwa peristiwa tersebut hanya mimpi belaka bukan sesuatu yang nyata.

setelah bersiap Radjar pun pergi ke peternakan untuk mengurus sapi - sapi, di beri pakan lah hewan-hewan itu dan di bersihkannya kadang, tibalah waktu istirahat pada siang hari yang panas, Ia duduk di bawah pohon Tanjung dengan angin mengalir lembut melewati wajahnya. Terkejut tipis di saat seseorang memanggilnya kemudian menengok di samping ada Tuan Camlo.

Tuan Camlo menyuruh Radjar agar nanti sore menemaninya ke luar dan Radjar pun meng-iyakan. Setelah perginya si tuan, dalam hati Radjar bilang Tuan Camlo memiliki tinggi badan yang benar-benar tinggi hingga berpikir membandingkan dengan dirinya yang kecil kemudian bilang,

" po kudu aku mbojo Karo wadon Londo men anakke aku duwur?"

"Apa aku harus menikahi gadis Belanda biar anakku tinggi?"

Duduk menatap kuda sembari mendengar pembicaraan yang tidak tahu apa yang mereka para Belanda yang sedang berdiskusi, berkumpul dalam satu meja. Tempat ini merupakan tempat khusus kumpulnya orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi dilarang masuk bahkan para indo(blasteran belanda-pribumi), serta para anjing-anjing.

Suguhan teh hangat di letakan di meja, diminumlah sama si Tuan Camlo karena malam ini sangat dingin sehingga menaikan suasana hati,

"Baboe! Panggilkan pelayan baru itu suruh datang kesini!"

" iya, tuan" jawab si mbok

Tak berselang lama datanglah Radjar di hadapannya,

"Tuan memanggil saya?" Tanya Radjar

" kamu bisa menganyam? "

"Iya tuan, saya mempunyai keahlian tersebut, kenapa tuan menanyakan perihal menganyam?"

"Kau bisa membuat kan kadang untuk ayam, rencananya aku akan membeli ayam sebagai peliharaan"

Keesokan harinya Radjar pun mulai menganyam untuk membuat kadang, dan pada sore harinya pun sudah jadi. Datanglah Tuan Camlo menenteng tas berisi anak ayam kecil yang ia bawa dari pasar, dia pun memberikan anak ayam kepada Radjar serta berpesan untuk merawat ayam ini. Radjar pun terheran tumben ada orang Belanda menyukai ayam kampung? Tanpa berpikir lebih mending dia rawat saja ayam ini karena dia merasa sedikit kesepian semenjak tinggal di rumah ini.

1889 : War and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang