Chapter 6

147 9 0
                                    

Mimpi itu datang lagi dan dia seakan terbangun di hamparan rumput hijau yang luas, namun sekarang dia melihat jelas siapa sosok pria yang pernah datang ke mimpinya itu. Ternyata ia Tuan Camlo, kemudian dia mengulurkan tangannya untuk membantu Radjar berdiri,

"Siapakah anda?"

"Apakah anda benar-benar Tuan saya?"

"Sekarang kita ada dimana?"

Semua pertanyaan itu semua terlempar, tetapi orang yang di hadapannya enggan menjawab, sungguh ini hal aneh dia bermimpi terasa nyata, Tuan Camlo pun memeluk lembut Radjar sambil mengelus pelan punggungnya.

-

Tetiba Radjar terbangun di pelukan Tuan Camlo dengan bingung hingga kesadarannya pulih sepenuhnya. Ia menatap muka tidurnya dan dilihat dia memang benar-benar tampan, ketika jari telunjuknya menyentuh hidung Tuan Camlo hingga dia tiba-tiba terbangun.

"Saya minta maaf"

"Maaf untuk yang mana,Tuan?"

"Tentang kejadian semalam "

-Hening Beberapa saat-

"terlepas dari hal ini, ada hal lain yang saya pikirkan mengenai tentang hubungan asmara tuan dengan kekasih tuan, saya merasa buruk terhadap apa yang telah terjadi"

Sejujurnya Tuan Camlo pun bingung apa yang terjadi sekarang Bahkan sebelumnya dia hanya sekedar menganggumi Radjar dan pertanyaan terus memutar di otaknya adalah kenapa bisa lepas kendali seperti ini. Tanpa membantah dirinya sendiri dia mengakui mulai mencintai orang ini namun dia pun harus berhati-hati untuk mengatakan apapun agar semuanya masih tenang.

"Saya juga tidak tahu tetapi saya akan memberikan jawaban secepatnya jadi tunggu saja"

Di peluklah laginya ia oleh tuan Camlo dengan di akhiri ciuman kening dan lanjut memejamkan mata. Sementara Radjar was-was kepada hatinya untuk tidak jatuh cinta beneran padanya, tetapi detak jantung berdetak sangat keras, dia faham apabila benar-benar jatuh cinta akan membuat rencana yang di persiapkan lama runtuh dalam seketika.

Makanan telah tersaji di meja makan, ketika Radjar hendak berbalik ke dapur untuk berberes Tuan Camlo memanggilnya agar makan siang bersama namun Radjar menolak halus bahwasanya selama ini terlalu banyak hal lancang yang dia lakukan kepada tuan Camlo. Tuan Camlo datang memeluk radjar dari belakang saat sedang berberes di dapur dan mengatakan bahwa untuk meminta menanti jawaban yang akan dia berikan kepada radjar karena saat ini dia belum pasti akan hal ini.

Semua perlengkapan sudah siap untuk balik lagi ke rumah setelah beberapa hari di villa, sesampainya mereka di depan rumah ternyata ada wanita Belanda yang duduk di teras rumah.

"Ik miste je zo erg dat ik van Amsterdam naar Nederlands-Indië kwam en ik droomde echt dat we elkaar weer zouden zien tot deze dag is gekomen "

("aku merindukanmu sehingga aku datang dari Amsterdam ke Hindia-Belanda dan aku benar-benar bermimpi akan kita bertemu kembali hingga hari ini telah tiba ")

--

Dialah kekasih yang di ceritakan Tuan Camlo.

1889 : War and LoveWhere stories live. Discover now