Chapter 3

195 14 0
                                    

Hawa dingin terasa di pagi ini sebab semalam turun hujan yang cukup lebat, embun pun menghiasi tanaman dan pohon di latar rumah, suasana pagi yang indah semakin terasa karena letak rumah ini lumayan jauh dari pemukiman dan berada tepat dataran tinggi. Siul mengalun sampai terdengar ke telinga Tuan Camlo, rupanya suara siulan tersebut dari Radjar yang sedang beraktivitas, Tuan Camlo pun tersenyum tipis melihat Radjar bermain dengan anak ayam yang di beli kemarin.

  10 tahun yang lalu >pertemuan antar bangsa Belanda untuk berunding hal tentang kewilayahan, serta kerjasama antara bangsa Belanda dengan pemimpinan para sultan di berbagai daerah. Setelah beberapa hari di Batavia, Tuan Caspar beserta balanya melakukan perjalanan pulang, namun di tengah perjalanan mereka memutuskan untuk berhenti sejenak karena jarak yang jauh. Camlo kelaparan sedari beberapa jam yang lalu sebab persediaan makan habis dia pun menepi dari ayahnya kemudian duduk merenung, tiba-tiba ada anak kecil menyodorkan makanan berbungkus daun pisang dan anak kecil itu berbicara,
"Di maem mas! sampeyan dereng dhahar, nggih?
(Dimakan mas, kamu belum makan kan?).
Camlo terheran dan bingung karena dia tidak faham apa yang anak ini bicarakan? Sebab Camlo baru dua tahun di tanah Nusantara dan minim interaksi sosial dengan pribumi lokal, tanpa berfikir lagi di makanlah makanan yang di tawarkan itu. Perasaan senang di wajahnya sambil mikir dalam hati " Makanan apa ini dan kenapa rasanya sangat lezat manis?".
Camlo memberikan sebuah kalung gigi taring yang di kasih dari kakeknya sebagai tanda terimakasih dan melambaikan tangan.<

Suara riuh beberapa orang dari luar rumah, Radjar menenangkan dan bertanya ada perihal apa? namun mereka tetap membuat keributan, ternyata setelah di tenangkan mereka bercerita bahwa hasil kebun yang di jual ke keluarga De Groot mengalami turunan harga dari seperti biasa dan mereka mempertanyakan kenapa hal itu bisa terjadi. Keluar lah Tuan Camlo sambil membawa segenggam cengkeh kemudian di lempar ke tanah,
"Ini yang kalian jual? Sungguh hasil panen yang buruk! Bayaran yang kalian dapatkan adalah sesuatu sepadan"
Berbicara dengan angkuh kemudian balik lagi masuk rumah, Radjar yang melihat tersebut pun tergeleng-geleng.

Melihat foto keluarga terpajang di dinding seakan membayangkan apabila dia memiliki keluarga yang lengkap layaknya keluarga De Groot tetapi dia sadar bahwa keadaan keluarganya berbanding balik , mengusap air mata sambil tertunduk sungguh benar-benar malang nasib kehidupan ini.  Setelah puas melihat-lihat dia melanjutkan ke kebelakang rumah untuk menyelesaikan kadang yang belum selesai.
Tuan Camlo memanggil Radjar dan bilang,
"Sore ini saya ingin memancing di danau, tolong persiapkan semuanya dan kamu ikut dengan saya! "
"Baik Tuan! " jawab Radjar

Suasana canggung meliputi mereka berdua di pinggir danau padahal sore ini sangat cerah. Radjar berinisiatif untuk meruntuhkan kecanggungan dia pun menyodorkan sebuah makanan yang ia beli sewaktu melewati pasar sore, Tuan Camlo awalnya mengabaikan cuman perut tidak bisa membohongi akhirnya dimakan juga, Tuan Camlo berfikir kenapa makanan ini familiar rasanya? Tanpa lama berfikir dia tahu kalau ini yang dia makan 10 tahun yang lalu dan tanpa terasa pula ternyata makanannya habis dimakan olehnya, Radjar yang melihat itu sedikit cemberut di raut mukanya karena dia baru makan seperempat dan di raut muka Tuan Camlo bingung merasa sedikit bersalah.

"Lusa saya akan melakukan perjalanan ke Batavia, kamu ikut saya untuk perjalanan ini" perintah Tuan camlo
"Baik Tuan! Untuk segala kebutuhan nanti saya siapkan juga" jawab Radjar, sesaat Radjar senang Karna ini waktunya menggunakan kesempatan untuk tujuan awal dia di sini.

1889 : War and LoveWhere stories live. Discover now