Chapter 4

159 13 1
                                    

Manusia di bumi ini bagaikan sebutir debu dapat terhempas dengan mudahnya dan mengapa banyak manusia memiliki sifat yang tinggi ? bagaikan menembus langit, itulah yang dipikiran Radjar. Hari ini adalah tepat genap setahun peristirahatan terakhir kakaknya namun dia sedikit kelesah karena belum menemukan siapa sosok yang membuat kakaknya meninggal. Di sebalik rencananya dia sadar diri akan status dan tak punya kuasa apapun, dirinya secara fakta hanya orang kecil. Apapun Radjar lakukan untuk menuntaskan segera bahkan dia memilih hal gila yaitu mendapatkan kepercayaan penuh dari Tuan Camlo dengan cara menjadikannya sebagai kekasih boneka sebab dia mendengar isu tentang majikannya bahwasanya penyuka kedua gender.

  Tuan Camlo memberikan sebuah anggur kepada Radjar sebagai pengganti makanan yang kemarin dia habiskan, Radjar menerimanya lapang tangan dan mengucapkan terimakasih dengan senyum yang manis hingga Tuan Camlo tersipu tipis, padahal itu langkah kecil untuk menggodanya. Radjar nyamperin si mbok sambil bertanya,
"Mbok gawe teng Ngriki mpun lami nggih? "
(Mbok kerja disini sudah lama yah?)

" Wis 12 tahun, Ono opo Tah Takon-takon?" Jawab si mbok
(Sudah 12 tahun, ada apa emang Bertanya-tanya ?)

" Mbonten menopo mbok, Kulo Bade tanglet! senengane Tuan Camlo kui nopo, mbok? "
(Nggak gimana-gimana mbok, saya cuma mau tanya, kesukaan Tuan Camlo itu apa, mbok?)

" si mbok sebenere kurang ngerti nanging senengane si tuan kui nginum degan" jawab si mbok
(Si mbok sebenarnya kurang tahu tetapi kesukaan biasanya itu minum kelapa muda)

Hari pun berganti tiba waktunya untuk melakukan perjalanan ke Batavia, Radjar sudah menyiapkan semua keperluan dari kemarin sore. Siang harinya benar-benar panas mereka dan balanya beristirahat sejenak, setibanya Radjar Datang setelah membeli kelapa muda di lapak sebelah. 2 hari telah berlalu sampainya mereka ke rumah Tuan Caspar yang ada di Batavia.

Acara ini dimulai pukul 5 sore semua tamu undangan telah berkumpul ke dalam pesta sedangan para pelayan babu-babu berada di luar layaknya anjing peliharaan. Tengah malam telah tiba acaranya pun selesai, Tuan Camlo datang ke Radjar untuk pulang namun ketika hendak pergi kedatangan sepupu Tuan Camlo yang memang sama-sama di pesta tersebut.

"De jouwe is echt interessant!" Kata si sepupu Tuan Camlo sembari melirik Radjar.
(Milikmu sungguh menarik!)

"Wat bedoelt u?" Tanya Tuan Camlo
(Maksudmu?)

"Nee!" Sambil berjalan pergi dan sedikit curi-curi pandang ke Radjar
(Gak kok)

Radjar bingung apa yang mereka bicarakan dan kenapa sepupunya itu melihat dirinya sambil tatap mengerikan

1889 : War and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang