09

14 4 0
                                    

Esmeralda benar. Permintaannya terlontara bukan karena keisengan atau sekedar mengambil kesempatan untuk tidur di kamar mewah sang putri Mahkota. Kekhawatirannya berdasar melihat kondisi mengenaskan Athanasya.

Ya, Athanasya demam tinggi. Dan, Esmeralda terpaksa tidak tidur semalaman untuk mengganti kain kompres putri mahkota. Mungkin, kata 'sukarela' lebih tepat disematkan daripada 'terpaksa'.

Hingga pagi tiba, panas tubuh Athanasya belum juga turun, tapi jauh lebih mendingan karena wanita berambut merah jahe itu sudah tidak menggigil lagi. Esmeralda masih belum tidur. Meskipun rasa kantuk mendera, ia tetap setia untuk terjaga. Setidaknya sampai ia memastikan putri Mahkota menghabiskan sarapannya.

Sebuah ketukan terdengar. Dengan wajah yang hampir mirip mayat hidup, Esmeralda bergegas membukakan pintu. Dua pelayan dengan sebuah troli berisi sarapan untuk putri mahkota. Esmeralda mengambil troli itu dan menyuruh dua pelayan itu untuk mengambilkan obat penurun panas.

"Yang mulia putri mahkota," bisik Esmeralda beberapa kali hingga Athanasya terusik dari tidur.

"Apa bisikanmu bisa membangunkan ku?" tanya Athanasya sambil tertawa kecil. Sudah berkali-kali ia protes dengan cara Esmeralda membangunkannya. Namun, kebiasaan sang pelayan tidak bisa dihilangkan.

"Buktinya, cara itu selalu berhasil, Yang Mulia," balas Esmeralda.

"Tapi, kau membuatku seperti putri Mahkota kebo. Biar ku tebak berapa kali kau membangunkan ku, lima kali? Sepuluh kali? Dua puluh kali?" Protes Athanasya dibalas tawa kecil Esmeralda saat mendengar jumlah yang terus bertambah.

"Tidak sebanyak itu, Yang Mulia," ujar Esmeralda, namun tidak berhasil menghilangkan raut cemberut Athanasya.

"Coba saja, jika kau jadi aku, apa kau bisa terbangun dengan bisikan-bisikan itu?"

"Jika anda jadi saya, apa anda berani melayangkan tendangan agar putri Mahkota terbangun?" Mata Athanasya membelalak mendengar pertanyaan balasan dari Esmeralda. Jika ia bukan putri Mahkota, apa Esmeralda akan membangunkannya dengan satu atau dua tendangan?

"Tetap saja... Sss aw!" Serangan perih akibat gerakan kasar saat tangannya hendak mengambil mangkuk sup dari troli menyadarkan Athanasya tentang luka-luka di punggungnya.

"Hati-hati, Yang Mulia," ujar Esmeralda.

"Luka kampret!" umpat Athanasya menyadari ia telah membuat luka yang sudah mengering menjadi kembali menganga dengan satu gerakan kecil.

"Sstt, Yang Mulia," ujar Esmeralda refleks memalingkan pandangan ke arah pintu yang masih terbuka, takut ada yang mendengar umpatan sang putri Mahkota.

"Tenanglah, Esme. Hanya ada kita berdua disini."

"Prajurit yang berjaga?"

"Ugh, prajurit tidak bergosip Esme," ujar Athanasya sembari memperlihatkan super rolling eyes nya. Tetap saja hal itu membuat Esmeralda tidak tenang. Bagaimana jika beredar rumor 'Putri Mahkota Athanasya bermulut sampah'.

Ketidaktenangan Esmeralda dibuyarkan oleh suara tidak asing yang merupakan reaksi tubuh akibat terlambat menerima asupan makanan, biasa disebut 'kelaparan'.

"Maaf, Yang Mulia!" ujar Esmeralda, sedangkan Athanasya tersenyum malu dengan wajah yang memerah.

Di sela-sela kegiatan memindahkan sarapan dari troli ke pinggir kasur, suara tidak asing itu kembali terdengar. Namun, kali ini tidak berasal dari perut Athanasya, melainkan dari perut Esmeralda. Hal itu membuat suasana hening seketika, keduanya berusaha mengatup bibir hingga dagu mereka bergetar. Kedutan di bibir ditambah lirikan mematikan berhasil menggoyahkan pertahanan dan berakhir dengan pecahnya tawa kedua wanita tersebut.

BLIZZARDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang