Bab 42

4.7K 922 51
                                    

Cerita ini udah tamat di Karyakarsa ya. Bagi yang nggak sabaran nungguin update-an di sini bisa meluncur ke sana.. :*


.

.


Kekesalan Rolan tak berkurang. Padahal dia sudah tahu watak Mama Mita yang tak begitu menyukainya sejak awal. Namun, menyalahkan hewan ternaknya? Apa Rolan perlu meminta surat vaksin ke Pak Suroso?? Datang ke dinas perternakan??

Atau suruh saja Mama Mita tinggal di sini sekalian. Apa dia akan terjangkit virus atau tidak?! Enak saja hewan ternaknya dibilang pembawa virus.

Tapi bagaimana jika benar Mamanya Mita akan menghalang-halangi Mita ikut pulang dengannya? Bagaimana jika Mama Mita membuat-buat alasan ada acara-acara lain yang harus dihadiri? Kegusaran Rolan tak berhenti sejak semalam. Tidak. Rolan harus memastikan Mita ikut dengannya segera setelah dia datang.

***

Vina mendengus ingin bersikap santai namun dia tak bisa tanpa mengatur segala sesuatunya, terutama, lusa sudah minggu. Vina ke kamar Mita dan mendapati Mita tengah teleponan sama suaminya. Begitu melihat Vina, Mita langsung mematikan panggilannya.

"Apa Ma?"

"Suamimu datang lagi ke Medan nggak??"

"Coba pastikan... Jangan pula dia datang terus tiba-tiba ikut ke acara pakai baju biasa-biasa aja..." Mau taruh di mana muka Vina!

"Maksud Mama...??"

"Ya tanyain pastinya. Kalau dia datang ke acara tanyain ukuran bajunya. Biar belikan yang baru. Yang sesuai..."

Mita menaikkan kedua alisnya. "Oh, bentar aku telepon Abang..."

Vina langsung mendengus dan keluar, tak ingin mendengar obrolan anaknya di telepon.

Di sisi lain Rolan mengangkat panggilan telepon dari Mita. Kali ini mungkin Mita akan semakin curiga dengan suara berisik di sekitar Rolan, walaupun tadi Rolan bilang dia belum pulang, Mita akan rewel kenapa Rolan belum pulang juga.

Rolan segera mencangklokkan tasnya naik ke atas bus.

"Abaang..."

"Kenapa tadi dimatikan?" tanya Rolan penasaran.

"Abang kapan jemputnya??"

Bibir Rolan masih berkedut, mungkin Mita akan sangat terkejut dia tiba-tiba muncul. Apa sebaiknya dia katakan saja? Agar Mita tak terus bertanya-tanya.

"Ini aku lagi di Bus."

"Bus apa??" tanya Mita dengan nada melengking.

"Ya bus ke Medanlah..."

"Loh—Abang?? Bentar-bentar. Aku bilang Mama—"

Rolan langsung berseru. "Apa mesti apa-apa kau lapor Mamamu? Aku suamimu. Mau kapan aku datang juga hak-ku. Termasuk jemput kau."

Liur sudah bergumul di dalam mulut Rolan mengantisipasi, apa ucapannya terlalu keras?

"Bukan gitu... tadi Mama bilang suruh tanya Abang jadi ikut datang ke acara atau nggak. Soalnya harus beli baju baru lagi."

Dada

"Ya biar Abang ada baju baru."

Jawaban Mita tak memperjelas. Namun, Rolan sudah memiliki gambaran jelas. Dan kontan saja jantungnya berdenyut. Rolan tersinggung. Benar-benar tersinggung.

"Aku nggak akan datang ke acara keluargamu," gumam Rolan dingin.

"Loh kenapa??" seru Mita dengan mata melebar.

Jejak LaraWhere stories live. Discover now