3

241 27 3
                                    

Mendudukkan dirinya disofa yang sama dengan suara yang dibuat sekeras mungkin, tapi tetap saja diabaikan pria itu dengan masih berkutat pada kertas-kerta dihadapannya.
Shani : " Kaki-ku pegal sekali! "
Ucapnya sambil memijat pergelangan kakinya yang menggunakan heels setinggi 5cm dengan mata yang melirik Oniel dikursi kebesarannya berharap pemuda itu menoleh dan segera menghampirinya. Tapi pria itu tetep sibuk dengan berkas-berkas kantornya.
Shani : Oniel!! Panggilnya, tapi diabaikan oleh pria itu.
Oniel : ...
Shani : Onieeeelllll....
Oniel : ... Tetap tidak mendapatkan respon.
Shani :  ONIEL WIJAYAAAAA!!!!!
Oniel :  Ada apa?
Tanya pria itu dengan suara yang terbilang sangat santai tanpa menoleh pada Shani sedikitpun karena masih setia memeriksa laporan pegawainya yang ada diatas meja.
Shani bersumpah, sekarang ini juga ia sangat ingin menjambak rambut hitam rapi prianya itu hingga botak dan juga mencakar-cakar wajah dingin tapi sialnya sangat tampan kekasihnya itu dengan kuku-kuku panjangnya yang berwarna merah hingga tak berbentuk lagi, sesuai dengan yang ia rencanakan saat masih di apartemen tadi, tapi nyalinya langsung ciut saat mendapatkan tatapan tajam dari Oniell yang memusatkan seluruh perhatiannya pada dirinya sekarang.
Shani :  Aku haus.  Katanya pelan sambil menundukkan kepalanya.
Oniel segera menelpon sekertarisnya untuk membawakan air minum untuk Shani. -Tidak lama kemudian.. -

TOK TOK TOK
Oniel : Masuk!
Sekertaris Oniel membuka pintu dengan perlahan sambil membawa satu botol air mineral yang masih tersegel dan juga satu gelas bersih diatas nampan yang tengah ia bawa lalu menghampiri Shani dan meletakkan satu botol air mineral beserta gelas tadi diatas meja dihadapan Shani sebelum permisi keluar dari ruangan yang terasa sangat mencengkam itu.
Oniell :  Minumlah. Kau bilang tadi haus.  Kata Oniel sebelum kembali memeriksa laporan pegawainya.
Shani tidak bergerak sama sekali. Ia hanya menunduk dengan kedua tangannya berada diatas pahanya sendiri.
Oniel melirik Shani dari balik poni hitamnya yang menjuntai hampir menutupi mata sebelum membuka suaranya bertanya.

Oniel :  Kenapa? Tanyanya dan mendapati gelengan kepala dari Shani.
Shani :  Gapapa. Jawab gadis cantik itu sambil mengusap pipi kanannya yang basah.
Seketika Shani memutar tubuhnya menyerong kekanan saat merasa Oniel masih memandanginya. Dapat Shani dengar suara roda kursi yang bergerak dan langkah kaki dari balik punggungnya ketika Oniel berjalan menghampirinya.
Oniel :  Ada apa?  Tanyanya yang sekarang sudah berdiri disamping Shani.
Gadis itu kembali menggelengkan kepalanya yang menunduk. Seperkian detik berikutnya, wajah menunduk Shani terangkat saat Oniel menarik dagu lancip gadisnya dengan gerakan lembut menggunakan tangan kanannya.
Oniel :  Lalu kenapa kamu diam? Tanya Oniel menatap penuh pada kedua mata Shani dengan posisi masih berdiri dihadapan gadis itu.
Shani :  Kaki-ku sakit ... makanya aku diam.. Adunya..

Oniel mengedipkan matanya yang berhiaskan bulu mata lentik sekali sebelum berjongkok dihadapan Shani. Ia menarik pelan kaki kiri Shani lalu melepaskan heels merah yang menghiasi kaki mulus kekasihnya itu.
Oniel :  Kenapa menggunakan heels?  Tanyanya sambil menarik keluar sepatu tinggi itu dari kaki Shani.
Shani :  Karena aku ingin tinggi. Jawab Shani sambil mengamati Oniel yang -jarang-jarang- berlaku 'manis' padanya seperti saat ini.
Oniel melakukan hal yang sama pada kaki kanan Shani sebelum mendongak memandang gadisnya..

Oniel :  Untuk apa tinggi kalau sepatu itu membuat kaki mu sakit?  Tanyanya datar, masih setia memandangi wajah Shani.
Ughh... Rasanya Shani ingin sekali menjambak rambut hitam Oniel sampai botak lalu menerjang pemuda itu dengan pelukan eratnya saat kekasihnya itu memandang wajahnya dengan datar namun tersirat rasa khawatir disana.
Tapi Shani ingat saat ini ia masih marah karena sedari tadi diacuhkan oleh Oniel.

My boyfriend is not romantic Where stories live. Discover now