Chapter 1

143 11 0
                                    

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

.

"LE, BANGUN! Atau enggak, gue dobrak nih pintu!"

Raefal menggeram frustasi. Kebiasaan sekali, adiknya ini susah sekali bangun pagi. Sedari sepuluh menit yang lalu, pemuda itu masih senantiasa menunggu di luar pintu. Sesekali kepalan tangannya menggedor pintu berulang kali, tapi nihil.

Adiknya jika sudah tidur seperti hewan berbulu tebal yang sedang hibernasi. Raefal melirik arloji di pergelangan tangan. Dan di detik berikutnya, kedua tangannya mengepal erat.

"Udah jam setengah tujuh, anjir! LE, gue nggak main-main ya soal mau dobrak pintunya. Awas aja sampe lo nggak bangun."

Raefal mundur, mengambil ancang-ancang sebelum menerjang pintu kayu bergagang besi mengkilap itu. Tapi, pintu mendadak terbuka perlahan, ketika tubuh Raefal sudah melesat maju.

Alhasil, tubuhnya menabrak sosok yang baru saja membuka pintu. Ini sudah seperti adegan romantis di film-film. Raefal berada di atas, sedangkan di bawahnya terdapat sosok dengan wajah seputih susu, yang nampak ogah-ogahan membuka mata.

Untuk sejenak, Raefal diam. Sampai arloji di pergelangan tangan berbunyi, secara reflek membuat tangannya melayang, mendarat cukup kasar di hidung Cale-sang Adik.

"WOI! BANGUN NAPA! INI UDAH JAM TUJUH KURANG, BEGO!"

Barulah Cale sadar, begitu suara melengking Raefal menggema di kedua telinganya. Buru-buru Cale beranjak bangun, sampai kening mereka bertabrakan. Sepontan saja Raefal terduduk di lantai, tangannya terus mengusap kening yang sudah memerah pedih.

"Bego banget sih lo, Le. Makanya, jangan sering begadang. Ini 'kan, jadinya. Sekarang udah jam berapa, dan lo belum ngapa-ngapain. Untung aja gue udah sarapan duluan tadi."

Alih-alih mendengarkan, Cale sama sekali tidak mempedulikan ocehan bak emak-emak sang Kakak. Dia lebih mempedulikan rambutnya yang acak-acakan.

"Udah, Bang. Nanti aja ngocehnya. Sekarang gue mau mandi dulu. Siapin sarapan ya, nggak ada lima menit gue bakal turun kok."

Tanpa peduli apa yang akan Raefal katakan, Cale menyeret paksa handuk yang tersampir di dinding, lantas berlari masuk ke kamar mandi.

Sementara mati-matian Raefal menahan tangannya untuk tidak menonjok wajah sang Adik, lagi. Pemuda itu mengembuskan napas pelan, lalu berbalik keluar kamar, hendak menyiapkan sarapan juga segelas susu untuk Cale.

.

"Halo, Bang! Pagi selamat!"

Raefal bahkan belum sempat membuat susu, tapi Cale sudah datang dengan seragam lengkap. Tapi rambutnya masih sedikit acak-acakan, dan belum lagi dasinya yang hanya tersampir di leher.

COLONDonde viven las historias. Descúbrelo ahora