Bab 2

67 31 7
                                    

Aku memandang setiap sudut toilet, sangat bersih, wangi dan kinclong tentunya. Setelah selesai membersihkan toilet aku langsung membereskan peralatannya dan meletakan nya di tempat semula.

Aku mendengus" Si bajingan bau itu pasti akan balas dendam. Biarkan saja, aku juga akan membalasnya lagi".

Aku pergi menuju ruang kepala sekolah, aku berharap setelah pindah sekolah, aku akan membuka lembaran baru, aku harus bisa!

Tok!

Tok!

Tok!

Aku mengetuk pintu berwarna coklat, mengambil nafas lalu buang. "  Permisi, saya Bulan Sabita, murid pindahan dadi SMA BHAKTI JAYA apakah saya diperkenankan untuk masuk? "

Terdengar jawaban dari dalam " Silahkan masuk! "

Aku membukannya, melihat setiap sudut ruang kepala sekolah yang luas, aku dipersilahkan duduk. "Perkenalkan nama saya Bulan Sabita bu"

Kepala sekolah tersenyum lembut dan menganggukkan kepala dengan tegas. " Perkenalkan nama saya Bu Tri Agustina, kamu bisa memanggil saya bu Tri, selamat datang di SMA BUMANTARA angkatan 27, sabita".

Mataku sedikit berbinar, aku membalas senyuman bu Tri. " Terimakasih bu, aku senang bersekolah disini! Sekolah impian semua orang! "

"Sabita, kamu berada di kelas 10 Mipa 1. Saya akan meminta salah satu anggota OSIS mengantarkan kamu ke kelas, maaf tidak bisa mengantarkan mu" Ucap bu Tri sedikit dengan rasa sesal.

Aku mengangguk "tidak apa bu".

Tok!

Tok!

Tok!

Ada yang mengetuk pintu, aku menoleh kearah pintu, lalu terdengar suara yang membuatnya kesal. " Permisi bu, apa saya boleh masuk? "

Bu Tri menjawab dengan keras agar terdengar sampai luar. " Masuklah nak! "

Satria masuk dengan wajah tengilnya, entah kenapa aku merasa wajah satria tampan tapi tengil? Aku mendengus, lalu satria duduk di kursi sebelahku dengan santai. " Jadi, dia mubar yang akan satria pandu bu? "

Entah kenapa dari pertanyaan satria membuatku kesal, semakin kesal!

Bu Tri menjawab dengan tegas dan senyuman yang terpatri di wajahnya. " Iya nak satria, dan untuk nak sabita akan dipandu selama 1 bulan dengan nak satria, apakah nak sabita setuju?"

Aku ingin menjawab tidak, tetapi kakiku sakit! Kakiku diinjak oleh gajah berwajah tengil yang sedang memerintahiku untuk berkata setuju.

Aku mencubit nya, dia menambah pijakan di kakiku membuatku mengalah dengan mengatakan 'setuju'.

Menyebalkan!

Sekarang aku sedang berjalan jalan dengan satria yang terus menjahili ku, dia menarik ujung rambutku terus menerus. Aku ingin membalas! Saat aku ingin menjambaknya, aku tidak bisa...

Dia terlalu tinggi!

Aku hanya sebatas dadanya, aku tidak pendek, hanya saja dia terlalu tinggi. Mungkin sewaktu kecil cemilannya togor listrik.

Atau dia setinggi harapan orangtuanya. Bicara tentang orang tua, aku seperti memiliki orang tua tetapi goib, mereka lebih memilih bahagia dengan pasangan mereka masing masing, hidup dengan kemewahan hingga lupa akan sesuatu yang mereka dapat dari kesalahan mereka dan meninggalkan aku sendiri.

Sudahlah, mari lupakan masa lalu.

______________________TBC________________________

Hai teman teman, jangan lupa vote and follow ya! Jangan jadi pembaca gelap. Setidaknya dari vote dan follow akun ini akan membuatku semangat untuk melanjutkan cerita.

Sekian terimakasih

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐




Gerhana Bulan [Transmigrasi ]Where stories live. Discover now