Panas+

51.3K 350 22
                                    

Happy reading
..

Discipline
.
.
.

Benar-benar, Ayan tidak mengada-ada pasal dimana mereka hanya dua hari berada di Swiss, Oliv tidak habis pikir.

Rencananya mereka dini hari akan berangkat pulang menuju Indonesia, tapi karena malam itu Oliv bermain salju cukup lama, membuat alergi dinginnya kambuh.

Seluruh badannya membengkak, dan terasa gatal juga perih, pernafasannya juga sedikit terganggu. Hal tersebut lah, yang membuat Ayan memutuskan untuk pulang lebih cepat.

Dan sekarang, siang ini mereka sudah didalam pesawat yang kemarin Ayan tumpangi untuk pergi ke Swiss.

Anggap saja, pengangguran seperti Azay menyediakan pasilitas khusus untuk sahabatnya ini.

PP, Pulang Pergi di antar jemput. Udah berasa kaya banget pemuda satu itu.

"Jeep rubicon, sediain. Gue pulang", Perintah Ayan melalu telepon genggam nya.

Oliv terkekeh geli, wajah Ayan yang datar membuat perkataan nya benar-benar seperti suruhan terhadap babu, nyatanya itu hanya gurauan semata.

" Njih, paduka Raja".

Oliv semakin terkekeh, saat mendapati balasan disana, karena Ayan sengaja menyalakan loudspeaker.

Perjalanan mereka masih lama, Oliv yang sudah bergelung di tempat istirahat yang ada di dalam pesawat tersebut, dengan bersandar pada dada bidang Ayan.

Tok

Tok

Tok

"Masuk", Setelah Ayan menyerukan suaranya, pintu terbuka, menampilkan wajah pramugari yang kemarin sempat membuat Ayan kesal sendiri saat melihat wajahnya.

" Tuan, Saya membawakan salad buah, juga beserta kebutuhan yang anda minta", Ujar wanita tinggi didepan pintu itu.

Ayan mengangguk sembari menggerakkan dagunya, menyuruh meletakkannya diatas nakas yang berada disana.

Tangan Ayan sibuk memijat pinggang Oliv, yang sejak tadi pemiliknya mengeluh pegal.

Pramugari itu, tersenyum miring.

"Tuan, kami disini menyediakan pijat, apa anda ingin saya memanggilnya untuk anda???".

" Bagaimana Liv??", Ayan malah bertanya pada Oliv yang asik memejamkan matanya.

"Ngak usah, Yan. Enakan juga pake tangan lo", kekehan Oliv semakin membuat pramugari itu geram.

Ayan sekilas tersenyum tipis, lalu setelahnya mencium leher Oliv yang beraroma bayi itu.

Sangat-sangat memabukkan.

Pramugari itu pergi, merasa keberadaanya juga tidak diperlukan lagi, tapi sepertinya lebih tepatnya diabaikan.

Oliv merasa haus, dan minta diambilkan air putih oleh Ayan, dan Ayan langsung segera mengambilkannya.

Oliv meneguk sampai habis, tanpa merasa janggal dengan rasa air putih yang berasa sedikit lebih pahit.

Berselang 15 menit kemudian, tubuh Oliv mulai berkeringat dan merasa sensitif atas sentuhan tangan Ayan.

" Ayan, kok gue gerah ya. Jadi pen cium lo", Ujar Oliv dengan nafas tersendat.

Ayan menaikkan alisnya, senyum miring tercetak jelas dibibirnya.

Ular berbisa itu ternyata mau main-main.

"Boleh, sini", Oliv langsung membalikkan badannya dan mencium bibir Ayan tergesa.

" Pelan, Liv", Tegur Ayan.

Oliv memelankan tempo ciumannya.
Tangannya tergerak untuk menggrepe dada Ayan, membuat Ayan mendengus kesal.

Oliv mencubit-cubit puting kecil Ayan, membuat Ayan membalas perbuatan Oliv pada dua daging besar berada dihadapannya.

Dicengkramnya kuat daging besar itu, sampai memenuhi genggaman Ayan.

Pemilik dua jeruk bali itu terengah pelan, merasakan cengkraman kuat pada miliknya.

"Udah!!", Seru Oliv melepaskan cengkraman tangan Ayan pada dua jeruk balinya.

Ayan enggan melepaskannya, sengaja di remasnya pelan, membuat Oliv menggeliatkan badannya.

Otomatis burung perkutut itu merasakan gesekan yang membuatnya berdiri.

" Oliv, bokong lo!!!", peringat Ayan, dengan menggigit bibir bawahnya yang basah.

Tampak errrrr, dimata Oliv.

Plak

Plak

Plak

Oliv semakin bersemangat menggesek kedua nya, dengan sesekali menampar pelan bokongnya sendiri.

Ayan menghembuskan nafasnya kasar, cobaan Pemuda ganteng gini amat.

Tangan yang semula masih berada di dua jeruk bali Oliv, kini beralih menampar bokong besar itu, dengan sesekali ikut membantu menggoyangkannya.

"Ssshhhh", Oliv benar-benar bernafsu, melihat wajah Ayan, yang sedang menampilkan ekspresi nakalnya.

" Jangan gitu ah Yan, muka lo", Tegurnya sembari jari lentik itu melepaskan gigitan Ayan pada bibirnya.

Ayan masih terfokus pada jepitan lempia ketat dibawah sana, teralihkan kembali menatap wajah Oliv yang sayu.

"Memek lo banjir", bisik Ayan pada telinga Oliv, semakin membuatnya ngilu.

" Syuttt, mulutnya jangan ikut bicara kotor ih!!!". Bukan apa apa, Oliv hanya tidak tahan dengan kata-kata nakal Ayan, yang diiringi dengan suara serak dan beratnya.

Ayan tersenyum nakal.
Tangannya mengangkat bokong Oliv, dan memindahkannya untuk berada di sampingnya.

"Time to Eat you'r pussy". Ayan dengan aksen ausienya yang sangat kental, beserta suaranya yang errr, membuat Oliv semakin gatall.

" Akhhhhhh, Ayan stop. Pelan aja, Awww", teriak Oliv nyaring.

Ayan menghisap rakus semua cairannya, bunyi kecipak basah antara mulut dan lembah surga milik Oliv terdengar sangat nyata ditelinga Oliv.

Sementara di belakang pintu itu, berdiri sang Pramugari dengan wajah kesal menahan amarah.

Dirinya sengaja memasukkan obat perangsang, untuk Ayan.

Ternyata yang meminumnya malah Oliv.

Dirinya sudah bersiap-siap, mengenakan pakaian ketat, seksi dan wangi.

Rencananya, setelah Ayan meminumnya, langsung mencarinya, untuk melepaskan hasratnya.

Tapi, apa??.

Walaupun Ayan yang minum, nyembur nya juga pada Oliv, ngapain jauh-jauh cari lo ;).

Sedangkan Ayan, bergumam dalam hati, "thanks for drink, bitch". Senyumnya.

Akhirnya Ayan bisa lumat sana lumat sini lagi, burung perkutut juga akhirnya bisa nyembur sana sini.

...
.
.
.
.
.
.
Segini cukup???😭

Discipline Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang