Sebuah Kesalahan

153 12 1
                                    

Dazai memejamkan matanya, berusaha beristirahat sebanyak mungkin. Rasa sakit di tubuhnya mulai sedikit mereda tetapi dia tahu itu akan memakan waktu sebelum dia pulih sepenuhnya. Dia tidak bisa tidak bertanya-tanya apa yang menyebabkan reaksi keras dari Chuuya.

.
.
.

Chuuya mendapati dirinya kembali ke kamar Dazai keesokan harinya, penasaran dengan apa yang akan dia temukan. Ia ragu-ragu sejenak sebelum masuk melalui jendela.

Dazai mengetahui keberadaan Chuuya saat dia masih terbaring di tempat tidur. Dia duduk lalu menatap Chuuya dengan lembut, "Selamat pagi, Chuuya."

Chuuya menatap Dazai, masih merasakan emosi yang campur aduk. "Selamat pagi... Apa kau beristirahat dengan baik tadi malam?" Dia bertanya, suaranya ragu-ragu.

Dazai terkekeh pelan, "Yah... sedikit." Mata Chuuya sedikit menyipit, "Apa yang terjadi padamu semalam?" Dia bertanya.

"Akan ku jelaskan. Sebelum itu, kemarilah." Tangan Dazai memberi isyarat mengundang Chuuya mendekat.

Chuuya ragu-ragu sejenak sebelum bergerak menuju Dazai. Dia duduk di tepi tempat tidur, matanya bertatapan dengan mata Dazai.

Dazai tersenyum tipis, lalu menarik Chuuya ke dalam ciumannya. Aliran sihirnya mulai memenuhi tubuh Chuuya sekali lagi.

Chuuya memejamkan matanya saat merasakan sihir Dazai kembali mengalir melalui dirinya. Dia membalas ciumannya, memperdalamnya sedikit sebelum menarik diri dengan hembusan nafas pelan.

"Dazai..." Dia menghela nafas, jantungnya berdebar kencang karena sensasi yang dirasakannya. Dazai mengatur nafasnya, "Hmm?"

"Sepertinya aku berhutang penjelasan padamu," kata Chuuya sambil menunduk. Dia ragu untuk memberitahu Dazai apa yang terjadi semalam, tapi dia tahu itu adalah tindakan yang benar.

Dazai menatapnya dengan alis terangkat, "Apa maksudmu, Chuuya?"

"Yah... Semalam, saat kau mencoba mematahkan kutukan ku, aku tidak memberitahumu tapi aku menahannya," Chuuya mengakui, suaranya bergetar. "Maafkan aku."

Dazai mendengus geli, rupanya tebakannya benar. “Semuanya sudah jelas sekarang.” Dia menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Kau melihat dampaknya, kan?"

Chuuya mengangguk pelan, "Ya. Aku melihat dampaknya padamu." Dia menatap tangannya, tak sanggup menatap mata Dazai.

"Itu bagus." Dazai membuang muka, menatap langit di luar jendela. “Semoga saja kau bisa belajar dari pengalaman.”

Chuuya tersentak mendengar nada dingin dalam suara Dazai, tapi dia tahu itu memang pantas. "Aku akan melakukannya," janjinya lembut sambil mendongak untuk menatap Dazai sekali lagi.

Dazai hanya bergumam menanggapi perkataan Chuuya, dia masih menatap ke arah langit, berusaha membenahi pikirannya.

Chuuya menunggu dengan sabar hingga Dazai mendapatkan kembali ketenangannya, berharap dia tidak melakukan terlalu banyak kesalahan dengan perlawanannya semalam.

Setelah beberapa saat, dia berbicara lagi, kali ini suaranya jauh lebih lembut. "Dazai... aku ingin bertanya."

"Tanyakan saja." Tubuh Dazai bersandar ke belakang, menunggu Chuuya berkata.

Chuuya menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "Bolehkah aku... Bolehkah aku tinggal di sini bersamamu?" Dia ragu-ragu, tidak yakin bagaimana Dazai akan bereaksi terhadap permintaannya.

Dazai mengangkat alisnya, "Kau yakin ingin tinggal bersamaku di dunia manusia?"

"Aku tidak pernah seyakin ini dalam hidupku," Chuuya menjawab dengan jujur. Dia menatap Dazai, matanya dipenuhi dengan tekad yang tak tergoyahkan.

Dazai menatapnya sambil tersenyum tipis, "Boleh aku tahu apa alasanmu?"

"Karena... karena aku mencintaimu," Jawab Chuuya, suaranya sedikit bergetar. Dia menatap mata Dazai, penasaran dengan reaksinya.

.
.
.
.

TBC.







Love and Curse Where stories live. Discover now