6. MEREKA PUNYA CERITA

3.3K 366 17
                                    

Glory berjalan mendekat ke tengah ruangan setelah mengambil kotak P3K dari arah dapur. Niatnya yang ingin menghampiri anak-anak Virgas terpaksa gugur karena tarikan tangan seseorang yang hampir membuatnya limbung dan terjatuh kalau saja tidak ditahan oleh tubuh bagian depan laki-laki yang menjadi pelakunya.

"Apa?" tanya Glory memandang wajah Elfasa.

"Ngapain?" Laki-laki itu bertanya balik.

"Mau bantu ngobatin anak-anak Virgas yang luka, El."

"Gue juga luka." Elfasa mengarahkan tangan Glory yang masih ia cekal pada wajahnya, jemari perempuan itu bergerak menghindari luka robekan di sudut bibir Elfasa, tidak mau membuat laki-laki itu kesakitan.

"Liat?" Elfasa menatap lekat perempuan di hadapannya. Membuat yang ditatap otomatis salah tingkah.

"Iya, nanti gue obatin. Sekarang anggota lo dulu." Glory hendak berbalik namun kembali ke posisi semula karena cengkraman Elfasa di pergelangan tangannya.

"Anggota gue? Jeffran maksud lo?" tanya Elfasa dingin.

Glory mengangguk polos, "dia anggota Virgas juga, kan? What's wrong?"

Elfasa diam menatap Glory tanpa ekspresi. Dia kesal mendengar Glory yang menjawab santai tanpa beban. Tak tahukah dirinya, Elfasa saat ini sedang
mati-matian menahan cemburu dan menekan niatnya untuk menambah luka di wajah sahabatnya itu.

"Gue dulu."

"Tapi, Jeffran-"

"Biar Alaia."

"Apaan sebut-sebut nama gue?" tanya Alaia yang kebetulan lewat dari arah kamar mandi.

"Ambil kotak P3K di nakas ruang utama. Obatin anak-anak Virgas, terutama Jeffran." Perintah mutlak dari Elfasa.

"Ngobatin Jeffran?" tanya Alaia. Seharusnya dia senang, tapi kini tidak. Alaia masih takut-takut.

"Engga, Alaia. Jangan-"

"Pergi." Elfasa menatap datar Alaia. Perempuan itu bergidik lalu mengacir kabur. Semenyeramkan apapun Jeffran, Elfasa jauh lebih menyeramkan. Ia akan menuruti apa mau Elfasa, tidak mau ambil resiko.

"Alaia! Ish!" Glory menggerutu melihat Alaia menjauh. Gagal total rencananya yang ingin membuat jarak sementara untuk Jeffran dan Alaia. Sayangnya, gerutuan itu disalah artikan oleh Elfasa. Pemuda itu menganggap Glory kesal karena gagal mendekati Jeffran.

Persetan. Tidak akan Elfasa biarkan. Salahkan Glory yang secara tidak langsung meminta dicintai secara brutal dan ugal-ugalan olehnya.

"Lo nyebelin."

"Tau."

"Elfasa!"

"Apa, Glory."

Glory berdecak, "lepas tangan gue, katanya mau diobatin."

"Rame. Jangan disini," ujar Elfasa lalu menyeringai menatap Glory yang sudah melotot garang ke arahnya.

***

Alaia berdiri takut-takut menghadap Jeffran yang sedang duduk bersandar pada sofa beberapa langkah di hadapannya. Perempuan itu meremas kotak P3K di tangannya saat Jeffran memandangnya lekat tanpa berkedip. Ciut lagi nyalinya. Ditambah dia satu-satunya perempuan yang ada di ruangan luas berisi puluhan laki-laki, ia tidak tau kemana perginya Karla dan Harin.

Kenapa juga ia baru sadar kalau Jeffran itu menyeramkan. Kemana saja dirimu wahai Alaia ...

Jeffran menegakkan punggung, membuat pergerakan.

GLORELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang