Bab 3 - Before The Tree Dies

13 4 0
                                    

Dieter dan Chessy tidak ada di rumah.

Faylinn mencari keberadaan mereka ke setiap sudut ruangan. Dari mulai ruang tempat tidurnya, lalu ke ruang makan yang menyatu dengan dapur, ruang tengah yang terdapat rak buku besar dan televisi, toilet, serta ruang tamu.

Semuanya kosong.

Satu-satunya tempat yang belum Faylinn periksa adalah pekarangan rumah yang berhadapan langsung dengan jalan setapak dari tanah. Hanya dibatasi oleh pagar kayu yang tidak terlalu tinggi untuk dipanjat.

Faylinn membutuhkan waktu yang lama untuk mengitari semua tempat itu karena belum terbiasa dengan langkahnya yang butuh tumpuan sebelah kaki. Namun, kini ia tidak lagi memakai ranting atau kayu yang ditemukan secara asal seperti di hutan untuk membantunya berjalan. Ada sebuah kruk yang bersandar di pinggir ranjang ketika Faylinn terbangun pagi ini. Mungkin, Dieter yang menyimpannya di sana selagi Faylinn tertidur.

"Hai! Kau sudah bangun?"

Faylinn menoleh pada sumber suara yang terdengar. Gadis itu melihat Dieter datang dari arah gerbang dengan membawa dua kantung besar. Disusul oleh Chessy yang berjalan mengekori Dieter, Faylinn dapat melihat bahwa Dieter ternyata memiliki kantung mata yang cukup besar.

"Aku habis berbelanja sebentar. Mari kita ke dalam, udara di luar hari ini cukup dingin."

Dieter berjalan masuk dan menaruh kantung belanjaan di atas meja besar di ruang makan. Tangannya gesit membongkar belanjaan dan menaruh bahan makanan ke lemari es. Faylinn bingung harus membantu seperti apa, sehingga ia hanya bisa duduk sambil mengamati.

Melihat Faylinn mengenyakkan diri di sofa ruang tengah, Chessy melompat ke pangkuannya dan mengeong sambil menatap ceria.

"Chessy sepertinya menyukaimu," kata Dieter di sela kegiatannya yang masih sibuk menata belanjaan dan membereskan meja.

Faylinn berdeham pelan, dia belum yakin untuk berbicara karena terakhir kali dia berusaha bersuara, bunyinya terdengar menyedihkan.

Bila diamati lebih cermat, Dieter punya postur yang bagus dan bugar. Fisik pemuda itu tampak sehat dengan tubuh yang tegap dan proporsional. Rambutnya yang berwarna kelabu dipotong pendek dan rapi. Satu-satunya hal yang kelihatan tidak sesuai adalah kantung matanya yang tampak cukup besar. Seingat Faylinn, kemarin Dieter tidak terlihat seperti itu. Apakah terjadi sesuatu?

Faylinn melihat Dieter membentangkan sebuah gaun yang cukup ramping dan tinggi. Warnanya ivory dengan renda gading di bagian lengan dan ujung bawah gaun. Selain itu, Dieter juga menunjukkan mantel hangat berwarna hijau botol yang cukup tebal dan lembut. Tidak hanya itu, ada pakaian lain yang kebanyakan berbentuk gaun, tunik, dan rok yang warnanya beragam. Namun, semua pakaian itu adalah jenis pakaian perempuan.

Faylinn bertanya-tanya, mengapa Dieter menyiapkan pakaian perempuan sebanyak itu?

"Semua pakaian ini untukmu. Aku tidak tahu apa yang kau sukai, jadi aku membeli beberapa yang berbeda. Soalnya aku tidak tega melihatmu memakai baju ibuku yang kebesaran." Dieter menjelaskan dengan nada yang rendah dan lelah.

Mendengar hal itu, Faylinn seketika melihat pakaian yang sedang ia kenakan. Gaun putih gading dengan lengan panjang yang sangat kebesaran. Mulanya Faylinn tidak menyadari itu, tetapi setelah Dieter berkomentar barusan, ia jadi memerhatikan penampilannya.

"Untuk apa semua ini?"

Dieter tampak terkejut. Faylinn tidak bisa mengartikan ekspresi itu. Apakah Dieter terkejut karena mendengar Faylinn berbicara dengan suara yang serak atau terkejut karena pertanyaan yang tidak layak?

Faylinn menutup mulutnya rapat karena takut salah bicara, tapi senyuman Dieter membuat gadis itu menjadi lebih berani.

"Tentu saja untukmu. Aku tadi sudah bilang. Nah, karena kau belum sarapan, akan kubuatkan panekuk sebentar."

Faylinn tidak mengerti dengan semua kebaikan yang dilakukan Dieter. Bukannya ia tidak suka diperlakukan seperti itu, tapi bukankah ini terlalu berlebihan? Ia teringat dengan suatu kisah yang pernah diceritakan oleh Kakek Tua—salah satu sosok Dryad Pohon Oak yang pernah Faylinn kenal. Katanya, manusia memang seringkali saling tolong-menolong, tetapi beberapa melakukannya karena menginginkan sesuatu.

Teringat hal itu, Faylinn menjadi waspada. Apakah Dieter benar-benar berniat baik atau ada sesuatu yang diinginkan darinya? Namun, jika ada suatu hal yang diincar, apakah itu?

Faylinn tidak punya apa-apa lagi selain dirinya sendiri dengan segala kekurangannya.

Aroma gula yang memenuhi ruangan mengalihkan perhatian Faylinn yang sedang sibuk dengan pikirannya. Dieter baru saja selesai menyiapkan sarapan berupa panekuk lengkap bersama saus maple dan madu. Ada potongan stroberi di puncak hidangan itu. Terlihat sederhana, tetapi Faylinn sungguh tergoda untuk mencicipi.

"Silakan." Dieter mendorong piring berisi panekuk itu ke depan Faylinn.

Chessy melompat dari pangkuannya dan naik ke atas meja. Dieter segera menggendong Chessy dan melarangnya bersikap nakal karena hendak mengganggu. "Kau makan camilan saja, tadi kan kita sudah membelinya," ujar Dieter pada Chessy yang mengeong rewel.

Setelah diberi makanan, Chessy menjadi diam dan tidak merecoki Faylinn untuk menghabiskan sarapan.

Dieter mengamati Faylinn yang lahap menyuap sepotong demi sepotong panekuk hangat.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Dieter berkata dengan suara yang lembut, seakan sangat berhati-hati. Ketika Faylinn menaruh atensi padanya, pemuda itu melanjutkan, "Bisakah aku tahu apa yang terjadi padamu sebelum ini? Maksudku, di malam ketika kamu berbaring di tepi hutan dengan kondisi yang mengkahwatirkan. Apakah ada yang melukaimu?"

Faylinn menelan potongan panekuk terakhirnya, tetapi terasa sangat keras dan sulit ditelan. Ia buru-buru mengambil segelas air lalu kembali menatap Dieter.

Ada sorot pilu yang dapat dilihat Faylinn di kedua mata Dieter. Faylinn berpikir apakah pemuda ini merasa kasihan padanya? Namun, yang jauh lebih penting adalah apakah Faylinn harus jujur tentang takdir yang menimpa dirinya?

Jika Faylinn bercerita pada Dieter bahwa dulunya dia adalah dryad, lalu Kegelapan mengubahnya menjadi manusia yang menyedihkan, akan kah Dieter percaya? Jika ya, apa yang akan Dieter lakukan terhadapnya? Jika tidak, apakah Faylinn akan dianggap tidak waras dan membahayakan?

Dieter masih mengamatinya, menanti jawaban yang akan keluar dari mulut Faylinn. Meski begitu, ia sama sekali tidak terasa mendesak. Sehingga Faylinn mungkin akan bercerita dengan jujur, tetapi bukan sekarang.

"Apa yang akan kamu lakukan padaku jika aku tidak ingin menceritakannya?"

Dieter tersenyum ramah. "Ada dua pilihan. Kalau kamu memang betul-betul jujur, aku akan menanti ceritanya dan barangkali bisa menolongmu, tetapi jika kamu seorang buron, aku akan melapor pada yang berwenang."

Faylinn tidak ingin dilaporkan pada siapa pun itu yang disebut berwenang. Meski tidak paham dengan sistem masyarakat di dunia manusia, Faylinn tidak ingin terlibat pada hal-hal yang akan membuat eksistensinya terlalu tersorot.

"Jika menurutmu aku buron, kenapa tidak melapor saja?" tanya Faylinn.

Dieter menggelengkan kepala. "Aku harus memastikan sesuatu terlebih dahulu."

Faylinn tidak mengerti. Dieter menjadi terlihat misterius dengan ucapannya, tetapi barangkali hal ini juga bisa menguntungkan dirinya. "Aku berjanji akan menceritakannya padamu, tetapi bukan saat ini," balas Faylinn.

Dieter bersandar ke kursi, lalu memejamkan mata cukup lama dan kembali menatap kedua mata hijau milik Faylinn. "Baiklah, kalau begitu kau bisa tinggal di sini untuk sementara waktu. Berpura-pura lah menjadi sepupu jauhku jika ada orang yang bertanya-tanya tentang siapa dirimu."

Faylinn mengangguk. Barangkali itu memang ide yang cukup bagus agar bisa menyembunyikan dirinya yang tidak memiliki identitas. Barangkali ini juga menjadi suatu kemajuan bagi Faylinn agar bisa bertahan hidup di dunia manusia sebelum berhasil menemukan cara untuk kembali pada esensi pohonnya. Namun, Faylinn harus melakukannya dengan cepat, sebelum pohon yang menjadi esensinya terluka atau mati.

Sebab, ketika pohon yang menjadi esensi suatu dryad mati, maka dryad yang terikat dengannya juga akan lenyap.[]

To be continue

For The Verdant HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang