1

38.2K 1.6K 21
                                    

Aku menutup pintu mobil yang mengantarku ke sini. Sekolah baru yang terkutuk ini. Sudah berapa kali aku pindah-pindah sekolah? Entahlah, sudah tak terhitung. Dengan agak enggan aku menarik koperku dan masuk ke dalam. Aku akan kembali duduk di kelas senior disini, hanya untuk dua bulan untungnya.

Beberapa saat aku melangkah, aku menemukan sebuah counter yang kuduga adalah tempat administrasi. Aku merogoh saku celana jeansku dan mengeluarkan kartu identitas yang diberikan kepada setiap siswa. Wanita dibalik counter itu menatapku dengan tatapan bosan. Nama yang tertulis di kartu pengenalnya adalah Catherine. Aku meletakkan kartuku diatas meja.

"Tolong, jadwal dan nomor kamarku." Ucapku sambil menaikkan kacamata berbingkai besar yang sebenarnya tak perlu kupakai.

Wanita itu mengambil kartuku dan mengecek komputernya. Aku mengetukkan sepatu boots yang kupakai dengan tidak sabaran. Beberapa anak berlalu-lalang melewati sambil menatapku. Aku menunduk dan mengecek ponselku, berusaha untuk tidak menarik perhatian sebisa mungkin. Tak berapa lama kemudian, Catherine mengembalikan kartuku.

"Miss Puff, kamarmu nomor 201, teman sekamarmu adalah Miss Emily Jonas. Kamar 201 terletak di lantai empat, lorong sebelah kanan. Jadwal dan seragammu sudah disiapkan di dalam sana." Tangannya menunjukkan letak lift dan kemana aku harus menuju.

"Terima kasih." Jawabku singkat sambil berlalu. Lift berada di ujung lorong sebelah kanan, aku harus bersabar untuk keluar dari keramaian ini. Atau mungkin, aku bisa saja menaiki tangga. Nah, aku tidak serajin itu. Lagipula bagaimana dengan koperku? Aku tidak mau membawanya naik setiap anak tangga. Lift jauh lebih baik.

Aku berjalan dengan cepat sambil berusaha mengabaikan tatapan yang orang lain berikan kepadaku. Anak baru? Biasa. Anak baru yang masuk di tengah semester dalam sekolah elit? Nah, kurasa itu tidak biasa.

Flostyroid High adalah tempat dimana para anak orang-orang penting bersekolah. Seperti Leonny Fong, anak dari model terkenal asal Korea. Atau mungkin Floyd Johnson, anak pengusaha mobil mewah yang memegang saham hampir di seluruh dunia. Jadi kau harus benar-benar kaya untuk masuk sekolah seperti ini. Kau juga bisa menganggap sekolah ini sebagai "Kurungan Anak yang Kurang Perhatian dari Para Orang Tua Mereka."

Yap.

Tidak, aku mendapat cukup perhatian dari orang tuaku. Pernyataan di atas tidak benar.

Aku berhenti mendadak karena aku hampir saja menabrak seseorang. Aku tidak menyadari ia sebelumnya, mengapa ia tiba-tiba ada disitu? Orang bodoh, kenapa dia berhenti di tengah jalan begitu sih? Ish.

Karena perbedaan tinggi badan, aku harus mendongak untuk melihat wajahnya. Ya, aku cukup pendek, tak perlu membicarakannya, aku hanyalah 168 cm. Aku melihat seorang anak lelaki bermata biru yang mengerutkan dahinya dan hidungnya. Tampaknya ia jijik denganku. Yah, aku juga agak tidak nyaman memakai kacamata yang terus menerus turun dan mengepang dua rambutku. Aku tidak akan heran jika ia jijik.

"Lihat, itu dia anak barunya..."

"Sekaya apa dia sampai bisa masuk di tengah semester seperti ini?"

"Tak usah ditanya, mungkin orang tuanya salah satu pemegang saham di dunia."

"Ya, kalau tidak sekaya itu mana mungkin ia bisa masuk langsung di tengah semester seperti ini."

Aku yang merasa tidak nyaman dengan segala bisik-bisik yang terdengar memutuskan untuk segera berjalan saja. Lagipula, lift tinggal beberapa langkah lagi. Ketika aku menarik koperku, lelaki yang tadi hampir kutabrak menyeringai dan menahanku.

"Tunggu, kau si anak baru yang sedang diperbincangkan itu?" Ucapnya sambil memegangi pergelangan tanganku. Tampaknya dia familiar, siapa dia?

Ah, dia Floyd.

Nerd? Nahh...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang