22

15.7K 1.6K 99
                                    

-
--
---

"Abi!" Abi kembali melihat kearah kakaknya yang ternyata sudah berada didepan nya dan berniat untuk memeluknya, tapi karena Abi tak ingin menunjukkan image adik durhaka jadi Abi terima terima saja walaupun tak membalas.

"ngapa kakak kesini? Bukannya kakak udah ada di mansion utama?" Abi menatap kakaknya ini datar, rasa canggung kembali menghampiri nya saat bertemu kakaknya ini.

"Kejutan~... Ternyata kakak ada kerjaan lagi jadi nya kemarin gak sempet pulang karena kakak tau kau juga pulang hari ini maka nya kakak ingin sama sama aja" Abi hanya bisa tersenyum paksa saat mengetahui sesuatu yang tak menyenangkan itu.

"... Ya gua bakal langsung berangkat sore ini" Tapi Abi tak menyadari tatapan bingung kembar yang berada di belakangnya.

"Berangkat kemana??" Abi melirik kembar yang juga menatapnya dengan khawatir, tersenyum tipis tapi tak menjawab.

"Tanya Daddy lo sana" Abi pun dengan acuh meninggalkan mereka dan menarik kakak nya untuk ke mobilnya.

"... Ngapain lo hah? Ibu sama ayah ngerayain lo pulang tapi lo malah nunda nunda?!" Abi menatap kakaknya ini kesal, dirinya kesal karena orang tua nya sudah menyiapkan perayaan untuk kakak nya ini tapi kakak nya malah menunda nunda?.

"Emang gue yang mau mereka ngerayain?" Abi menatap kakaknya yang bernama Erik ini dengan geram tak tau harus berkata apa saking marahnya.

"... Intinya kenapa lo kesini hah?" Erik tersenyum tipis atas pertanyaan itu, dan melirik Abi yang duduk di kursi kemudi.

"Kok kakak gak bisa liat adeknya sendiri sih?" Abi merasa jijik didalam hati nya, merasa percakapan ini tak berfaedah Abi pun menjalankan mobil nya untuk pergi.

"Emang lo udah pesen tiket pesawat?" Abi tanpa menoleh bertanya pada Erik karena dirinya sudah memesan tiket pesawat.

"Udah, gue satu pesawat sama luh" Abi kembali berwajah masam, berharap tak satu tempat duduk juga dengan kakak kurang warasnya ini.

Akhirnya setelah menunggu beberapa saat sampai lah pada rumah Abi yang terdapat garasi berisi motor, dan halaman dengan bunga berjejer rapi.

Erik hanya menatap Abi yang hidup lebih damai tanpa keluarga, merasa iri dalam hati karena tak memiliki kebebasan.

Saat masuk banyak piagam dan Piala tergantung membuat Erik terkejut, memang benar Erik tau bahwa Abi sangat ambisuis tapi dalam batas wajar tapi tak menyangka sampai segininya.

Mereka berdua sama sama iri tapi tak ingin terlihat bahwa mereka iri jadi dengan mengalahkan satu sama lain maka terlihat lah iri di wajah yang kalah.

"... Masuk kemana pas lulus nanti?" Abi melirik Erik dalam diam dan masuk kekamar nya untuk mengambil koper sebelum menjawab.

"Mungkin hukum atau ke dokteran" Dua pekerjaan ini memiliki jadwal yang padat maka Abi bisa memfokuskan semua nya pada mata kuliah nya.

Erik hanya mengangguk dan berkeliling rumah Abi, rumah yang terbilang sangat rapi dan bersih ini malah menunjukkan rasa kesepian dan suram disaat bersamaan.

"... Teman luh pernah nginap? Disini bersih banget" Saking bersih nya seseorang yang merasa dirinya kotor akan tercekik dalam kebersihan ini.

"... Berenti nanya sesuatu yang gak guna" Abi menatap Erik dengan kesal, titik sensitif Abi adalah saat ditanya seseorang tentang teman.

"Galak banget~" Abi hanya bisa menghela nafasnya muak, dan memesan taksi untuk ke bandara nanti.

"Berapa duit bulanan yang di kasih ayah?" Abi terdiam, takut jika diri nya salah bicara lagi uang bulanan nya akan di potong oleh Erik dengan alasan takut dirinya foyah foyah.

Kok Malah Dapet Duda?? Where stories live. Discover now