Tonight_3

1 1 0
                                    

Happy reading guys

***

Tak terasa beberapa bulan telah memakan waktu, melebur berbagai kenangan yang pernah terjadi. Kematian siswi di air terjun tak pernah terkuak lagi di media sosial walau terkadang masih menjadi perbincangan seantero sekolah. Namun, tak satu pun yang berani untuk menyinggungnya di media sosial.

Kegiatan rekreasi tersebut pun dihentikan, bukan hanya beberapa semester melainkan selamanya. Keputusan tersebut menuai perbedaan pendapat antar siswa. Ada yang masih ingin melakukan rekreasi, ada pula yang senang atas keputusan tersebut.

Banyak juga hal yang terjadi selama beberapa bulan ini berlanjut. Mulai dari Midella dan teman sekelasnya sekarang sudah menginjak bangku kelas XII. Selain itu, waktu ajaran baru terdapat murid pindahan di kelas MIPA 3. Semua murid berjenis kelamin perempuan mencuri pandang kepada anak pindahan yang diketahui bernama Franky Indra Saputra.

Namun, Franky lebih dekat dengan Della dan Key. Hal itu membuat siswi yang lain iri terhadap Della. Namun, mau bagaimana lagi Della masih sebagai ketua kelas. Jadi, dia harus akrab dengan seluruh teman kelasnya, selain itu wajah Franky juga sangat sulit untuk ditolak.

"Franky kok dekat terus sama kamu. Aku gak suka deh?" tanya Key dengan suara berbisik-bisik karena mereka sedang berada di kantin, kebetulan yang memesan makanan adalah si objek pembicaraan.

"Key, kita sudah berdebat karena ini loh. Masa mau mulai lagi sih? Jangan kek anak kecil dong," pungkas Della yang merasa sudah lelah dengan arah pembicaraan tersebut.

Sejak Franky datang, Key menjadi salah satu pria yang tidak suka dengan pria tersebut. Dia merasa jika kesempatannya untuk mendapatkan hati Della akan terhalang. Sebagai sesama lelaki dia tahu jika pria itu juga mencintai wanita yang sudah dikejarnya sejak dulu. Jelas saja dia tidak ingin membiarkan hal itu.

Awalnya Key tidak ingin bergabung ketika mereka ke mana-mana. Namun, entah kenapa Della menerima begitu saja. Sebagai sahabat yang berkedok lain, mau tidak mau dia harus menurunkan ego. Dia cuma bisa memastikan jika Della tidak benar-benar menjatuhkan hati kepada anak sialan tersebut.

"Del, Key, ini pesanan kalian. Sorry lama soalnya banyak yang ngantre."

"It's okey, Ky."

Mereka pun dan sesekali berbicara. Namun, yang mendominasi pembicaraan adalah Franky dan Della, sementara Key hanya diam saja. Dia baru berbicara jika ditanya. Entah kenapa makanan jauh menarik baginya daripada harus ikut obrolan tersebut.

"Ky, selama ini aku penasaran kenapa kamu pindah ke sini padahal sebentar lagi lulus?" tanya Della yang membuat Key memasang telinga.

"Gak tau, Papa yang maksa. Sejak Adek sama Ibu meninggal Papa gak pernah betah tinggal di suatu kota. Paling bentar lagi aku pindah lagi ini," tukas Franky. Tersirat nada sedih dari kata yang keluar dari mulutnya.

"Eh sorry Ky, aku gak tau kalau kisah hidupmu seperti itu," ucap Della yang merasa bersalah setelah mendengar cerita temannya itu.

"Berarti kamu dah berkelana ke mana-mana?" tanya Key yang dibalas lirikan mata oleh Della.

"Hmm iya, bahkan aku pernah gak naik kelas karena gak bisa mengikuti pelajaran dengan baik," jawab Franky enteng seolah tanpa beban. Kedua temannya itu hanya ber-oh-ria. Ekspresi seperti itu sudah ada di kepalanya.

"Udah ah, obrolannya lanjut nanti kalau ada waktu, sekarang balik kelas, sudah bel tuh," ujar Della.

***

Malam hari telah tiba, sejak lima menit yang lalu bunyi ponsel memenuhi kamar tersebut. Namun, sang empu sedang mendekam di dalam kamar mandi. Dia sedang merendam badan karena sudah lama tidak pernah menikmati sensasi air yang membuat siapa pun rileks.

"Del, hpmu dari tadi bunyi keknya banyak pesan yang masuk," teriak mamanya dari luar. Mungkin saja wanita itu masuk untuk memasukkan sesuatu ke kamar anaknya.

"Biar aja, Ma. Mungkin cuma obrolan aja. Biasa teman kelas Della kalau pada keluar goa pasti akan heboh," balasnya yang juga ikut berteriak.

Tak mendengar balasan dari luar, Della mengakhiri acara mandinya. Dia pun penasaran obrolan apa yang sedang teman-temannya bahas. Dia hanya tidak ingin menjadi objek dari obrolan tersebut. Sudah sering temannya itu menjadikannya objek obrolan, kadang berkaitan dengan Franky yang anehnya temannya itu tidak pernah menyanggah.

Gadis itu sudah duduk di meja hias. Badannya telah dibalut dengan baju tidur. Suara ponsel masih terus berbunyi sejak dirinya keluar dari kamar mandi. Tangannya langsung mengambil ponsel yang memang sudah diletakkan di meja hias sambil dicharger. Di dalam aplikasi itu, ada beberapa pesan dari temannya. Namun, yang paling banyak dari Key.

Sebab rasa penasaran dengan sederet pesan itu, akhirnya Della membuka pesan dari Key terlebih dahulu. Awal membacanya dia tidak percaya. Namun, karena Key menekankan kata yang tidak dia percayai, mau tidak mau dirinya harus membuka grup kelas. Di sana juga pembahasannya sama.

Rasa syok masih menguasai dirinya. Tangan yang gemetar memegang ponsel dan seketika benda itu berdering. Nama Key terpampang di layar.

Gak mungkin, batin Della dengan mata yang sudah bergenang air mata.

"Ini candaan kan Key?" tanya Della setelah mengangkat panggilan itu.

"Aku tau kamu syok, aku pun sama tapi semua berita itu benar adanya Del. Sekarang aku lagi ke rumahmu, sebentar lagi kita ke rumah Cici. Mayatnya sudah sampai di rumah duka," pungkas Key dari seberang sana. Penuturan Key benar-benar membuat air matanya jatuh dengan deras.

Tidak lama suara motor terdengar berhenti di depan rumahnya. Della masih duduk di kursi hias, ada rasa enggan untuk keluar. Namun, mamanya sudah masuk untuk menginfokan kalau Key sudah datang. Della hanya mengangguk sambil mengikuti langkah mamanya yang sudah keluar dari kamar.

"Kok bisa Key?" tanya Della ketika sudah berada di depan pria itu.

"Nanti aku jelaskan, sekarang kita ke sana ya, teman-teman semuanya sudah di sana," ujar Key kembali menyalakan motornya dan Della pun naik ke muda besi tersebut.

Key membawa motornya membelah jalan dengan kecepatan tinggi, sehingga tidak heran jika sekarang mereka sudah sampai di depan rumah Cici. Gadis yang berada di boncengan langsung turun. Matanya menatap banyak orang di rumah tersebut dan yang mengisi hampir pihak sekolah terutama teman sekelas. Air matanya tak bisa dibendung lagi. Dia berjalan menghampiri Friska.

"Fris, kok bisa?" Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Della.

"Kita ke dalam dulu ya."

Setibanya di dalam, badan Cici sudah berbaring dengan sangat damai. Matanya tertutup dengan wajah pucat. Namun, leher bagian atas tergores dengan lumayan panjang. Della yakin goresan itu juga dalam. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya Cici ketika pertama kali mendapatkan goresan itu.

"Cici dibegal waktu pulang dari les dan bekas lukanya bukan hanya di bawah dagu tetapi di perut juga ada."

"Tapi motornya masih ada di depan, yang diambil apaan?"

"Kartu pelajar."

***
S

orry kalau masih banyak typo-nya

Terima kasih sudah mau membaca tulisan ini. Nantikan part selanjutnya. Semoga suka dan minta dukungannya.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jan 19 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Tonight Donde viven las historias. Descúbrelo ahora