COMPLEMENT - 4

5.7K 438 10
                                    

Happy Reading 😊

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa

.

.

.

Turun dari panggung, Zea langsung malangkahkan kakinya ke tenda yang berada tepat di belakang panggung. Mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang ada di sana. Dara cantik berusia 29 tahun itu memejamkan matanya dan menarik lalu menghembuskan napasnya guna meredakan emosi yang ingin meledak sadari tadi. Jika tidak ingat untuk tetap bersikap profesional mungkin amarah yang ada dalam dirinya sudah meledak di atas panggung. Gadis itu membuka mata saat dirasa ada tepukan pada pundaknya. "Babe, ditunggu Pak Bupati di pendopo. Katanya ada ramah tamah dulu sebentar sebelum kita balik ke hotel. Berdiri gih! Nggak enak ah kalau mereka kelamaan nungguin kita," kata Andhis memberitahu.

Zea berdiri dari duduknya berjalan menuju freezer untuk mengambil air dingin. "Tolong ambilin tas gue, Dis!" pintanya dengan dagu diarahkan ke tempat tasnya berada.

"Ayo!" Ajak Andhis kembali dengan membawa barang-barang milik sang artis.

Mereka berdua keluar dari tenda yang diawali oleh Andhis. Baru jalan beberapa langkah, tangan Zea dicekal oleh Ando--pemain keyboard di band yang mengiringinya bernyanyi--yang membuat langkahnya terhenti.

"Lo nggak papa?" tanya cowok itu tiba-tiba yang menimbulkan ekspresi keheranan di wajah Zea.

"Gue lihat kejadian di panggung tadi." Deg. Pernyataan Ando membuat detak jantung Zea serasa berhenti. Seketika dia merasa sangat malu. Dirinya merasa diserang, dicemarkan dan sekaligus mengalami penghinaan karena pelecehan itu.

"Kenapa?" tanya Andhis yang membalikkan badannya menatap Zea dan juga Ando. Karena tak ada jawaban dari keduanya, lelaki gemulai itu memanggil dengan lebih keras, "Zee!"

"Nggak papa. Lo jalan dulu Dis. Gue mau ngomong bentar sama Ando," suruh Zea yang membuat Andhis mengangguk dan melanjutkan jalannya.

"Gue nggak papa, Do."

"Gue ada buktinya Ze. Kalau lo butuh bantuan jangan sungkan hubungin gue."

Zea mengangguk dan berterima kasih. "Apa anak-anak yang lain juga tahu?"

"Kurang tahu. Lo mau nemuin dia sekarang? Saran gue jangan sampai lo cuma berdua sama bajingan itu. Di depan keramaian seperti itu aja dia berani ngelakuin hal rendahan. Apalagi kalau lo sendirian nanti?"

"Terima kasih Do lo udah perhatian sama gue. Gue duluan ya," pamit Zea.





***





Setelah berbincang singkat dan menikmati jajanan khas daerah yang disajikan di atas meja, Bapak Kapolres daerah setempat berpamitan sekaligus menutup acara ramah tamah tersebut karena dirasa hari sudah malam. Satu per satu orang yang ada di ruang tamu rumah dinas bupati yang ada di sebelah bangunan pendopo kabupaten itu keluar.

"Zea, tunggu!" panggil Rengga--bupati setempat--yang membuat langkah Zea terhenti.

Pergelangan tangan Zea digenggam, lalu dengan cepat tubuhnya ditarik sehingga mempersempit jarak antara dirinya dengan sang pelaku. "Jangan kurang ajar Anda!" bentaknya pada Rengga seraya menarik tangannya dan mundur dua langkah guna menjauhkan jaraknya dengan lelaki itu.

"Kurang ajar gimana sih calon istriku?" tanya Rengga dengan senyuman yang terlihat sangat menakutkan di mata Zea.

"Saya bukan calon istri Anda," ucap Zea dengan nada yang tegas.

COMPLEMENTWhere stories live. Discover now