Chapter 3 : That Worry🐣

97 13 8
                                    


***

Kadangkala memilih untuk bersabar akan lebih menguntungkan untuk hasil yang lebih memuaskan.

***

Hampir setengah jam pelajaran olahraga dimulai dan sejak berganti seragam, Yena terus merasakan perih di perutnya. Yena sadar betul, hal ini terjadi karna dia belum sarapan. Yena mengaduh, meremas perutnya. Daira yang berada di samping Yena menyadari hal itu dan berbisik khawatir.

"Kenapa? Belum sarapan lu?"

Yena mengangguk lemah. "Iya nih.."

"Yaudah aku izinin kamu aja ya ke pak Ted.." Daira ingin beranjak tapi tangannya ditahan Yena.

"Gak usah, masih kuat kok."

"Yakin? Bongsor begini lu penyakitan tauk, klo tiba-tiba pingsan gimana?"

"Bisa gak sih Ra, gak usah terlalu jujur kayak gitu?"

"Hehe.. Sorry, mulut gua kan emang lemes.."

Yena menarik nafas. "Justru itu Ra, aku tuh mau tambah imun biar tambah kuat..."

Daira menarik nafas, dia bimbang, namun akhirnya mengangguk mengiyakan, walau dirinya mempunyai firasat buruk.

Sejak kecil, Yena memang tidak terlalu menyukai olahraga. Karna hal itu, sistem imun tubuhnya kadang tidak terlalu kuat, sehingga Yena kecil lebih sering sakit. Namun, seiring bertambah dewasa, Yena menerapkan pola hidup sehat. Selalu minum vitamin, makan sayuran, jogging dan aktivitas sehat lainnya. So, Yena pikir, menahan lapar sebentar tidak mengapa. Toh, setelah pelajaran ini selesai ada sedikit waktu untuk nyemil roti.

Tapi yang terjadi tak sesuai ekspektasi nya. Saat Break selesai dan mulai kembali berlari, pandangan Yena semakin kabur, nafasnya juga semakin berat. Yena berusaha untuk terus mengatur nafas, tapi pandangannya semakin gelap. Sampai akhirnya apa yang ditakutkan Daira terjadi. Tubuh Yena terjatuh, pandangannya sekarang gelap total. Hal terakhir yang dia ingat adalah suara Daira yang berteriak memanggilnya.

🐹


Jia mencoba menurut dengan 'perintah' Hanin yang menyuruhnya ke UKS, walaupun dirinya sendiri merasa tidak memerlukan hal itu. Jia masih bertanya-tanya bagaimana Hanin bisa tau ada dia disana. Jia mengeluarkan handphonenya, dan menyadari sesuatu. Ada sebuah notif.

Hanin get your location 20 minutes ago

Jia tersenyum lebar. Oh jadi pake ini toh, bisa-bisa nya dia yang nyari duluan. Jia nyengir selebar mungkin. Padahal selama ini Hanin yang paling menghindar. Seketika jiwa ledek Jia meronta-ronta.

Atensi Jia tak lepas dari layar handphone sampai ekor matanya menangkap barisan beberapa siswa di kejauhan. Jia kembali menyimpan hp nya dan menumpukan tangan di pembatas koridor lantai 2.

Jia ingat, hari ini pelajaran pertama kelas 8-C adalah olahraga. Kelasnya Yena. Jia melongok, matanya mencari sang oknum di barisan perempuan, Jia tersenyum mendapatinya.

Jia mencoba memicingkan mata, melihat wajah Yena lebih jelas. Alisnya mengkerut, netranya menangkap sesuatu yang ganjal. Wajah Yena sangat pucat dan Jia bisa melihat dengan jelas bahwa gadis itu sedang susah payah mengatur nafas.

Pelajaran olahraga sebenarnya selalu dilakukan di gedung masing-masing. Tapi entah kenapa, Jia merasa pelajaran olahraga hari ini hanya berfokus menumbuhkan stamina dengan lari keliling gedung sekolah yang seluas itu. Dan, entah ini putaran ke berapa, Jia merasa, Yena tak cukup kuat lagi untuk terus berlari.

WAW : Who Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang