(2)

108 13 2
                                    

*ngobrol aja gengs tapi jangan di skip👍🏻*

-(🐾)
-(👻)

Malam semakin larut tapi aula hotel Hanmay masih saja riuh. Walaupun acara sudah selesai, kebanyakan tamu memilih untuk saling bercengkrama dan ada yang memilih pulang karna masih memiliki kegiatan untuk hari esok.

Danella berjalan cepat di parkiran mobil, orangtuanya memilih untuk pulang lebih awal karna keadaan Baron yang sedikit mengkhawatirkan dan mereka sudah lebih dulu di mobil karna Danella harus ke kamar mandi dulu.

"Revenge for your parents ha?"

Deg!

Danella menghentikan langkahnya, menoleh ke arah suara, seseorang dengan jaket putih muncul diantara mobil mengambil jarak dengan dirinya.

"For your real parents, Danella Miguela?"

"Don't call me with that name, Arra..."

Jia terkekeh. "Kalo Baron dan Viola tau bukankah mereka harus segera bersembunyi?"

Jia menyingkap tudung jaketnya. Bukannya menanggapi sindiran Jia, Danella malah membulatkan mata melihat wajah babak belur itu, mulutnya terbuka tak bisa berkata apa-apa.

"What's happen to your face?"

Danella dengan panik menghampiri Jia, jemarinya ingin menyentuh luka-luka itu tapi dirinya sudah keburu ngeri dan ngilu. Keningnya membiru, pipinya tergores merah, dan beberapa luka lain yang lebih dominan di sebelah kiri wajah.

"Astagaa..." Danella mengusap rambutnya frustasi. "Ini berantem lagi?!"

"Enggak kok..." Jia menggeleng kuat, dia menunduk. Intonasi Danella langsung meninggi, Jia jadi takut. "Abis ditabrak mobil kok..."

"Ngaco! Emang ditabrak mobil bisa sampe kek gitu mukanya?!"

"Iya, abis itu digebukin..."

"Di gebukin?! Kok bisa?! Sama siapa?!"

"Gak tau..." Jia benar-benar merendahkan suaranya, meremas-remas punggung tangannya, gelisah.

"Kok gak tau sih?!"

"Lah gimana mau tau orang pada pake masker semua..."

"Semua?! Emang ada berapa orang?!"

Jia memijit keningnya, awalnya kan dia cuman mau nyapa tapi kenapa jadi diinterogasi sih? Mana nih anak jarang-jarang pake nada tinggi, Jia jadi kayak anak yang dimarahin ibunya gegara ngilangin tempat makan branded.

"Udah ah, dicariin Viola tuh..." Jia menunjuk hp Danella yang terus berdering.

"Awas ya, kita bahas nanti di sekolah..." Danella mengancam.

"Dih, orang mau bolos..."

"Oh gtu, aku laporin ke kak Anin ya..."

"Eh jangan dong..." Jia panik. "Ka-kamu periksa cctv toko mu aja, kejadiannya gak jauh dari situ kok, aku males bahas kronologinya, kepanjangan..." Jia kembali memakai tudung jaketnya, sebuah mobil sport berhenti di dekat mereka.

"Aku duluan ya..." Jia pamit, dia benar-benar takut dengan Danella saat ini, lupakan tentang apa yang dilakukan Danella kepada Bernado, fakta bahwa Danella bisa mengeraskan suaranya itu jauh lebih menakutkan.

Danella terus mengekori Jia sampai masuk kedalam mobil yang tengah menunggunya itu, dirinya masih mengernyit kesal. Danella langsung menghubungi sebuah nomor.

"Tolong periksa cctv meemart di cabang 11, langsung kirim videonya..."

Sedangkan di dalam mobil Jia menutupi wajahnya dengan rapat. Arka setengah bingung menghadapi bocah satu ini.

WAW : Who Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang