Tengah Malam

124 22 6
                                    

Setelah keberhasilannya mengintip Ardan dan Jefrey yang sedang bermesraan beberapa malam yang lalu, Taavi diam-diam tidak tidur sampai larut malam hanya untuk mengawasi keadaan di rumah ayah mertuanya.

Siapa tahu saja kan, Jefrey yang kelihatannya bebal itu tetap nekat datang meskipun Ardan sudah melarang keras dirinya untuk berkunjung ke rumahnya di saat Jessi dan Taavi masih ada di sana.

Karena jika dilihat dari perangainya yang nampak seperti begundal pasar, Taavi tahu persis kalau Ardan pasti kesulitan untuk mengatasi pacarnya itu.

Dan Taavi sedikit banyak memakluminya. Karena setelah tinggal beberapa hari bersama Ardan, dia jadi tahu kalau ayah mertuanya itu adalah tipe orang yang memberikan kesan untuk di dominasi.

Alias, beliau itu meskipun dari luarnya nampak bawel dan suka marah-marah, tapi beliau merupakan pria berhati lembut serta penyayang yang nurut-nurut saja jika dibilangin.

Apalagi jika yang bersangkutan merupakan salah satu diantara para kesayangannya, maka beliau akan dengan rela hati menuruti setiap kemauannya.

Contoh nyatanya adalah Jessi. Dia yang notabenenya adalah putri kandung serta keturunan satu-satunya yang beliau miliki, tentu saja menduduki tahta tertinggi di istana kerajaan hati ayahnya.

Makanya alih-alih mendikte, Ardan justru terkesan sering mengalah padanya.

Bahkan bukan cuma sering, bisa dibilang beliau sudah pasti akan kalah jika berargumen ataupun bersilang pendapat dengan Jessi, dan hal itu sukses menggelitik perasaan Taavi.

Seperti pagi ini. Padahal Jessi sudah tahu kalau buah nanas itu tidak baik bagi seorang ibu hamil, tapi dia malah memaksa ingin meminum jus buah nanas sebagai pendamping sarapannya.

Sebagai seorang suami yang tanggap Taavi memang mengijinkannya, walau itu hanya sececap. Dan Ardan pun sangat menyetujuinya, beliau mengijinkan putrinya mencecap sedikit jus nanas nya.

Tapi karena hormon kehamilannya yang sensitif, perasaan Jessi jadi mudah terlukai. Dia marah pada Ardan dan merasa terkhianati olehnya sebab ayahnya lebih mendukung keputusan Taavi.

Lalu dengan alasan ngidamnya, dia mulai merengek layaknya seorang bayi besar. Bahkan Jessi sampai menangis sesenggukan di depan Ardan hingga membuat perasaan ayahnya tersentuh dan menjadi tidak tega.

Dengan tatapan bersalahnya pada Taavi, Ardan mulai memberi putrinya segelas penuh jus nanas. Lalu beliau juga berjanji pada menantunya itu, jika terjadi sesuatu pada Jessi setelah ini, maka beliau lah yang akan bertanggung jawab penuh.

Yah, meskipun Ardan tidak menjanjikan hal yang semacam itu, sebenarnya Taavi tidak masalah.

Dia yakin istrinya akan tetap baik-baik saja meskipun telah menghabiskan satu gelas jus nanas, karena toh Jessi tidak meminumnya setiap hari.

Tapi karena kebingungan yang terlihat jelas dari ekspresi wajah ayah mertuanya, Taavi jadi menikmati drama yang diciptakan oleh istrinya.

Dia cuma ingin tahu, sampai sejauh mana kira-kira duda paruh baya itu akan kuat menghadapi rengekan putrinya yang manja.

Makanya tadi Taavi sengaja mendebat Jessi soal masalah jus nanas itu agar dia menangis dan mengadu pada ayahnya.

Dan seperti dugaannya, rencananya pun berhasil. Ardan yang berhati lemah terhadap orang-orang yang dia sayangi benar-benar kalah telak dengan permintaan Jessi.

.

.

.

.

.

Lalu pada malam harinya, seperti malam-malam sebelumnya Taavi terus terjaga sampai tengah malam tiba. Dia memainkan ponselnya didalam kamar sebelum akhirnya memutuskan keluar untuk memeriksa keadaan.

Midnight SecretWhere stories live. Discover now