Percikan

162 20 6
                                    

Sebenarnya Jefrey sangat merindukan (lubang sempit milik) kekasih tercintanya, tapi karena Ardan (yang bawel namun tampan paripurna) melarangnya datang ke rumahnya dan mengancam akan memutuskan hubungan mereka jika Jefrey sampai melanggarnya.

Maka pria macho yang usianya terpaut lima tahun lebih muda daripada Ardan itu terpaksa harus bisa menahan hasratnya.

Dia terpaksa harus cukup merasa puas hanya dengan membelai dirinya sendiri sambil membayangkan tubuh indah kekasihnya ataupun mulut empuk Ardan yang melakukannya.

Dan pagi ini ketika dia sedang melakukan aktifitasnya dan hampir mencapai klimaksnya, nada dering HP-nya tiba-tiba berbunyi sangat nyaring hingga otomatis membuat konsentrasinya buyar.

Sebenarnya Jefrey ingin mengabaikannya dengan tetap melanjutkan apa yang baru saja hampir dia capai, tapi ternyata senjata kebanggaan nya yang perkasa dan berotot sudah hilang gairah.

"BRENGSEK!! MENGGANGGU SAJA!!" Rutuknya sambil menyambar HP-nya dari atas nakas dengan kasar.

Namun kekesalan pada ekspresinya seketika tergantikan dengan seringai yang sangat lebar saat Jefrey mendapati nama Ardan lah yang tertera di layar ponselnya.

Apalagi setelah dia mendengar sang kekasih mengatakan kalau dia akan berkunjung ke bengkelnya, Jefrey langsung melompat kegirangan dari kasurnya, memakai lagi celana pendeknya dan melupakan fakta kalau dirinya masih belum mencapai puncak kepuasan.

(Toh nanti dia bisa melakukannya langsung dengan Ardan saat mereka bertemu, jadi kepuasan sesaat yang dia dapatkan hanya dengan berfantasi tidaklah penting lagi bagi Jefrey).

Dia jadi sangat menantikannya, saat sedang menunggu didalam kantornya, Jefrey sampai berulang kali bertanya pada anak buahnya yang tidak sedang bekerja hanya untuk memastikan apakah kekasihnya sudah datang.

Dan ketika akhirnya dia mendapatkan kabar kalau Ardan telah tiba, Jefrey tidak menunggu waktu sedetikpun untuk berlari keluar menyambutnya ke parkiran.

Namun langkahnya yang awalnya lebar-lebar menjadi semakin menyempit, tatkala Jefrey melihat dari kejauhan bahwa kekasihnya tidak datang sendirian.

"Ah Ardan memang sangat menawan seperti biasanya, tapi apa gunanya itu jika dia datang kesini dengan menantunya (yang menyebalkan)!" Pikirnya dengan raut muka masam. "Aku kan jadi tidak bisa mendapatkan jatah! Huh!"

"Sial!!" Jefrey mengumpat lirih sambil tetap berjalan menghampiri Ardan dan Taavi.

Meski bibirnya masih tampak cemberut, langkahnya terlihat mantap, kedua tangannya masuk kedalam saku celananya, dan dagunya pun terangkat tinggi dengan tatapannya yang tajam.

Lalu cemberut di kedua belah bibirnya tergantikan dengan tekanan yang sangat rapat hingga membentuknya seperti sebuah garis yang setipis tisu saat akhirnya pandangannya beradu dengan milik Taavi.

Sejujurnya ini hanyalah insting nya, tapi Jefrey selalu merasa seperti hewan yang terancam di rebut wilayah kekuasaannya setiap kali dia berhadapan dengan Taavi (seolah-olah ini bukan cuma pertemuan mereka yang kedua).

Untuk menjaga kehormatan Ardan di mata menantunya (dan karena dia tidak ingin membuat kekasihnya marah), Jefrey berusaha bersikap biasa-biasa saja layaknya seorang teman, meskipun sebenarnya dia ingin langsung meleburkan tubuhnya dan Ardan menjadi satu dalam sebuah pelukan erat yang meremukkan.

"Hai." Dia mengulurkan tangannya untuk menyalami Ardan, tapi di luar nalarnya, Ardan malah memeluknya dan mengecup bibirnya sekilas.

Krak

Pikiran Jefrey langsung konslet saat bibir lembut kekasihnya menyentuh bibirnya, dia bagaikan mesin rusak ketika mencoba untuk memahami apa yang barusan dilakukan oleh Ardan didepan menantunya.

Midnight SecretWhere stories live. Discover now