Hasrat

119 19 7
                                    

Semenjak itu Ardan jadi waspada setiap kali berdekatan dengan menantunya.

Bukan cuma untuk menghindari Taavi yang ternyata bisa berbicara sangat manis padanya, tapi itu lebih karena Ardan ingin menjaga jantungnya sendiri yang tidak bisa terkontrol setiap kali ada Taavi di dekatnya.

Makanya sebisa mungkin Ardan menghilangkan kemungkinan dirinya berduaan saja dengan Taavi. Meskipun itu sangat sulit. Karena Jessi yang tidak tahu apa-apa selalu tanpa sengaja mendekatkan keduanya.

Itulah sebabnya sekarang mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju ke supermarket untuk membeli bahan-bahan keperluan pesta barbeque kecil-kecilan yang akan mereka selenggarakan di malam pergantian tahun.

Dengan Ardan yang sedari tadi duduk tidak nyaman di balik kemudinya, karena dari sudut matanya dia bisa merasakan tatapan intens Taavi yang tak henti-henti padanya.

"Ehem! B-bisakah kamu berhenti menatap ku?"

"Kenapa ayah?"

Ardan tahu, meski dia tidak melihat wajahnya secara langsung, sekarang Taavi sedang tersenyum geli ke arahnya.

"Apakah ada yang salah dengan tatapan saya ayah?"

"IYA! TATAPAN MU MEMBUAT AKU RISIH!" Ingin rasanya Ardan berteriak begitu, namun kenyataannya dia hanya memanyunkan bibirnya sambil berdecak kesal. Yang tentu saja hal itu sukses membuat Taavi jadi semakin merasa geli.

"Ayah,,, ayah..." Dia menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan sambil merubah posisi duduknya yang tadinya menyamping menjadi ke arah depan.

Lalu setelah beberapa saat, mereka pun tiba di supermarket. Dan setelah semua daftar belanjaan nya terpenuhi, keduanya kembali ke rumah dengan posisi Taavi yang mengemudi.

Di tengah perjalanan, Ardan terus-terusan menguap. Makanya Taavi menyuruhnya bersantai dan memejamkan mata sejenak.

Ardan pun menurutinya, karena dia memang merasa sangat mengantuk.

Ketika keduanya telah tiba di halaman rumah Ardan, Taavi menoleh untuk membangunkan ayah mertuanya setelah memarkirkan mobilnya.

Deg

Namun pemandangan indah wajah ayah mertuanya yang terlihat sangat pulas dalam tidurnya, membuat jantungnya berdebar-debar.

Taavi berkedip dengan cepat beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya, tapi pesona Ardan terlampau kuat untuk dia atasi.

Gulp

Dengan susah payah dia berhasil menelan gumpalan ludah di tenggorokannya sebelum pandangannya bergerak menyusuri wajah Ardan dan berhenti tepat di sepasang bibir empuknya.

Tatapannya terpaku cukup lama di sana sampai akhirnya tanpa Taavi sadari kepalanya bergerak mendekat secara perlahan dan mencicipinya.

Cup

Itu memang cuma sebuah kecupan sekilas yang seharusnya tak berarti apa-apa, tapi nyatanya hal itu membuat perasaan Taavi jadi terjungkir balik tak karuan.

Matanya membulat sempurna ketika akhirnya dia menyadari perbuatannya, dia pun buru-buru keluar dari mobil tanpa menoleh lagi ke belakang.

Brak

Begitu terdengar suara daun pintu terbanting, Ardan yang sebenarnya sudah terbangun sejak Taavi selesai memarkirkan mobilnya, mulai membuka matanya dan memegangi bibirnya.

"Apa yang dia lakukan?" Bisik nya lirih.

Gara-gara peristiwa itu, di sepanjang sisa harinya Ardan tidak bisa berkonsentrasi pada apapun yang dia kerjakan. Karena pikirannya terus membawanya kembali pada kejadian di mobil tadi siang.

Midnight SecretNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ