Chapter 24: Salah Tingkah

6.2K 635 30
                                    

"Asalkan kamu nggak banyak tingkah, buruan."
.
.
.
.
.






Marshal dan Jastin sudah menunggu berjam-jam di dalam ruangan ini. Mereka kebingungan, apakah tak ada satu orangpun yang menyadari bahwa mereka berdua hilang?

Membahas soal Daniel, kemana anak itu?! Marshal sampai pusing memikirkannya, lebih tepatnya ia merasa tak enak pada Jastin yang harus ikut terkunci bersamanya di tempat ini.

Arloji di tangan Marshal mulai menunjukkan pukul setengah tiga sore. Itu artinya setengah jam sebelum bel pulang sekolah berbunyi.

"Sorry, ya, Tin." ujar Marshal membuat suaranya kini mengalihkan lamunan Jastin. Lelaki itu mengangguk pelan sambil mengulas senyuman tulus. "Nggak apa-apa, Kak."

"Setidaknya kita berdua. Enggak sendirian." sambung Jastin dengan nada pelan. Marshal mengusap tengkuknya, canggung. Seorang senior merasa tidak berguna pada juniornya hanya karena tidak bisa mengeluarkan diri dari gudang sekolah yang terkunci.

"Kakak kamu pasti nyariin," Tebakan Marshal langsung dibalas anggukan dari Jastin. "Mustahil dia nggak nyari aku, dia pasti belum sadar, atau mungkin dia belum tau kalau adiknya hilang." kekeh Jastin. Marshal ikut terkekeh dibuatnya.

Marshal berdiri menghampiri saklar lampu dan menekannya sehingga membuat lampu dalam ruangan tersebut menyala. "Lebih baik." gumam Marshal.

"Gerah nggak, Tin?" Jastin menyetujuinya. "Banget, astaga,"

Marshal membuka kancingnya satu per satu dan melepaskan seragamnya, meninggalkan baju kaos polos berwarna putih miliknya.

Jastin mengikuti jejaknya dengan ikut membuka seragamnya. "Nah, gini udah lebih baik." ujar Jastin.

"Ngomongin soal kakak kamu, kamu deket juga ya sama Ashel," Ia mendaratkan bokongnya di sebelah Jastin dan mulai bersandar di dinding sembari memperhatikan arlojinya.

"Lumayan," balasnya singkat.

"Pernah loh, saking dekatnya kalian, aku pikir kalian berdua pacaran." tutur Marshal, Jastin hanya menyunggingkan senyum. "Awalnya memang banyak yang bilang kaya begitu,"

"Kakakku terlalu fokus sama aku, sampai-sampai dia lupa cara pacaran sama cowo," Jastin tertawa kecil setelah berkata demikian.

"Hah, seriusan kakak kamu nggak pernah pacaran sama cowo? Tapi mukanya kaya udah ahli pacaran gitu loh, jujur!" pekik Marshal, dirinya agak terkejut mendengar fakta ini.

Soalnya kakakku suka cewe, Shal.

"Ya, gitu deh, Kak." balas Jastin sembari mengendikkan bahunya.

"Sumpah gitu, Tin?"

Jastin mengangguk, "Sumpah."

"Kalo kamu sendiri gimana?" tanya Marshal.

"Maksudnya?"

"Pacaran. Kamu pernah pacaran?" Marshal mencondongkan tubuhnya ke arah Jastin. Lelaki itu menggaruk kepalanya kemudian memberikan Marshal gelengan pelan, perlahan mulai membuat cengiran. "Hehe, belum."

"Sama dong kita!"

"Demi apa?! Seorang Kak Marshal yang fansnya di mana-mana nggak pernah pacaran?" Sontak, mata Jastin melebar. Ia lebih-lebih terkejut dibanding Marshal sebelumnya. Ini benar-benar tidak bisa dipercaya.

Sekarang, giliran Marshal yang menampilkan cengiran untuk membalas respon Jastin.

"Maksud aku kek, hah?! Kak, itu yang suka sama kakak bejibun, loh! Masa nggak ada satupun—"

Strategi dan Ambisi (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang