Percaya dengan apa yang kamu lihat, bukan yang kamu dengar.
.
.
.
.
.
✧"Setiap keluar, bawa ini." Kathrina menyerahkan sebuah pisau lipat kecil pada Yori dan memberikannya senyuman singkat.
Yori hanya mengangguk patuh dengan mata yang masih memerah serta rambutnya sudah agak berantakan. Kathrina merapikannya sebentar sebelum akhirnya mengetuk pintu rumah Yori.
Tok.. Tok.. Tok..
Tak lama berselang, terdengar suara langkah kaki yang mendekat serta suara obrolan dari beberapa orang di dalam yang masih dapat didengar keduanya dari luar.
Saat pintu terbuka, Kathrina cukup terkejut ketika yang membuka pintu adalah Freya. Lantas Kathrina mengerutkan dahi dan beralih menatap Yori dan Freya secara bergantian.
Freya pun demikian, justru dialah yang paling terkejut saat menyaksikan orang yang paling ia hindari kini berada di rumahnya dan di hadapannya.
Freya beralih melirik Yori yang sudah bisa dipastikan habis menangis. Mulai detik itu, Freya menjadi curiga bahwa ini adalah ulah Kathrina.
Kembali pada Kathrina yang wajahnya benar-benar tidak bisa dikontrol saat ini, ia sudah memperhatikan Yori dan Freya bolak-balik sebanyak 5 kali.
"Lo?!"
"Kamu apain adek aku?!" balas Freya nyolot.
Tampak Kathrina semakin terkejut saat mendengar fakta bahwa gadis yang ia selamatkan ternyata adalah adik kandung Freya.
Pantas saja sedari awal menatap wajahnya, Kathrina merasa sangat familiar dengan wajah Yori. Ternyata inilah jawabannya.
Sungguh, dunia itu sempit.
Ucapan Freya tertahan saat melihat Yori menggenggam tangan Kathrina. "Kak, kakak ini baik sama aku," lirihnya.
Kathrina beralih pada Yori dan mulai menyetarai pandangan mereka. "Yori, kamu masuk duluan, ya? Langsung istirahat. Kakak harus pulang."
Kathrina mengusap rambut Yori sekilas kemudian gadis itu memberikan senyuman sekilas. Yori mengecup pipi Kathrina singkat dan mengangguk patuh. "Makasih, Kak. Aku gak bakal lupa sama kakak." ujar Yori. Setelahnya gadis itu berlari memasuki rumah.
Meninggalkan Kathrina dan Freya yang kini beradu tatap.
Kathrina bersedekap dada, menatap Freya dengan angkuh kemudian menaikkan dagunya.
"Ikut gue, kita perlu ngomong sebentar." titah Kathrina, berjalan mendahului Freya.
Freya yang kebingungan jelas berjalan dan mengikuti Kathrina. Setelah jarak mereka sudah agak lebih jauh dari halaman rumah Freya, Kathrina langsung berbalik badan.
Ia kembali menatap wajah Freya dengan ekspresi datar.
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Freya dan hal itu berhasil membuatnya shock. Mulutnya sempat terbuka karena terkejut dengan mata yang melotot.
"Kath?! Kamu—"
"Diam anjing. Lo jadi kakak gak becus jagain adek lo sendiri!" potong Kathrina. Gadis itu bergerak dan mulai menarik kerah baju Freya dengan kedua tangannya.
Wajah mereka berdekatan dan Kathrina terus memelototi Freya dengan garang. "Lo tau, Fre? Karena kelalaian lo jagain si Yori, lo biarin Yori keluar malem-malem sendirian. Dia hampir diculik dan diperkosa sama orang!"
Kathrina mendorong kasar tubuh Freya hingga terjatuh. Kathrina mulai bergerak mendekati Freya dan menduduki tubuhnya, kali ini Kathrina mencekik leher Freya dengan geram.

YOU ARE READING
Strategi dan Ambisi (FreFlo)
Teen Fiction[ Completed ] - TAHAP REVISI 📝✍🏻 Cinta, prestasi, dan hobi. Tiga hal yang selalu terlibat dalam kehidupan manusia di fase remaja. Dari tiga di antaranya, hanya satu yang menurut mereka sangat layak untuk diperjuangkan, namanya adalah prestasi. Sek...