Chapter 34: Masalah

5.6K 616 139
                                    

"Jangan bikin mereka nunggu, ayo."
.
.
.
.
.


Hari kedua dimulai, strategi kembali diubah oleh Ashel. Gadis itu menempatkan dirinya dan Fisha di satu ruangan bersama, namun kali ini Kathrina dan Jastin diikutsertakan dalam ruangan tersebut, tersisa Azizi yang harus terlempar ke ruangan lain.

Teknik yang mereka pakai kurang lebih masih sama untuk ujian jam pertama.

Lagi dan lagi Freya harus ditempatkan satu ruangan bersama Fisha. Dan kalian tahu apa? Keduanya sama sekali belum mengobrol dari kemarin.

"Pokoknya hari ini harus bisa, harus bisa, harus!" Monolog Freya, buku di hadapannya langsung ditutup dan dimasukkan ke tasnya. Fiony dan Zeeno memperhatikan Freya dari jauh yang sedang duduk di bangku koridor, bergumam sendirian.

Semula, Fiony dan Zeeno melempar pandangan satu sama lain. "Menjelang ulangan emang selalu gini dia?" tanya Zeeno dengan nada bergurau. Fiony menggeleng. "Biasanya kalem-kalem aja sih, tapi gatau ya," balas Fiony seadanya.

Di jam istirahat ini, Freya berniat menemui Fisha dan ingin meminta maaf atas masalah mereka kemarin. Ia merasa seperti pecundang karena tidak mampu menatap Fisha.

Freya menaikkan ponselnya, menatap layar benda pipih tersebut yang menampilkan wajah Fisha di sana. "Heh, kecil, liat aja. Hari ini aku bakal ngomong sama kamu," sindir Freya. Dia seharusnya bersyukur karena tak ada orang yang memperhatikannya selain Zeeno dan Fiony, dari kejauhan.

Ia berdiri dan bergegas pergi dari tempatnya sambil menenteng tas di pundak sebelah kanan. Berlari menuju tempat Fisha kemungkinan berada bersama teman-temannya.

Di sisi lain, keadaan Zeeno dan Fiony kurang lebih keduanya sama. Sama sama tercengang saat melihat Freya berbicara sendirian. Mereka kembali melempar pandangan dengan wajah yang sudah tidak bisa dikondisikan.

"Freya gila?" Zeeno dan Fiony berkata bersamaan.

"Ngga heran kenapa kalian berdua bisa pacaran," sahut Aldo dari belakang, berjalan bersama Muthe, kekasihnya.

• • •

"Ihh, Kak Zee, dengerin aku dulu!"

Azizi berjalan cepat, berniat pergi dari Marsha. Namun, gadis itu terlalu kukuh dengan pendiriannya, dia tetap mengekori Azizi dan menarik-narik tangan Azizi.

Merasa jengah, Azizi menepisnya beberapa kali, tak ingin menatap wajah Marsha yang menurutnya semakin menyebalkan.

"Kak Zee, jangan jauhin aku gara-gara omongan Adel," pinta Marsha, nadanya sedikit memekik, memaksa telinga Azizi untuk mendengar.

Ketika mendapati Marsha menyebutkan nama Adel, Azizi lantas berhenti dan berbalik badan. Ia merasa tersinggung.

"Lebih baik kamu nurut sama Adel, jauhin aku," tukas Azizi matang. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat berhenti, Marsha merengut sebal.

Gadis itu tetap mengikuti Azizi dan mencoba meraih tangan Azizi. "Kak, tolong lah, kamu kenapa susah banget nerima aku? Salahku di mana? Kenapa kamu keliatan benci banget sama aku, Kak?!" beberan Marsha membuat kepala Azizi menjadi pusing.

Saat ini tangan Marsha berhasil menarik lengan Azizi dan menghentikan pergerakan gadis tomboy itu. "Kak,"

"Udah ya, Sha! Aku muak sama kamu, stop ngejar-ngejar aku, kaya ngga ada orang lain di dunia aja!" bentak Azizi. Tanpa sadar mengundang tatapan dari murid-murid yang lain.

Melihat situasi berbahaya itu, Azizi langsung menutup mulutnya rapat-rapat, berbeda dengan Marsha yang sama sekali tampak tak masalah dengan hal tersebut.

Strategi dan Ambisi (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang